Bab 38

4K 211 6
                                    

Pagi ini dilara dilanda perasaan gelisah luar biasa, padahal dia hanya perlu menyerahkan surat pengunduran diri saja, dan bisa langsung pergi ke tempat yang jauh dimana Emir tidak akan bisa menemukan nya, namun perasaannya tetap tak karuan

Setelah bersiap-siap dengan cepat, dilara segera pergi menuju perusahaan pagi-pagi sekali

Ketika dilara tiba di perusahaan, hanya ada beberapa security yang terlihat berlalu lalang dan segelintir karyawan saking paginya ia datang

Tanpa membuang waktu, dilara segera melangkah ke arah departemen kepegawaian

Diruang tersebut sudah ada beberapa staff yang hadir, dilara segera menyampaikan niatnya untuk mengundurkan diri

" Nona Elyas, kau tahu betul aturan yang berlaku, pengunduran dirimu sama sekali tidak bisa diterima ", ucap staff kepegawaian

" Aku akan membayar denda pemutusan kontrak ", ucap dilara penuh keyakinan

" Kau bersungguh-sungguh?, dendanya tidak sedikit nona Elyas, aku tidak mengatakan ini untuk merendahkan mu, tapi bahkan karyawan dari keluarga kaya sekalipun tetap mempertimbangkan keputusan ini ratusan kali, itu bukan jumlah yang sedikit, kau benar-benar tidak bisa menunggu hingga kontrakmu berakhir? ", staff kepegawaian tersebut masih berusaha membujuk dilara untuk bertahan

" Aku sudah memikirkannya, dan keputusanku sudah bulat "

" Baiklah, untuk kasusmu ini, aku harus menyerahkannya pada kepala departemen "

" Kepala departemen?, Pak Alan? "

" Iya, bicaralah dengan beliau tentang pengunduran dirimu dan juga denda pemutusan kontrak nya "

" Apa pak Alan sudah tiba sepagi ini? "

" Tentu, beliau selalu datang lebih awal dari siapapun di departemen ini "

Dilara tidak menyangka jika Alan adalah orang yang begitu disiplin hingga ia masih harus menemuinya untuk membahas pengunduran diri

Akhirnya dilara beranjak dari sana dan menuju ruangan kepala departemen

Setelah mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk, terdengar suara Alan yang mempersilahkan dilara masuk dari dalam

Begitu dilara membuka pintunya, ia nyaris kesulitan bernafas

Seakan nafasnya tercekat, dilara mematung ditempatnya

Emir

Emir duduk di sofa ruangan kepala departemen bersama Alan

" Kebetulan sekali nona Elyas, pak Emir datang kemari untuk berterimakasih padamu karena pernah menemukan putranya saat menghilang di taman, saat kau masih di Bishkek, ini benar-benar sebuah kebetulan, kakakku juga berada disana saat itu ", ucap Alan seraya tersenyum

" Pak Emir bilang dia tidak sengaja melihatmu di acara kemarin, tapi tidak sempat berterimakasih saat itu", lanjut Alan", lanjut Alan

Emir tidak memalingkan pandangannya sedetikpun, dia terus menatap dilara penuh selidik

Sementara dilara, ia bahkan sudah tidak mendengar lagi apa yang dikatakan oleh Alan, pikirannya sibuk memikirkan cara agar bisa segera pergi saat ini

Jangan-jangan Emir ingin memastikan segalanya saat ini?

Apapun tujuannya datang sekarang, yang jelas itu pasti bukan untuk berterimakasih tentang kejadian saat itu

" Duduklah nona Elyas ", kata Alan yang melihat dilara tidak kunjung duduk selama ia bicara

Dilara kalang kabut, apa yang harus ia lakukan, dia tidak mungkin tiba-tiba berpamitan sementara niatnya datang adalah untuk mengundurkan diri, tapi bukankah Emir akan semakin curiga jika ia mengatakan nya dengan lantang

Pungguk Merindukan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang