Kegugupan yang kini tengah melanda seorang Chandra membuatnya terdiam sejenak, dia binggung hendak menjawab apa, dia mencoba untuk berfikir mencari alasan tapi sayang sekali entah mengapa fikirannya kini malah buntu.
"Ndra, Vitra siapa?" Tanya El kembali.
"A, Vitra? itu em?"
El yang sedari tadi menunggu jawaban makin bertanya tanya, sebenarnya Vitra siapa? apa mungkin Vitra istrinya yang berarti Rara, karena sampai saat ini belum ada kabar jika Rara sudah ditemukan.
"Apa Vitra yang kau maksud adalah istriku, Rara?" Tanyanya kembali untuk memastikan, membuat Chandra membelalakan matanya.
"Bu, bukan tuan, Vitra itu temanku, teman semasa kuliah iyah, dia tengah hamil tuan, namanya memang sama dengan istri anda." Dalihnya mendadak langsung menjawab sekenanya saja.
"Apa benar?" Tanya El dengan tatapan penuh selidik.
"Benar tuan, saya dan dia sudah berteman sejak lama, dia menghubungi saya karena ingin mengundang saya diacara kehamilannya tersebut, kebetulan saya juga mengenal suaminya." Tambahnya kembali membuat rekayasa cerita.
"Oh begitu, aku mengira Vitra yang kau maksud itu istriku, tapi aku juga lupa tidak mungkin juga kan Vitra yang kau maksud itu istriku karena dia sedang hamil, kalau Rara istriku kan tidak hamil." Ucap El teringat ia tidak pernah menanamkan benihnya pada Rara, jadi bisa dipastikan menurutnya Vitra yang dimaksud Chandra bukanlah istrinya.
Chandrapun menganggukkan kepalanya cepat tapi juga lega, El tidak bertanya lebih detail malah menyadari dirinya seakan tidak menghamili Rara, dia menjadi binggung sebenarnya Rara hamil anak siapa kalau tidak dengan El, sepertinya ia harus menemui Rara untuk mengetahui lebih jelasnya.
"Bagaimana perkembangan pencarianmu, sudah ada petunjuk mengenai Rara?" Tanya El beralih menanyakan tugasnya pada Chandra.
"Maaf tuan, belum ada, padahal saya sudah mencarinya dan menyuruh semua orang kepercayaan kita untuk mencarinya, tapi sampai sekarang belum ada kabar mengenai nona Rara ditemukan." Jawab Chandra berbohong, dia memang menyuruh semua orang kepercayaannya tapi mereka tidak mampu menemukan Rara dengan mudah, Chandra benar benar menutupinya dengan sangat rapih.
Mendengar jawaban dari sang Asisten membuatnya seketika lemas, dia binggung harus bagaimana, dia sangat merindukan Rara, tapi ia tidak tau dimana istrinya sekarang.
"Sayang dimana kau sekarang? sampai kapan aku menunggumu datang Vitra Mufia istriku." Gumam El dalam hatinya sendu.
Rara yang memang tengah difikirkan El, sekarang tengah merasakan mual dan muntah membuatnya terlihat pucat dan lemas, sampai akhirnya Erin yang memang tinggal bersamanya membantu Rara untuk berbaring dan menyuruhnya untuk beristirahat.
"Sayang, bagaimana kalau kita ke Dokter, setiap pagi kau seperti ini terus sayang, ibu mengkhawatirkanmu?" Keluh Erin merasa kasihan.
"Aku tidak apa apa bu, aku masih kuat, dan lagian aku mengalami ini hanya dipagi harinya saja, tidak masalah, aku malah memang sedang menikmatinya bu, benar benar menikmati masa kehamilanku, aku bahagia bu, aku bahagia bisa hamil setelah tiga tahun lamanya aku menunggu, dan sekarang terkabulkan." Jawab Rara tidak mempermasalahkan malah ia begitu bahagia.
Erinpun begitu bahagia mendengarnya, sebagaimana ia adalah seorang ibu dia juga senang saat mengandung Chandra putra tunggalnya tersebut, sebuah anugerah yang tak terkira nilainya dan rasa bahagia bagi seorang wanita jika ia bisa mengandung seorang anak, menjadi pengalaman tersendiri untuk semua kaum wanita.
"Baiklah sayang, jika kau masih mampu menahannya, dan malah menikmatinya, sehat sehat yah cucu nenek." Ucap Erin seraya mengelus perut Rara dan dijawab Rara dengan kata "iya nenek" persis seperti anak kecil seakan mewakilkan anak yang tengah dikandungnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...