Bab 46

4.7K 223 106
                                    

Dilara seketika terdiam

Ibunya telah tiada?

Apa yang terjadi?

Jadi Emir membohongi nya?
Atau Yagis yang salah memahami hal itu

Tangannya gemetar

Tidak memperdulikan lagi kakinya yang masih dalam masa penyembuhan, dilara mencoba berdiri dan berjalan keluar kamar mencari Emir, dia harus segera memastikan hal tersebut, semoga itu hanya pemahaman Yagis yang salah

" Emir.. Emir.. ", panggil dilara

Mendengar panggilan dilara Emir pun kembali ke arah kamar, dia dibuat kaget saat melihat dilara mencoba berjalan ke arah nya

Seketika Emir segera berlari dan memapah dilara

" Dilara apa yang kau lakukan?, kakimu masih belum sembuh, kau tidak ingat nasehat dari dokter? ", ujar Emir yang khawatir

" Emir katakan padaku, Apa benar ibuku ada dirumah sakit saat ini? ", tanya dilara yang terdengar serius

" Ya, tentu saja", Emir bahkan mampu berbohong tanpa berkedip

" Kalau begitu aku harus melihat nya langsung dengan mataku sendiri "

" Bukankah kita sudah membicarakan soal ini? "

" Yagis bilang keluarga mu memakamkan ibuku Emir, katakan yang sebenarnya, apa itu benar? "

" Yagis masih kecil dilara, dia tidak mengerti dengan apa yang ia ucapkan "

" Tidak kok, waktu itu mereka bilang itu ibunya ibu ", sahut Yagis yang berdiri didepan pintu

Ingin sekali Emir membawa Yagis pulang ke mansion keluarga nya saat itu, dia benar-benar lupa betapa polos putra nya itu

Akhirnya dia memanggil pengasuh Yagis untuk mengajak Yagis bermain di ruangan lain

Dilara menatap Emir dengan tajam

" Jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya, aku akan membencimu seumur hidupku Emir "

Mendapat ancaman seburuk itu membuat Emir goyah, bagaimana jika dilara benar-benar membencinya?

Itu tidak boleh terjadi

" Baiklah, aku akan mengatakan yang sebenarnya, tapi kau harus berbaring dulu, kau sudah memaksa kakimu untuk berjalan"

Dilara semakin takut setelah mendengar ucapan Emir tersebut

Ibunya benar-benar telah tiada?

" Dilara, tolong jangan membenciku, aku memang ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi aku ingin menunggu hingga kesehatan mu membaik, hanya itu saja, aku tidak punya niat lain, bibi Hulya memang sudah meninggal setelah dibawa ke rumah sakit, aku dihubungi oleh mantan supir kami dulu, dia melihatmu dan bibi Hulya dalam kecelakaan itu, jadi langsung menghubungi ku " Jabar Emir dengan suara rendah

Dilara diam seribu bahasa, dunianya seakan runtuh

Pandangan nya mengabur dan perlahan semakin gelap hingga ia pingsan

***

Perlahan dilara membuka matanya

" Dilara kau sudah sadar?, kau membuatku khawatir ", ucap Emir penuh kekhawatiran

Dilara mengingat kembali hal terakhir yang ia dengar dari Emir

Tangisan nya pecah, dalam seketika dilara menangis sejadi-jadinya

Emir yang melihat dilara meneteskan airmata hanya bisa memberinya pelukan dan membiarkan dia menangis dalam pelukannya

Dilara menangis cukup lama hingga akhirnya ia berhenti dengan matanya yang mulai sembab

Pungguk Merindukan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang