Bab 37

3.9K 203 17
                                    

Emir mematung ditempatnya berdiri, ia sedang mencerna kembali apa yang ia dengar barusan ketika langkah Ferit dan gadis di sisinya itu semakin menjauh

Suara itu, dia tidak mungkin salah, itu adalah suara yang telah ia dengar selama bertahun-tahun lamanya, bahkan ucapannya sangat persis seperti yang dikatakan saat mereka melakukan piknik dibukit dahulu

Itu suara,seorang sahabat, kekasih dan juga istrinya dilara

Tapi bagaimana bisa?

Dilara telah tiada, bagaimana mungkin dia ada disini?

Calista sudah memanggilnya beberapa kali, namun Emir masih tenggelam dalam lamunannya, hingga akhirnya Calista menyentuh bahu Emir hingga membuat Emir tersadar dengan keberadaan Calista

" Maaf Calista, ada hal penting yang harus ku urus, aku pamit dulu ", Emir segera meninggalkan Calista disana, ia mengejar Ferit yang sudah semakin jauh

Dia harus memastikannya sendiri, bahkan jika dilara telah tiada, dia tetap harus memastikan siapa wanita yang bicara tadi, suara nya persis seperti milik dilara

Emir dengan tergesa-gesa mengejar Ferit dan gadis itu

Ketika Emir sampai tepat dibelakang mereka, ia segera menyentuh bahu gadis yang berdiri di sisi Ferit itu untuk melihat siapa gadis tersebut

Saat itu, dilara pun berbalik untuk melihat siapa orang yang menyentuh bahunya, di ikuti oleh Ferit yang juga berbalik

Ada Emir disana dengan raut wajah tak terbaca

Jantung dilara berdegup kencang

Ada apa ini?

Mengapa Emir tiba-tiba di belakangnya?
Raut wajahnya tak terbaca, seakan ada perasaan campur aduk disana

Entah mengapa, perasaan dilara semakin  gelisah, ini bukan pertama kalinya ia bertemu dengan Emir, tapi biasanya Emir selalu menunjukkan sikap dingin dan kesal terhadapnya, namun kali ini, ekspresi nya tidak terkatakan

Emir terkejut, ternyata itu nona Elyas yang selama ini sering ditemuinya, kenapa dia ada di Astana, dan mengapa ia memiliki suara yang persis seperti dilara?

Jika di ingat-ingat kembali, dia memang belum pernah mendengar nona Elyas itu berbicara sekalipun

Emir masih membisu ditempatnya, ada rasa heran dan bingung di dirinya

" Emir, tolong jangan hari ini, ini adalah suasana yang menyenangkan, seharusnya kau tidak mengungkit kejadian lama di acara sebesar ini kan, Orang-orang akan memperhatikan kita Emir ", Ferit yang mengira Emir masih ingin membuat perhitungan dengan dilara segera buka suara dan meminta nya untuk tidak melakukan hal tersebut

Namun Emir masih menatap dilara dengan tatapan penuh tanya

" Nona Elyas, jawab aku, dari mana kau berasal? ", tanya Emir serius

" Dia berasal dari Kirgizstan ", seru Ferit ingin segera menyudahi suasana yang mulai canggung itu

" Aku tidak bertanya padamu Ferit ", ucap Emir yang memberi tatapan dingin pada Ferit

Saat ini Emir benar-benar harus memastikan hal ini, dan dia tidak punya waktu untuk berbasa-basi

Ferit merasa ada yang janggal, Emir tidak pernah se serius ini sebelum nya saat menegur dilara, tapi mengapa sekarang tiba-tiba ia terlihat sangat serius

Dilara mulai berkeringat dingin, dia gugup dan takut jika Emir ternyata menyadari sesuatu dan sedang memastikannya

Apa yang harus ia lakukan?, bahkan Ferit sekalipun tidak diberi kesempatan untuk bicara, bagaimana ia bisa menghindari Emir kali ini

Pungguk Merindukan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang