Mendengar pertanyaan El yang menanyakan perihal kedua anaknya, Rarapun membalikkan badannya untuk menghadap El yang masih menatapnya penasaran, dengan jiwa yang begitu tenang, Rarapun menjawab.
"Mereka berdua anakku." Tembak Rara jujur membuat El menatap tidak percaya.
"Anakmu? anakmu dengan siapa?" Tanya El kembali.
"Yang pasti mereka bukanlah anak yang kau inginkan." Jawab Rara menahan gejolak rasa sakit dihatinya saat ini.
"Maksudmu apa? apa mereka berdua anakku?" Tanya El memancing.
"BUKAN!!" Jawab Rara cepat menyangkal.
Entah mengapa hatinya belum bisa menerima jika kedua anaknya memanglah anak El, dia masih merasakan sakit bahwa El tidak mau memiliki anak darinya, mungkin pertemuannya kali ini bisa ia hadapi, tapi tidak dengan kedua anaknya, Rara belum mau mengungkapkan jika kedua anaknya memanglah anak El.
"Jadi mereka berdua anakmu dengan pria lain begitu? kau menikah lagi tanpa sepengetahuanku, itu maksudmu?" Tekan El tidak percaya.
Rara yang tidak bisa menjawab, akhirnya lebih memilih untuk membalikkan badannya pergi meninggalkan El, dia tidak bisa jujur perihal itu, karena tuduhan El tidaklah benar, dari pada dia harus berbohong lebih baik ia menghindar, dirasanya dia tidak punya alasan yang tepat jika ia harus mengelak, sampai akhirnya pelukan hangat menerpa tubuhnya dari belakang membuatnya seketika berhenti berjalan.
"Aku mencintaimu istriku, aku benar benar mencintaimu, bahkan tanpaku sadari aku sudah kalah dengan rasa ini, ku mohon jangan membuatku berfikir kau sudah menghianatiku." Ucap El mendekap erat Rara.
Setetes air mata menetes begitu saja membasahi pipi mulus nan cantik milik Rara, ungkapan suaminya tersebut benar benar menyentuh hatinya, pelukan hangat suaminya tersebut begitu nyaman ia rasakan saat ini, setelah sekian lama ia tidak merasakannya, bahkan karena kerinduannya yang terpendam membuatnya memejamkan mata sejenak seakan meresapi dan menikmati pelukan itu kembali yang pernah ia rasakan dulu, sama halnya dengan El yang ikut merasakan dan meresapi pelukan dari istri yang dicintainya sekarang, dia juga merasakan kenyamanan tersendiri setelah ia benar benar mencintainya, sampai akhirnya iapun tersadar ketika mendengar ucapan Rara.
"Lepaskan aku dan pulanglah, tidak ada yang ingin aku jelaskan sekarang, ku mohon kau mengerti." Ucap Rara lembut.
Elpun segera melepaskan pelukannya, walau ia masih penasaran dengan pertanyaannya yang belum mendapat jawaban dari Rara, dia juga tidak ingin memaksanya dia hanya mencoba untuk mengerti dan memberi waktu Rara, saat ini mungkin bukanlah waktu yang tepat membicarakan semuanya, hingga akhirnya El benar benar melihat Rara yang berjalan masuk kedalam Rumah dan menutup pintu, dengan dirinya yang masih setia berdiri menatap pintu yang kini sudah tertutup.
"Maafkan aku Ra, aku akan mencari tau siapa sebenarnya Vina dan Vano." Gumam El dalam hatinya segera pergi dari sana.
*Keesokkan paginya...
Semalam El pulang ke Rumah Aya, walau dalam hatinya masih menaruh rasa sebal pada istri keduanya tersebut, tapi menurutnya semua sudah terjadi, jadi harus bagaimana lagi menerima adalah jalan yang terbaik, tanpa membahas perihal kemarin iapun lebih memilih berbaikan saja dengan Aya yang begitu bahagia, sekarang mereka tengah menikmati sarapan berdua disana.
"Mas nanti siang kita makan diluar yuk, sudah lama aku tidak pernah makan diluar, apa kau mau?" Tanya Aya disela sela sarapannya.
"Boleh, nanti siang kita bertemu di Cafe biasa yah, tepat jam 12 siang, bagaimana?" Jawab El menyetujui.
"Baiklah, aku akan kesana." Jawab Aya dengan tersenyum.
Ditempat lain seperti biasanya pagi itu Chandra datang ke Rumah Herlambang hanya untuk mengantarkan dua keponakannya yang begitu menggemaskan ke Sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...