Laura turun dari mobil setelah mencium punggung tangan papa dan mendapat nasehat seperti biasa dari pria paruh baya itu. Dengan memegang ringan kedua sisi tali tas sekolahnya, Laura memasuki gerbang.“Ra!”
Laura menoleh ke sumber suara, kemudian tersenyum sembari membalas lambaian tangan Aretta yang memanggil namanya.
Teman sebangkunya itu berlari kecil menghampiri Laura setelah turun dari motor dan memberikan helmnya pada Auriga.
“Bareng Auriga lagi?” tanya Laura meski dia sudah tahu sendiri jawabannya.
Aretta memamerkan senyuman senang sekaligus malu-malu. “Em,” gumamnya lalu menggandeng tangan Laura dan mereka pergi ke kelas bersama.
“Jadi kemarin pergi bareng Amara sama Zio nya?”
Laura mengangguk sembari bergumam.
“Gue liat di postingan Instagram baru Amara, dia kayak pake baju lo,” ucap Aretta lagi.
Laura kembali bergumam. “Em, tapi itu foto beberapa hari yang lalu. Waktu Amara nginep dan kebetulan lupa bawa baju. Cuma baru dia post aja,”
“Oh,” Aretta mengangguk paham. “Gue jadi iri banget sama Mara. Dia bisa bebas nginep di rumah lo,” keluhnya.
“Kalo lo mau nginep, pintu rumah dan kamar gue juga terbuka lebar buat lo, Ta,” ucap Laura.
Aretta mendengus. “Kalo gue izin nginep yang ada nyokap gue bakal berbaik hati masukin baju gue ke dalam koper, Ra. Sekalian nendang gue dari rumah biar lebih cepet sampe ke rumah lo yang ada,” diusir maksudnya. “Ngapain nginep, kayak nggak punya rumah aja!” sambung Aretta menirukan ucapan mamanya.
Laura tertawa. Dia juga merasakannya. Mama dan Papa mengizinkan teman-teman dekatnya menginap di rumah, tapi tidak mengizinkan saat Laura yang meminta izin menginap di rumah temannya.
Tidak langsung masuk, Laura dan Aretta lebih dulu nongkrong di depan kelas. Dari lantai dua tempat mereka berpijak, keduanya memperlihatkan orang-orang yang beraktivitas dibawah.
Fokus keduanya sama-sama tertuju saat melihat tiga orang yang mereka kenal. Ellzio yang dikejar Amara berlari sembari tertawa mengejar Auriga di lapangan. Entah keisengan apa yang Ellzio lakukan sampai Amara mengejarnya dan terlihat kesal. Untuk sampai ke kelas, dari parkiran mereka harus lebih dulu melewati lapangan.
Ellzio merangkul Auriga dengan satu tangan menahan serangan Amara. Cowok yang mengaku menyukai Laura itu terlihat mengaduh saat Amara menjewer telinganya, sebelum akhirnya setelah puas Amara berjalan lebih dulu dari kedua cowok teman sekelasnya itu.
Bukan sekadar tebakan lagi, Laura yakin Ellzio dan Amara berangkat bersama. Ellzio menjemput Amara.
Seperti kesepakatan mereka soal siapa yang kalah taruhan harus menuruti perintah yang menang. Ellzio menyetujui mengantar jemput Amara selama seminggu ini atas perintah cewek itu yang sempat Laura dengar kemarin.
Laura membuang satu tarikan napas panjang, berharap rasa cemburu yang tidak berhak dia rasakan ikut terbuang.
“Menurut lo lebih ganteng Auriga atau Zio, Ra?” tanya Aretta. Namun alih-alih memberi kesempatan Laura menjawab, Aretta malah lebih dulu menjawab pertanyaannya sendiri.
“Kalo menurut gue jelas Auriga kemana-mana. Auriga nggak cuma terlihat ganteng menarik, tapi dia juga pinter, baik, kalem, dewasa, ambis, karismatik dan positif vibes pastinya,” ucap Aretta memborong kosa kata pujian untuk crush sekaligus tetangganya itu.
“Memangnya Zio nggak?” tanya Laura dengan nada yang kentara terdengar tidak terima.
Padahal kalau kumat, mereka berdua tidak ada bedanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
Teen Fiction⚠️17+ Arcellzio Bagja Sagara, dinobatkan sebagai cowok ganteng paling meresahkan sepanjang sejarah siswa baru SMA Cakrawala. Siswa pindahan dari Bandung yang masuk sekolah semaunya dan membuat masalah adalah hobinya. Selain menjadi incaran guru BK...