Sinar mentari pagi kini menembus kaca jendela kamar Rara dan menyilaukan matanya yang masih terpejam, perlahan iapun membuka matanya sampai terbuka sempurna, walaupun dirasanya saat ini, ia begitu berat membuka matanya karena tangisannya semalam, membuat matanya sembab bahkan sampai merasakan perih.
Dengan perlahan iapun mencoba untuk bangun terduduk diranjang sembari bersandar, menghela nafas panjang terlebih dahulu guna menetralkan rasa sakit yang memang menjalar direlung hatinya saat ini, teringat permasalahan semalam dengan El membuat hatinya kembali terluka.
"Aku harus terbiasa dan memulai kesendirianku seperti dulu kembali, ayo Ra demi Vina dan Vano." Gumam Rara mensugesti dirinya sendiri.
"Ibu!!" Panggil Vina dan Vano bersamaan berlari menghampiri Rara dan langsung naik ke ranjang memeluk ibunya sebentar.
"Aduh nak, satu satu meluknya, maaf yah ibu baru bangun." Jawab Rara.
"Tidak apa apa ibu, ibu juga perlu istirahat iya nggak Vin." Jawab Vano dengan Vina yang menganggukan kepalanya.
"Ibu mencium bau wangi, waahh kalian sudah rapih, ehh kenapa tidak memakai baju seragam sekolah?" Tanya Rara pada kedua anaknya yang melihat mereka berdua memakai baju santainya.
"Apa ibu lupa? ini hari libur ibu." Jawab Vina dengan Rara yang menepuk keningnya, karena ia memang lupa.
"Oh iyah ibu lupa nak, ya sudahlah kalau begitu ibu bersih bersih dulu, malu dengan kalian yang sudah wangi seperti ini yah." Jawab Rara.
"Baiklah, kami menunggumu disini ya bu, sekalian mau ajak ibu sarapan, bersama kakek dan nenek juga om Chandra." Jawab Vano.
"Siiip." Jawab Rara mengacungkan jempolnya bergegas beranjak dari ranjangnya untuk segera membersihkan diri.
Ditempat lain El yang memang sudah bangun, kini sudah terlihat rapih dengan penampilannya, seperti tujuannya semalam El kembali mendatangi rumah Aya bermaksud untuk memberi perhitungan, persetan dengan ia yang tengah hamil sekarang, tidak ada rasa kasihan untuknya, menurutnya ini semua gara gara dia Rara dan kedua anaknya lebih memilih pergi darinya.
Begitu sampai disana ia kembali mengedor ngedor pintu rumahnya dan lagi lagi tidak ada jawaban dari dalam sampai akhirnya panggilan menyapa dirinya.
"Mas El." Panggilnya membuatnya menoleh, dia adalah Aya yang memang baru saja pulang.
"Dari mana saja kamu!!!" Bentak El pada Aya diikuti tatapan tajamnya.
"Aku dari?" Jawab Aya binggung.
"Dari mana!! hah!! semalam aku datang!! tapi kau tidak ada!! apa yang kau lakukan diluaran sana!! sampai baru pulang pagi ini!!" Sela El membentak.
"Ak aku i itu mas, aku." Jawabnya malah terbata bata dan binggung hendak beralasan apa.
"Plak" Sebuah tamparan mengenai pipi Aya, El menamparnya dengan emosi yang memenuhi jiwanya, mendapati tamparan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, membuatnya seakan menatap tidak percaya, padahal El tidak pernah berlaku kasar padanya, tapi pagi ini ia benar benar tidak menyangka jika suami yang sangat dicintainya sekarang benar benar sudah berubah hanya karena seorang Rara.
"Aku sudah tau, kau sengaja pergikan karena sudah membocorkan kebohongan rahasia kita berdua pada Rara, padahal aku sudah memperingatkanmu untuk tidak memberitahukannya dan kau dengan seenaknya memberitahukannya, dia pergi sekarang dan membawa kedua anakku, ini semua salahmu!!" Sela El geram, dengan Aya yang mengerutkan alis binggung.
"Aku tidak memberitahukan apapun pada Rara mas, aku juga tidak bertemu dia semalam, kenapa kau bisa menuduhku seperti itu." Jawab Aya seraya memegangi pipinya bahkan menahan perih sakit dipipi dan hatinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...