Tahu lagu Teteh–Doel Sumbang, Elang–Dewa19, sama Cantik–Kahitna kan, yaaa?★★★
“Ta ... ” Mama menyapa tamu dengan senyum ramah saat membuka pintu. “Ayo, masuk.”
“Iya, Tan. Laura nya ... ada?” ucap Aretta sopan sembari melangkah masuk dirangkul Mama.
“Ada. Sama Cia di kamarnya,” balas Mama. “Udah lama banget perasaan Tante nggak liat Aretta main ke sini lagi.” sambungnya. “Amara sama Katya nggak ikut?”
“Emm ... nggak, Tan. Aretta ke sini sendiri.”
“Ya udah kalau gitu, naik aja ke atas. Langsung ke kamarnya, ya? Tante belum beres di dapur.” ucap Mama mengelus bahu Aretta.
Aretta tersenyum dan mengangguk.
“Kak ... ada Aretta.” teriak Mama kemudian sembari kembali melenggang ke dapur.
Aretta menaiki satu persatu anak tangga sampai akhirnya dia berdiri di depan kamar Laura. Dia mematung sembari meremas sling bag nya, canggung. Sebelum kemudian menghela napas dalam-dalam dan menarik turun handle pintu tanpa mengetuknya lebih dulu.
“Ta ... ” Laura bergumam terkejut melihat pintu yang tiba-tiba terbuka.
“Em, kenapa?” ucap Aretta ketus sembari memasuki kamar Laura dengan melipat tangan di depan dada. “Nggak boleh gue masuk ke kamar lo?”
“Nggak ... gitu,” Laura melirik Cia yang terlelap lalu bergerak pelan dan hati-hati turun dari kasurnya. Kemudian mematung canggung berhadapan tidak jauh dengan Aretta.
“Cuma gitu respon lo?” sahut Aretta semakin galak. “Jauh-jauh dan effort banget gue ke sini tapi respon lo cuma gitu? Nggak ada inisiatif peluk gue?”
“E-em?”
“Peluk gue!” Aretta merentangkan kedua tangannya.
“Ta ...” kebingungan di wajah Laura berubah menjadi senyuman dengan mata berkaca-kaca.
“Ck, lama!” decak Aretta sembari menabrakkan diri lebih dulu pada Laura. “Lo nyebelin. Nyebelin banget, Ra.”
“Em, maaf.” sahut Laura tulus sembari membalas pelukan erat Aretta.
“Kenapa nggak kasih tahu gue? Lo nggak nganggap gue sahabat? Atau ... lo nggak percaya gue bisa jaga rahasia?” tuntut Aretta tidak terima.
Laura selalu menampung segala cerita dari Aretta. Termasuk keluhan tentang perasaan sulit menerima perpisahan kedua orangtuanya dan perasaan yang dia pendam untuk Auriga.
“Nggak, Ta. Nggak kayak gitu. Lo ... juga pasti ngerti,” balas Laura. “Gue bingung dan ngerasa ... serba salah.”
“Gue ngerti, tapi tetep aja—ck!”
Aretta berdecak saat ponsel Laura menganggu, berdering dan menyala-nyala. Dia melepaskan pelukan keduanya lalu meraih ponsel Laura dan menggeser ikon hijau dengan kesal.
“Cewek lo lagi sama gue. Jangan ganggu kita dulu!” ucapnya sewot lalu mematikan sambungan sepihak.
Ellzio tidak lagi menganggu. Namun, Cia yang menangis karena tidurnya merasa terusik. Laura dan Aretta reflek kompak menepuk-nepuk paha Lycia lembut.
“Jangan berisik makanya, Ta.” desis Laura menyalahkan.
“Ya, kan, gue lagi marah, Ra.”
★★★
“Ra, tunggu!”
Laura justru mempercepat langkahnya mendengar suara di belakang sana.
“Ra ...” tubuh Laura berbalik akibat tarikan ditangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
Teen Fiction⚠️17+ Arcellzio Bagja Sagara, dinobatkan sebagai cowok ganteng paling meresahkan sepanjang sejarah siswa baru SMA Cakrawala. Siswa pindahan dari Bandung yang masuk sekolah semaunya dan membuat masalah adalah hobinya. Selain menjadi incaran guru BK...