Chandra yang memang sudah bekerja kembali dengan El, kini tengah mengantarkan Rara untuk pulang ke Rumah Herlambang, sebelumnya ia juga sempat mengantarkan Vina dan Vano ke Sekolah atas perintah El sendiri, karena El yang hendak menemui Aya.
"Bagaimana perasaanmu? jangan katakan kau semalam sudah bersenang senang sampai pagi." Ledek Chandra terkekeh.
"Ck, sok tau!! belum menikah juga." Jawab Rara sebal, dengan Chandra yang makin terkekeh.
"Kau akan tinggal bersama dengan El di Rumah itu kembali?" Tanya Chandra menganti topik pembicaraan.
"Yah harus bagaimana lagi, ini untuk kebaikan kedua anakku jugakan, dan kau juga tau El sedang berjuang untuk berubah memperbaiki diri, aku hanya memakluminya saja sampai memberinya kesempatan, hanya saja aku belum bisa sepenuhnya menerima Ndra, walau cinta yang ku punya untuknya terkadang membuatku tidak berdaya." Jelas Rara menatap luar jendela mobil yang sekarang ditumpanginya.
"Pelan pelan saja, jalani saja sampai kau terbiasa, aku hanya bisa berharap El benar benar berubah dan bisa membahagiakanmu." Ucap Chandra melihat Rara yang hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Aku mengharapkan semuanya bisa baik baik saja Ndra, tapi aku tidak yakin semuanya akan baik baik saja, luka ini masih ada walau tertutup dengan cinta yang kupunya untuk El, tapi masih begitu terasa sakitnya." Gumam Rara dalam hatinya diikuti ketegarannya, dia sampai harus berpura pura didepan kedua anaknya jika ia sudah terlihat baik baik saja membuatnya sesak.
Kegelisahan yang mendera dalam diri seorang Aya sekarang membuatnya menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya guna menetralkan rasa gugupnya sekarang, sebelum ia menolehkan pandangan untuk mencoba berkelit kembali.
"Ay" Panggil El kembali membuatnya menoleh.
"Ada yang sedang kau sembunyikan dariku?" Sambung El kembali seraya melepaskan pegangan tangannya pada Aya.
"Menyembunyikan apa? bukankah sudah aku jelaskan mas, apa kau tidak mempercayaiku?" Jawab Aya mencoba untuk lebih santai tanpa menunjukkan kegelisahan dan kegugupanya.
"Bukan aku tidak mempercayaimu? hanya saja aku melihat pagi ini kau berbeda dan terlihat aneh, matamu juga sembab, apa ada masalah?" Tanya El.
"Kemarin butikku ramai pengunjung dan aku begitu cape mungkin jadi terlihat aneh, dan soal mata sembabku ini aku memang menangis, karena seharian kemarin kau tidak datang menemuiku bahkan menghubungiku, aku sendirian mas karena kau tak menemaniku semalam, kau kemana?" Jelas Aya merekayasa cerita untuk meyakinkan El.
Mendengar penjelasan dari Aya, seketika membuat El bersalah, dia mengakui kemarin seharian bersama dengan keluarga baru dadakannya, tanpa memikirkan Aya, apa mungkin El terlalu berlebihan memikirkan jika Aya semalam bersama pria lain, sepertinya tidak mungkin, karena yang dia tau Aya begitu mencintainya walau ia sudah beristri sekalipun, Aya masih tetap menyambutnya bagai kekasih.
"Em kemarin seharian aku bersama Rara dan kedua anakku, maaf aku tidak menemuimu ataupun menghubungi Ay, aku."
"Tidak apa apa mas, aku mengerti posisimu, mungkin kau ingin lebih dekat dengan kedua anakmu, bukankah itu hal yang wajar bagi seorang ayah." Sela Aya tersenyum, dalam hati juga lega El percaya dengan penjelasan kebohongannya.
"Iya kau benar, terima kasih sudah mau mengerti, em katanya kau lapar, cepat ganti bajumu lalu kita pergi, dan satu lagi kau buang saja parfum yang kau beli dari pelayanmu itu, aku tidak suka." Jelas El dan diangguki oleh Aya.
Dia seketika muak jika Aya memakai parfum pria berbeda dari yang biasa ia pakai, menurutnya dia adalah seorang wanita harusnya memakai parfum feminim saja, bukan malah memakai parfum pria seperti dirinya, lain halnya dengan Aya yang kini bisa bernafas dengan lega, karena El tidak mencurigainya soal parfum tersebut adalah milik Ernan, jika El sampai tau jika semalam ia telah bergulat dengan Ernan, dia tidak bisa membayangkan kemurkaan El padanya, bisa bisa ia ditinggalkan, tidak dia tidak mau jika itu sampai terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...