Bab 39

4K 190 15
                                    

Emir kembali bersama keluarga Taverim menggunakan jet pribadi milik kakeknya pak Tezim agar bisa tiba di Bishkek lebih cepat

Mansion keluarga Evrioglu sudah didatangi oleh banyak orang ketika Emir tiba disana

Dengan terburu-buru ia turun dari mobilnya dan berlari ke dalam Mansion

Di dalam Mansion terlihat keluarga besar serta kerabat dan tetangga mereka yang telah berkumpul

" Emir, paman Asad telah meninggal dunia, semoga kau bisa tabah menghadapi ini ", ucap keponakan pak Asad dengan pelan

" Emir, masuklah ke dalam kamar itu, kau harus melihat kakekmu sebelum ia dimakamkan ", ujar adik perempuan Pak Asad

Dengan tubuh yang gemetar, Emir masuk ke dalam kamar kakeknya

Begitu masuk kesana, didalam kamar sudah ada nenek beserta saudara laki-laki pak Asad

Kakeknya juga terbaring disana, wajahnya telah pucat seutuhnya

Emir menegang ditempatnya berdiri, air matanya jatuh seketika

" Apa yang terjadi ?, bagaimana mungkin kakek tiba-tiba meninggal? ", tanya Emir yang terkejut dengan kepergian kakeknya yang tiba-tiba

" Emir sayang tenangkan dirimu ", ucap Nyonya Bushra dengan matanya yang sudah sembab

" Penyakitnya kambuh tadi pagi Emir, kami hendak membawa kakekmu kerumah sakit, namun dia telah pergi lebih dulu bahkan sebelum kami sempat membawanya kerumah sakit ", lanjut nyonya Bushra yang terisak

" Bagaimana mungkin penyakitnya tiba-tiba kambuh ?, kakek terlihat baik-baik saja saat aku pergi", kata Emir dengan suaranya yang bergetar, ia terlihat kalut

Emir merasa sesak, membayangkan kematian kakeknya saja ia tak sanggup, apalagi jika melihat hal tersebut terjadi seperti saat ini, setelah kepergian ayahnya, semua hal yang menyangkut dirinya selalu di urus oleh sang kakek, dan hari ini didepan mata nya, ia melihat jasad sang kakek yang sudah tak bernyawa

Melihat Emir yang mulai kalut, akhirnya para kerabat berusaha menangkannya

" Emir, bersabarlah "

" Kau harus tegar Emir ", ucap salah satu kerabat sambil mengusap bahu Emir

Para Saudara pak Asad juga tidak bisa menyembunyikan kesedihan mereka, mereka juga terkejut dengan kepergian pak Asad namun tetap berusaha tegar didepan cucunya itu

" Emir, ciumlah kening kakekmu sebelum kita memakamkan nya ", ucap nyonya Bushra yang masih berderai air mata

Perlahan Emir mendekat ke jasad kakeknya yang telah tiada

Ia mencium kening sang kakek perlahan

Hatinya pedih, seakan ada bagian dari dirinya yang menghilang

Setelah semua persiapan selesai, sesuai dengan permintaan pak Asad yang ia sampaikan pada nyonya Bushra dan para saudaranya ketika ia masih hidup, bahwa jenazah pak Asad akan di makamkan di sisi pemakaman putranya, Aslan Evrioglu

Bahkan Talisa tidak sanggup menghadiri pemakaman ayah mertuanya itu karena terlalu sedih, ia sempat pingsan saat hendak ikut pergi ke pemakaman, pak Asad sudah seperti ayah kandung baginya, walau telah kehilangan suami, dia tidak pernah kekurangan kasih sayang dari ibu dan ayah mertuanya, sehingga kepergian salah satunya sungguh membuat nya terluka

Hari itu kediaman Evrioglu dipadati oleh para pelayat yang datang dari berbagai kalangan dan negara, relasi pak Asad dari berbagai penjuru juga datang untuk melayat ke Mansion mereka, keramahan nya pada para pekerja tidak perlu diragukan lagi, sehingga siapapun yang pernah berhubungan dengannya pasti akan sangat terkejut dengan berita kepergian nya yang tiba-tiba, hingga jumlah pelayat benar-benar tidak terbendung selama berhari-hari

