Dua anak kecil yang masih berdiri dengan polosnya seketika terheran heran dengan perilaku kakeknya yang menatap tajam dua orang yang berada didepannya, tidak lain tidak juga bukan adalah kakek dan neneknya juga, hanya saja kenyataan belum menunjukkan kebenarannya, membuat mereka tidak tau.
"Ada hal penting apa yang membuat kalian menginjakkan kaki di Rumahku?" Tanya Herlambang.
"Sebenarnya kedatangan kami untuk meminta maaf atas segala perbuatan kami yang tidak mengenakan." Jawab Aditama.
"Terutama aku, disini akulah yang paling bersalah." Sela Herlina seraya menunduk.
"Aku rasa kata maaf belum tentu bisa menyembuhkan luka putriku apalagi luka yang diberikan putramu itu!!" Jawab Herlambang tegas.
El yang memang sedari tadi ikut menunduk, kini mulai mengangkat kepalanya seakan ingin menjelaskan jika disini dirinyalah yang bersalah bukan kedua orang tuanya, entah mengapa ia merasa kasihan, karena perbuatannya dia harus melihat kedua orang tuanya menundukkan kepalanya.
"Ini sangat memalukan, tapi apalah daya disini aku memang bersalah." Gumam Herlina dalam hati diikuti setetes air mata yang mengalir, kenapa putra kebanggaannya harus mencoreng nama baik keluarganya.
"Ayah, sebenarnya semua ini memang salahku, aku akui ini perbuatanku bukan salah kedua orang tuaku, aku."
"Kau yakin? mereka juga merendahkan putriku dengan mengatakan kalau putriku tidak bisa memberikan kau seorang anak, tapi bisa kau lihat, mereka berdua adalah cucuku yang terlahir dari rahim putriku, jadi kata mandul itu lebih pantas untuk siapa?" Sela Herlambang menyindir begitu menusuk hati ketiganya yang mendengarkan.
Mendengar ungkapan tersebut makin membuat mereka bungkam tidak bisa menjawab sepatah katapun, hingga akhirnya Herlina mencoba bertanya perihal kedua cucu yang berada didekat Herlambang, mereka berdua masih setia berdiri disana, bahkan keduanya berada didalam rangkulan Herlambang.
"Iyah aku akui disini mungkin putrakulah yang tidak bisa memberikan anak, maaf atas ucapanku dulu, bahkan terdengar tidak pantas, dan aku memang menyesalinya, tapi aku penasaran dengan kedua cucumu itu, apakah mereka berdua anak El?" Tanya Herlina membuat Herlambang terdiam sejenak.
Entah mengapa dia menolak jika kedua cucunya memanglah anak El sekaligus cucu besannya tersebut, tapi fakta kenyataan yang sesungguhnya benar adanya, hanya saja ia belum bisa menerima menantunya tersebut menolak menghamili putrinya hanya karena lebih memilih menghamili wanita yang dicintainya.
"Kau bisa tanyakan pada putramu, apakah dia merasa menghamili putriku? ku rasa ia hanya menginginkan anak yang tumbuh dalam rahim istri keduanya sekarang, jadi jangan menduga jika kedua cucuku ini anak dari putramu itu." Jawab Herlambang santai.
Kembali lagi lagi El hanya bisa menundukkan kepalanya, kesalahannya benar benar membuatnya tidak bisa menjawab dengan Herlina dan Aditama yang menolehkan pandangan pada putranya seakan menuntut jawaban darinya.
"Katakan El!!" Tegas Aditama membuat El mengangkat kepalanya lalu mengelengkan kepalanya, membuat Herlambang tersenyum kecil melihatnya.
Dia menyadari tidak merasa menghamili Rara, hanya saja ia masih bertanya tanya dan ragu dengan jawabannya melihat Vano bagai dirinya tidak mungkin bukanlah anaknya, tapi ia masih dilema kapan terakhir ia melakukannya dengan Rara, dalam ingatannya ia selalu menjaga benihnya, seingatnya tidak mungkin jika ia memang menghamilinya.
"Jawaban sudah kalian dapatkan, kalian bisa angkat kaki dari rumahku." Usir Herlambang.
"Sebelumnya kami meminta maaf Herlambang, kami datang dengan niat baik untuk berbaikan, maksud kedatangan kami juga ingin meminta maaf pada Rara, boleh kami bertemu sebentar dengannya." Sela Aditama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...