Bab 35

4K 189 4
                                    

Mata dilara nyaris berkaca-kaca, namun ia segera menunduk dan menjabat tangan Calista, kemudian mengucapkan kata pamit dengan sangat pelan agar Emir tak bisa mendengarnya dengan jelas

Bibi anim yang menyaksikan peristiwa menyedihkan itu juga sulit menahan air matanya, air matanya jatuh begitu saja ketika mengingat keadaan dilara yang dipaksa berpisah dengan suami dan anaknya, kini justru bertemu perempuan yang bisa saja menjadi istri suaminya

Dilara segera pergi meninggalkan mereka sambil menarik Nazira pergi

" Ibu Elyas jangan pergi dulu ", ucap  Yagis sambil menyusul dilara yang beranjak pergi dari sana namun Calista segera menahan Yagis agar tidak mengikuti dilara

Air mata dilara seketika berlinang saat mendengar ucapan Yagis dibelakangnya, untung saja saat itu dia sudah berbalik sehingga mereka tidak perlu melihat air matanya

Saat semakin jauh Nazira yang heran melihat dilara menangis pun bertanya

" Elyas kenapa kau menangis?, jangan bilang itu karena teguran ayah anak itu? "

Dilara hanya menggeleng-geleng saja, ia kesulitan menjawab pertanyaan Nazira

Di tempat Emir berada bersama yang lainnya, Calista mengajak Yagis kembali untuk bermain ditempat sebelum nya

Setelah dibujuk, akhirnya Yagis kembali bermain di tempat awal, namun Emir yang melihat air mata bibi anim menjadi keheranan

" Bibi anim, ada apa? "

" Tidak ada, tadi ada debu yang masuk ke mataku ", ujar bibi anim menutupi

Bahkan setelah mereka kembali ke mansion, bibi anim terlihat murung, pikirannya melayang pada saat pertemuan nya dengan dilara ditaman

***

Beberapa hari telah berlalu sejak pertemuan tak disengaja itu, dilara semakin berharap permohonan pemindahan nya di terima oleh pihak yang berwenang di Astana

Hingga suatu hari, dilara dipanggil oleh staff kepegawaian

Mereka mengabarkan bahwa permohonan dilara diterima secara kebetulan, bahkan mereka tidak menyangka jika pihak Astana akan menerima permohonan dilara secepat itu, seharusnya justru mereka menolak permohonan tersebut, namun dilara dianggap sangat beruntung karena permohonan nya segera diterima oleh kepegawaian di Astana

Dilara segera mengabari ibunya tentang pemindahan nya itu, tentu hulya menyambut kabar tersebut dengan bahagia

Besok adalah hari keberangkatan dilara, hari ini pun dia membereskan sisa berkas yang tersisa dan berpamitan pada semua orang, namun tak disangka saat dilara hendak meninggalkan perusahaan, Ferit terlihat menghampiri nya dengan tergesa-gesa

" Ada apa ini Nona Elyas?, kau meminta pemindahan ke Astana? ", tanya Ferit dengan wajah tak percaya

" Benar pak Ferit, saya juga ingin berpamitan pada bapak hari ini, saya akan pergi besok "

" Aku bahkan baru mengetahui hal ini hari ini setelah menyelesaikan dinas luar, mengapa kau tiba-tiba ingin pindah nona Elyas, apa ada yang membuatmu tidak nyaman? "

" Tidak pak Ferit, saya pindah karena ibu saya berada di Astana, tidak ada alasan lain "

Dilara tidak ingin menjelaskan lebih lanjut alasan kepindahannya pada Ferit, dan langsung pamit pergi

Sepeninggalan dilara, Ferit pergi menuju departemen kepegawaian

" Kalian menerima permohonan pemindahan nona Elyas begitu saja? ", tanya Ferit

" Tapi nona Elyas sepertinya memang sangat ingin pindah ke Astana pak, dia sudah memenuhi semua prosedurnya, kami hanya meneruskan permohonannya, tidak ada yang menyangka jika pihak di Astana akan langsung menerima permohonan nona Elyas "

Pungguk Merindukan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang