Astana
" Untuk pertama kalinya kemarin aku di minta pergi ke tempat produksi, itu benar-benar luas bu ", cerita dilara pada ibunya
" Oh benarkah? " Tanya hulya antusias
" Iya, sebenarnya itu bukan tugasku, tapi tugas para senior, karena mereka semua sedang sibuk, jadi mereka memintaku untuk pergi, kami bahkan di ajak makan siang bersama di restoran ternama "
" Itu terdengar menyenangkan ", Sahut hulya
" Iya, bahkan salah satu asisten dirut memberitahu ku kalau perusahaan hendak membuka cabang di Bishkek, jika aku beruntung aku bisa saja di pindahkan kesana, namun ibu tidak perlu khawatir, yang di transfer biasanya hanyalah karyawan senior, nyaris tidak ada karyawan junior sepertiku, mereka hanya berbasa-basi saat itu ", kata dilara yang yakin bahwa dia tidak mungkin di transfer ke Bishkek walaupun dia berasal dari Kirgizstan mengingat dia hanyalah karyawan junior di perusahaan
Raut wajah Hulya yang sempat gelisah segera kembali seperti semula setelah mendengar kalimat terakhir dilara
" Dilara kau harus berhati-hati, selama ini kita sudah bersusah payah pergi jauh dari kampung halaman dan beradaptasi di negara orang hanya agar tidak bertemu dengan keluarga Evrioglu lagi, jika sampai kau di pindahkan ke Bishkek, kemungkinan untuk bertemu mereka akan semakin besar ", ujar Hulya yang khawatir
" Iya bu, aku mengerti, selama beberapa tahun ini aku bahkan menggunakan nama belakang untuk keseharian ku hanya agar namaku tidak sampai terdengar ke telinga Emir suatu saat nanti, aku tidak berniat merusak masa depannya yang seharusnya cerah tanpa aku, walaupun aku merindukan anakku, aku akan menahannya ", ucap dilara sembari tersenyum
***
Hari ini Emir harus berangkat ke Astana untuk menghadiri rapat di perusahaan tambang milik kakeknya pak Tezim, ia berangkat bersama ibunya Talisa yang juga ingin mengunjungi keluarga nya
Saat ini Emir juga memiliki saham disana yang merupakan bagian ibunya Talisa, karena Talisa seorang wanita, sehingga ia menyerahkan sahamnya pada Emir agar dia bisa ikut bekerja menggantikan dirinya
Setibanya di Astana, Emir dan Talisa pun dijemput oleh sopir keluarga Taverim yang sudah menunggu kedatangannya di bandara
Di depan mansion keluarga Taverim yang tak kalah besar dari milik keluarga Evrioglu sudah ramai dengan anggota keluarga besar Taverim yang menunggu kedatangan Emir, terlebih Talisa juga ikut pulang kali ini, seluruh penghuni mansion juga tahu betapa pak Tezim dan nyonya Eyda sangat menyayangi putri bungsunya itu, bahkan mereka lebih menyayangi Talisa dari pada kedua kedua putranya Tehiz dan Tamir, namun sama sekali tak ada rasa iri dari kedua kakak laki-laki nya itu, justru Tehiz dan Tamir juga sangat menyayangi Talisa sejak mereka masih muda
Didepan mansion sudah berdiri pak Tezim, nyonya Eyda, Tehiz dan Tamir bersama keluarga mereka masing-masing, belum lagi para pelayan yang juga merindukan Talisa dan menunggu kedatangannya
Begitu Emir dan Talisa turun, buru-buru nyonya Eyda menghampiri Talisa dan memeluk nya dengan erat, begitu pula pak Tezim, ia juga segera memeluk cucunya Emir yang telah lama tidak ia lihat, Emir tumbuh sebagai pria dewasa yang penuh wibawa saat ini, image pemimpin benar-benar cocok untuk nya
Setelah pertemuan yang mengharu biru itu, Talisa pun mengobrol dengan kedua orang tuanya dan juga Tehiz dan Tamir beserta istri mereka, mereka saling berbagi cerita dan juga tertawa bersama
Sedangkan Emir pergi bergabung dengan para sepupunya
" Hey, whatsup tuan Sergey, lama tak berjumpa, kau semakin tampan saja ", Goda Deniz yang merupakan putra Tamir
KAMU SEDANG MEMBACA
Pungguk Merindukan Bulan
General FictionKisah tentang pewaris keluarga kaya yang buta namun dijodohkan dengan gadis penggembala ----- Karena kecelakaan hebat yang terjadi pada ayah dan anak itu, keluarga Evrioglu harus merelakan kematian kepala keluarga mereka dan hanya menyisakan satu c...