*Tiga hari berlalu...
Seorang pria kini tengah duduk dilantai sembari bersandar pada sisi ranjangnya, menatap luar jendela diikuti setetes air mata yang mengalir, teringat kebersamaannya dengan istri yang dicintainya, dalam bayangannya saat ini istrinya tersebut tengah membuka jendela kamarnya seraya berkata dan tersenyum begitu cerianya.
"Mas Rian bangun sudah siang."
Sapaan selamat pagi yang biasa ia dengar dengan kata siang membuatnya seketika tersenyum, seakan berbunga bunga dengan sapaan yang biasa ia lihat dan dengar.
Senyumnya seketika luntur teringat kata cerai dari sang istri membuatnya kembali termenung, hingga akhirnya tepukan dipundak mengalihkan fikiran dan lamunanya saat ini.
"Mas, kenapa kau duduk dilantai, ayo bangun, kita duduk diranjang saja." Ucap Aya mengajak pria tersebut yang tidak lain adalah El.
Dalam waktu tiga hari tersebutlah, El memutuskan untuk pindah rumah yang dulu ia tempati bersama Rara, seakan merasa gila dan frustasi kembalinya ia ke Rumah tersebut bermaksud mengenang semua kenangan indah saat bersama Rara, dan memang ia merasakan semua kebersamaannya dirumah tersebut, Aya yang memang sangat mencintai El lebih memilih untuk ikut walau dalam hati merasa tidak terima, tapi bagaimana El membutuhkannya sekarang, betapa terpuruknya El hanya karena seorang Rara, dia berubah menjadi dingin bahkan tidak banyak bicara, untuk makan saja ia juga tidak berselera.
"Dimana Rara? kapan kau mengajaknya kesini." Tanya El tak menghiraukan ajakkan Aya padanya.
Dalam waktu tiga hari itu El memang selalu meminta Aya untuk membujuk Rara agar mau menemuinya, dia ingin sekali Rara menemuinya dirumah lamanya saat ini.
"Mas, aku belum sempat membujuknya, aku masih mengkhawatirkanmu, lebih baik aku menjagamu disini, aku ingin kau sembuh dulu, barulah setelah itu aku."
"Aku mau Rara, bukankah sudah aku katakan berkali kali, kenapa kau tidak mau mengerti." Sela El dingin.
"Tapi mas, bagaimana denganku? apa kau tidak memikirkan perasaanku, mas aku juga istrimu." Keluh Aya menangis dengan El yang hanya menatapnya saja lalu berkata.
"Tinggalkan aku sendiri Ay." Ucapnya tak menghiraukan keluhan Aya.
"Mas, aku mohon kau jangan seper."
"TINGGALKAN AKU SENDIRI!!" Bentak El menyela, membuat Aya terkejut.
Dengan derai air mata Ayapun lebih memilih keluar dari kamar El yang ditempatinya dengan Rara, ia semakin terisak mendapati bentakan dari El, entah mengapa hatinya begitu sakit sekarang ditambah ia harus tinggal dirumah istri pertama suaminya saat ini, disana ia harus melihat banyak sekali foto kebersamaan El dengan Rara yang terlihat begitu bahagia, walau dalam foto tersebut senyum El adalah senyum palsunya, tapi tetap saja dalam pandangan Aya mereka berdua terlihat begitu bahagia.
Diambillah salah satu foto berukuran sedang yang terletak didinding, ia memandangnya disana terlihat El tengah memeluk Rara dari belakang bahkan terlihat begitu mesra, dengan segala jiwa emosi dan cemburunya saat ini, iapun membantingnya hingga pecah, tak puas dengan itu iapun menginjaknya.
El yang merasa penasaran segera beranjak dari duduknya, dia ingin melihat apa yang Aya lakukan sampai ia mendengar suara pecahan kaca dirumah istri pertamanya tersebut, begitu ia membuka pintu kamarnya ia melihat Aya tengah menginjak injak foto dirinya dan juga Rara, dengan cepat Elpun menghampiri dan menarik pergelangan tangan Aya menggenggamnya diikuti tatapan tajamnya.
"Apa yang sedang kau lakukan hah!!" Tanyanya tajam.
"Mas, aku hanya tidak terima, kau acuhkan aku seperti ini!!" Bentak Aya tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...