Emir menyambut para pelayat dengan tatapan kosong, hanya raganya yang ada disana, sementara pikiran nya melayang entah kemana, dia tidak punya selera untuk makan berhari-hari dan hanya makan sedikit agar punya tenaga menemui para tamu yang menyambangi kediaman mereka

Semua orang sangat terpukul dengan kepergian pak Asad yang tiba-tiba, bahkan Calista beserta keluarganya juga sudah tiba di Bishkek untuk mengunjungi keluarga Evrioglu yang sedang berduka

Karangan bunga dan ucapan belasungkawa sudah memadati sisi jalan menuju ke kediaman Evrioglu

" Emir, aku turut berduka cita atas kehilanganmu ", seru Calista berbelasungkawa

" Terima kasih sudah datang Calista "

***

Sejak pertemuannya dengan Emir beberapa hari lalu, akhirnya dilara kembali ke perusahaan lagi dengan niat yang sama, yaitu mengundurkan diri

Untung nya saat itu dia tidak perlu berurusan dengan Alan lagi, karena dia sedang tidak di Astana

" Hey kau tahu, ku dengar pak Alan pergi ke Kirgizstan untuk mengunjungi keluarga calon iparnya ", seru salah satu staff kepegawaian ketika dilara sedang melakukan proses pengunduran diri diruangan mereka

" Iya, ada keluarganya yang meninggal, bahkan bu Calista juga pergi kesana ", sahut yang lainnya

Dilara nyaris terperanjat mendengar kabar duka itu

Siapa yang meninggal? Karena itulah Emir pergi dengan terburu-buru saat itu?

" Siapa yang meninggal?, orang tuanya?", tanya staff lainnya yang sudah mewakili isi hati dilara

" Bukan, jika tidak salah, itu kakeknya "

Pak Asad tua meninggal?

Kini tidak hanya kaget, dilara bahkan terpaku ditempatnya, ia mencerna dengan seksama informasi yang ia dengar

Pak Asad tua telah tiada?
Emir pasti sangat terpukul dengan kejadian ini, beliau adalah kakek kesayangannya

Walaupun pak Asad telah berlaku tidak adil terhadapnya, namun dilara tidak menutup mata terhadap kebaikan beliau pada keluarganya dan juga dirinya ketika ia masih berteman dengan Emir bahkan setelah ia menikah dengan Emir, beliau bahkan tidak keberatan membawa berbagai coklat dari kota hanya agar dilara bisa mencicipi beraneka coklat saat itu, beliau mulai berubah sejak Emir dapat melihat kembali, mungkin itu adalah keinginan terbesarnya, melihat Emir meraih kesuksesan dan juga pendamping yang sepadan dengannya, dilara sudah berdamai dengan fakta itu, terlebih kini pak Asad telah tiada, dilara sudah memaafkannya, selama tujuannya adalah demi kebahagiaan Emir, dilara sudah berlapang dada menerima keputusan pak Asad

Setelah semua proses pengunduran diri dilara selesai, dilara segera berpamitan pada semua orang dan pulang kerumah

Dirumah ia menyampaikan kabar duka tersebut pada ibunya, Hulya yang dulu begitu kecewa dan marah dengan keputusan pak Asad juga tidak bisa menahan air matanya ketika mendengar kabar bahwa pak Asad telah meninggal dunia, nyatanya baik Hulya dan dilara bukanlah orang yang bisa menyimpan dendam, kini mereka telah berdamai dengan keadaannya, Hulya juga menasehati dilara agar segera memaafkan pak Asad atas kesalahannya di masa lalu, karena walau bagaimanapun, kini pak Asad telah tiada, tidak benar menyimpan dendam padanya, biarkan dia meninggal dengan tenang tanpa berhutang maaf pada keluarga mereka

Pungguk Merindukan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang