Pemandangan indah pasangan suami istri tersebut membuat Herlina dan Aditama menatap haru diikuti kelegaan dihati mereka, kedatangan Rara menemui El sudah dipastikan jika ia memberikan kesempatan untuk El memperbaiki diri, sebagaimana perilaku buruknya dulu menjadikannya sebuah pelajaran untuk bisa lebih bersikap baik dan menjaga hati istri yang dicintainya sekarang.
"Kau mengatakan tidak bisa hidup tanpaku, jadi bagaimana dengan Aya, kau mempunyai dua cinta dalam hidupmu, tidak bisa berat sebelah." Ucap Rara menatap El.
"Entahlah, yang aku tau sekarang hanya kaulah yang aku cintai." Jawab El seraya membelai pipi Rara lembut, sentuhan yang begitu memabukkan untuk Rara rasakan.
"Jangan seperti ini." Keluh Rara meraih tangan El yang membelai pipinya.
"Kenapa? kau tidak menyukainya?" Tanyanya tersenyum.
"Bukan, hanya saja aku?"
"Aku apa?" Sela El lembut.
"Em itu." Jawab Rara seketika malu untuk mengatakan yang sejujurnya jika ia tidak tahan.
Kembali lagi lagi El malah membelainya, disaat itulah Rara yang memang menikmati sentuhan tersebut mulai memejamkan matanya, Elpun seketika tau jika Rara menyukainya, entah karena merasa rindu dan lain sebagainya El juga mulai mendekatkan wajahnya bermaksud untuk mencium bibir Rara, entah mengapa melihat Rara memejamkan matanya ia begitu ingin menciumnya, tapi belum sampai ia melakukannya deheman keras menghentikan adegan yang akan berlangsung tersebut, ditambah dengan Rara yang membuka matanya seraya mundur satu langkah dari El, seakan merasa tidak enak bisa bisanya mereka berdua tebar kemesraan dihadapan Herlina dan Aditama, walau sebenarnya El yang lebih terang terangan menunjukkannya.
"Ekhemm kita bagaikan nyamuk disini, bagaimana kalau kita pergi saja Lin, aku tidak tahan melihatnya." Ledek Aditama terkekeh.
"Baiklah, ku rasa melihat adegan uwu uwu itu bisa membuatku meleleh, bisa jadi membuatku pingsan juga, kita pergi saja, sebelum semua itu terjadi padaku." Jawab Herlina ikut menimpali.
Sebelum mereka berdua pergi Herlina mendekati Rara terlebih dahulu, seakan tau kalau menantunya tersebut adalah wanita pilihan terbaik untuk El, penyesalannya benar benar membuka hatinya saat ini.
"Terima kasih sayang, ibu senang kau datang." Ucap Herlina pada Rara lalu memeluknya.
"Aku datang demi kedua anakku ibu, mereka juga butuh ayahnya dan mungkin memberi kesempatan adalah hal yang perlu dicoba, aku harap putra ibu bisa menggunakan kesempatan itu dengan baik." Jawab Rara balas memeluk Herlina seraya melirik El yang tengah menunjukkan kecupan dibibirnya membuat Rara melotot melihatnya.
"Kau dengarkan El, kesempatan tidak datang dua kali." Sela Aditama ikut menimpali.
"Aku tau ayah, kesempatan inilah yang akan membuat istriku tidak bisa lari dariku, karena aku akan membuatnya betah, untuk terus selalu bersamaku." Jawab El percaya diri.
"Coba saja, jika kau mampu." Timbrung Rara ikut menimpali seraya melepas pelukannya pada Herlina.
Herlina dan Aditama yang mendengarkan hanya bisa menunjukkan senyum kebahagiaannya melihat mereka berdua sudah terlihat baik baik saja, tanpa berlama lama disana mereka berduapun akhirnya pergi, bermaksud untuk memberi ruang keduanya yang baru saja berbaikan.
"Sayang jadi kau benar benar sudah meneri."
"Kedatanganku kesini bukan berarti sudah menerimamu sepenuhnya mas, sebenarnya aku hanya tengah berdamai dengan luka yang kau berikan dan berkorban untuk kedua anakku, kesempatan ini adalah yang terakhir untukmu, aku mempersilahkan kau untuk berjuang kembali, jadi bersabarlah jika aku masih menaruh rasa antipatiku padamu, aku juga butuh waktu untuk terbiasa kembali, apakah kau bisa mengerti." Sela Rara begitu tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...