*Malam haripun tiba...
Sekitar pukul 21.00 malam El baru tiba dirumahnya yang ia tinggali bersama Rara sejak awal menikah sampai sekarang, dibukalah pintu rumahnya lalu ia segera masuk, berjalan santai menuju kamarnya.
Begitu sampai terlihatlah Rara yang sudah tertidur dengan lampu temaram yang menghiasi kamar tersebut, ia berjalan mendekati Rara menatapnya dengan penuh rasa iba yang begitu mendalam sampai akhirnya ia maju membungkukan setengah badannya hanya untuk mencium keningnya dengan lembut, diikuti gumam dihatinya.
"Maafkan aku Rara, jika aku selalu membuatmu menangis." Gumamnya dalam hati melihat mata Rara sembab lalu beranjak dari sana untuk membersihkan diri.
Kepergiannya membuat Rara membuka matanya, ia merasakan ciuman lembut sang suami dikeningnya, dia tau suaminya begitu menyayanginya bahkan ia tidak pernah mendengar sedikit saja El membentaknya atau memarahinya, tapi entah mengapa sampai sekarang El yang biasa ia panggil dengan sebutan mas Rian belum mau menanamkan benih padanya yang membuat dirinya terpukul akan cemohan kedua mertuanya yang mengatakan jika ia mandul.
"Begitu bodohnya aku sekarang yang hanya menuruti kemauanmu mas, walau aku tau kau begitu baik bahkan hampir setiap hari perhatianmu selalu aku terima, tapi aku tidak bisa menjalani rumah tangga tanpa seorang anak, aku akan mencari tau alasan yang sebenarnya dibalik keinginanmu yang sampai sekarang tidak mau memberikanku seorang anak." Gumam Rara dalam hatinya kembali memejamkan matanya.
*Keesokkan paginya...
Seperti yang biasa seorang istri lakukan Rara membangunkan El yang masih tertidur, dia juga sudah menyiapkan keperluan suaminya yang akan berangkat bekerja, begitu juga dengan sarapan yang sudah tersaji dimeja makan menunggu untuk suami istri tersebut menikmatinya.
"Mas Rian, sudah siang." Sapanya membangunkan dengan terkekeh.
"Hmm, kau yakin sudah siang?" Jawab El terbangun walau masih memejamkan matanya.
"Iya, kapan aku membangunkanmu dengan kata sudah pagi." Ledek Rara nyleneh.
"Kau benar sayang, jika membangunkanku mengatakan sudah pagi, aku pasti tidak ingin bangun karena masih pagi, istri yang sangat cerdas, emm sayang bisa tolong aku sebentar." Jawab El membuka matanya masih berbaring.
Mendengar sang suami meminta tolong Rarapun mendekati, begitu dekat pergelangan tangannya ditarik El sampai ia terjatuh dalam pelukan El yang mendekapnya begitu erat, lalu memejamkan matanya kembali.
"Mas, lepaskan aku." Keluh Rara.
"Temani aku tidur hanya lima detik saja yah." Jawabnya enteng.
"Ck lima detik kepalamu, mas cepat bangun." Perintahnya.
"Sebentar saja, biarkan aku memelukmu seperti ini, kau tau pagi ini aku merindukan peluk hangat istriku." Jawabnya membuat Rara mengelengkan kepalanya.
"Bangun atau aku mencubitmu mas."
"Cubit saja, cubitanmu cubitan sayang tidak akan sakit."
Rara yang mendengar suaminya meremehkan cubitannya mulai tersenyum menyeringai lalu iapun segera mencubit dada bidang suaminya tersebut begitu keras hingga El menjerit kesakitan lalu melepaskan pelukan Rara langsung terduduk diranjang dengan Rara yang ikut terbangun.
"Aaaaaaa awww ya Allah sakit Rara, kenapa cubitanmu beneran." Keluhnya mengaduh kesakitan sembari mengelus dada bidangnya.
"Itu cubitan sayang mas tidak sakit." Jawabnya enteng seraya melangkahkan kakinya pergi meninggalkannya.
Dengan cepat El menyusulnya lalu mulai memeluknya dari belakang seraya mengelitiknya dan menggendong paksa Rara menuju ranjang lalu membaringkannya dengan Rara yang memberontak ingin bangun dari ranjang, tapi sayang sekali El tidak memberikan celah untuknya pergi dia malah menciumi seluruh wajah Rara sampai ia menjerit geli ketika El menciumnya hingga ke leher dan telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...