42

18.5K 641 12
                                    

"ALKENOOOOOO" Teriak Aileen memanggil Alkeno, yang kini melangkahkan kakinya menjauh dari sana.

Aileen bangkit dari duduknya, ia mengejar pria yang kini sudah tak terlihat lagi.

"Hati hati ai" Ucap Kevin.

"Ai jangan lari, jalannya licin" Ucap Vino sambil menyusul Aileen yang sudah berlari menjauhi mereka.

Aileen sama sekali tidak memperdulikan mereka yang terus berteriak agar dirinya menjaga diri.

Sekarang ia hanya fokus pada Alkeno.

"ALKENOO" Panggilnya saat melihat Alkeno yang sudah menuruni dua lantai.

Alkeno sempat melirik gadisnya yang berada diatas, namun dengan cepat pandangannya kembali kearah depan.

Aileen semakin cepat menuruni setiap anak tangga, walaupun beberapa kali ia sudah tergelincir dan hampir terjatuh.

Keempat inti Vegraz pun ikut berlarian mengejarnya.

"AI HATI HATI" Ucap Vino memperingati

Namun hal itu lagi lagi Aileen hiraukan, ia tidak peduli dengan keselamatannya kali ini.

Pikirannya sekarang hanya pada prianya, ia ingin cepat datang untuk menahan Alkeno agar tidak mendonorkan jantungnya.

Kakinya mulai melemas, namun ia tetap menguatkannya untuk cepat sampai diruang operasi.

Sesampainya disana Aileen menemukan kedua orang tua Alkeno yang sedang menunduk sambil terus berdoa.

Lampu ruang operasi juga menyala, menandakan operasi sedang berlangsung.

Aileen kembali menangis, dadanya sangat sesak, napasnya menjadi sangat sulit, ketika tidak mendapati Alkeno disana.

"Bund Alkeno mana?" Tanya Aileen dengan napasnya yang terengah-engah.

"Alkeno didalam ai, dia lagi donorin jantung nya buat Albert" Jawab Indri

Aileen menggelengkan kepalanya tak percaya. Sungguh rasanya sekarang seperti separuh jiwanya hilang.

"Alkenoo" Lirihnya

Aileen menatap terus ke arah pintu operasi, disana suster selalu bulak balik mengambil alat medis.

"Sus ada apa?" Tanya Ayah Alkeno

"Pasien yang bernama Alkeno dalam keadaan kritis Pak, saya tidak bisa terlalu lama, permisi" Ucap suster itu, lalu masuk kedalam ruang operasi.

"Alkeno" Ucap Aileen.

Setelah menunggu kurang lebih tiga jam, lampu ruang operasi pun mati dan tidak menyala lagi.

Kemudian pintu ruang operasi pun terbuka lebar, sebuah bangkar keluar dari dalam sana dengan didorong oleh kedua pria.

Tangis Aileen pecah, saat melihat seseorang yang diatas bangkar ditutupi oleh kain putih.

"Siapa ini dok?" Tanya Aileen dengan suara tangisannya.

"Pendonor jantung" Jawab dokter yang ikut keluar dari dalam ruang operasi.

"Hahh?" Ucap Aileen, sambil mendekati ke arah bangkar itu.

"Alkenoo" Lirihnya sambil membuka kain putih yang menutupi wajah Alkeno.

"Ng-ngga" Ucapnya

Sungguh melihatnya membuat jantungnya juga seperti ikut berhenti berdetak.

Napasnya sangat sulit kali ini, air mata yang terus mengalir membasahi tangan Alkeno yang kini sedang digenggamnya.

"Alkeno bangun sayang" Ucapnya dengan suaranya yang sudah tersedu-sedu.

"ALKENO BANGUN!!!" Sentaknya.

"Ai lo tenang ai, jangan kayak gini kasian Alkeno" Ucap Agatha sambil berusaha melepaskan tangan Aileen dari Alkeno.

"Lo minggir" Tepis nya pada Agatha.

Semua orang sangat sedih melihat keadaan Aileen sekarang.

Mereka juga merasa kehilangan oleh Alkeno. Namun mereka masih bisa menahannya.

"Alkeno aku mohon kamu bangun sayang, aku mohon" Pinta nya.

Ia menggoyang-goyangkan tubuh Alkeno, ia memeluk tubuh Alkeno yang berada di atas bangkar.

"Kamu lagi tidur kan, nanti kamu pasti bangun, jangan lama lama aku nunggu kamu disini" Ucapnya sambil memaksakan untuk menampilkan sebuah senyuman.

"Alkeno pasti kamu kedinginan ya, aku kasih kamu selimut ya, kita pulang" Ucapnya saat merasakan tubuh Alkeno yang sangat dingin.

"Gue ga bisa liat Aileen kayak gitu" Ucap Maura pada Agatha.

Agatha mengangguk kepalanya setuju.

Keempat inti Vegraz mengerumuni Alkeno dan juga Aileen.

"Alkeno aku mohon, jangan tidur lama lama, aku kangen" Ucapnya lagi dengan air matanya yang terus menetes.

"Maaf kak, jenazah harus kami urus dan dibawa keruang jenazah sebelum dibawa pulang" Ucap pria yang berada di sana.

"Ngga, dia ga mati, Alkeno lagi tidur, iya kan sayang?" Ucapnya sambil mengelus puncak kepala Alkeno.

"Tolong bantu teman kalian untuk menjauh dari jenazah, karena kami harus mengurusnya dengan cepat" Ucap pria itu pada keempat inti Vegraz dan juga teman-teman Aileen.

Dengan cepat Maura dan juga Agatha menahan Aileen, saat pria itu membawa Alkeno pergi.

"LEPASS!ALKENOO" Teriaknya sambil memberontak.

"Ai lo jangan kayak gini!" Ucap Maura.

"KALIAN LEPASIN GUE, GUE MAU KETEMU SAMA ALKENO" Ucapnya

"Sadar ga lo, kalau Alkeno udah ga ada Aileen, lo jangan egois!" Ucap Agatha.

"Egois?Iya gue egois, karena gue gamau kehilangan Alkeno, minggir!" Ucapnya sambil menatap tajam kedua temannya itu.

"Ai plis lo harus ikhlasin Alkeno" Ucap Maura.

"NGGA GUE BILANG NGGA YA NGGA" Sentaknya.

Lalu seorang pria datang mendekati kedua orangtua Alkeno yang sekarang sedang terduduk sambil menangis.

"Permisi Bu Pak, saya mau memberitahukan bahwa jenazah sudah dimasukkan kedalam mobil ambulans dan siap di antar ke rumah" Ucap pria itu.

"Terimakasih Pak, kalau begitu nanti saya akan ikuti dari belakang " Ucao ayah Alkeno.

"Ngga ken" Lirih Alkeno setelah mendengar ucapan dari pria itu.

Pria itu melangkahkan kakinya pergi bersama kedua orangtua Alkeno.

Semua orang yang disana juga ikut menyusul keluar menuju ke mobil ambulans.

Hujan yang sangat deras membasahi mobil ambulans Alkeno. Suara petir juga kini sangat menakutkan.

Aileen menatap mobil jenazah yang sudah menyala dan hendak pergi.

"Alkeno, aku mohon jangan tinggalin aku" Tangisnya dibawah derasnya hujan

"Ai lo harus tenang" Ucap Agatha

"ALKENOOO" Panggil nya saat mobil jenazah itu melaju dari sana.











°
°
°
°
°

Another Soul (Transmigrasi) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang