Mentari pagi kini mulai menampakan sinarnya, bersamaan dengan Rara yang sudah disibukkan mengurus kedua anak dan suaminya, panggilan lembut dari Rara seketika menggema di dalam rumah tersebut, bahkan hampir setiap hari Rara selalu heboh membangunkan semuanya hanya untuk menjalankan rutinitas setiap harinya kecuali dihari minggu, hari dimana semua orang absen dengan aktifitasnya dan hanya bermalas malasan saja ataupun sekedar untuk bersantai.
"MAS!!! VINA!! VANO!!" ayo bangun kalian!! ibu sebentar lagi selesai." Panggilnya.
Mendengar panggilan tersebut membuat semuanya terbangun dengan gumaman khas orang bangun tidur lalu mulai beranjak untuk membersihkan diri masing masing.
20 menit kemudian mereka telah selesai dengan penampilannya masing masing, dengan Rara yang memang sudah selesai menyiapkan sarapan untuk semuanya, sekarang mereka sudah duduk dikursi meja makan untuk sarapan bersama.
"Baiklah kita mulai sarapan yah." Ajak Rara seraya menyajikan sarapan untuk El terlebih dahulu dengan El yang terlihat meminum segelas air putih hangat.
"Bagaimana ayah, bukankah kehangatan seperti ini lebih baik, dari pada harus membagi waktu dengan tante Aya, kau pasti akan pusing, cape dan binggung." Sela Vano
"Uhuk uhuk uhuk uhuk." Terdengar suara El yang tersedak dari minumnya, ungkapan putranya benar benar menyindir dirinya saat ini.
"Ya ampun ayah, pelan pelan minumnya, nggak ada yang minta juga." Sela Vano.
"Ayah apa kau tidak apa apa?" Disusul Vina yang memang duduk disebelah ayahnya menepuk nepuk punggungnya pelan.
"Hati hati mas, kenapa sedang minum saja sampai tersedak begitu." Tegur Rara heran melihat El.
"Ayah, tidak apa apa sayang, tadi ayah minum terburu buru karena haus." Jawab El saat sudah merasa lebih baik.
"Kenapa bisa begitu, harusnya saat mandi tadi kau minum sekalian saja ayah, jangan menunggu minum saat sarapan, sangking hausnya kau bisa tersedak begitu." Sela Vano menyebalkan membuat El melotot.
"Ck maksudmu ayah harus minum air keran, begitu?" Tanya El.
"Iya iyalah, apa lagi." Jawab Vano santai.
"Kau ini."
"Sudah sudah, ayo sarapan kenapa perkara minum saja bisa panjang, kapan mulai sarapannya, Vano buka mulutmu, Vina sudah mendapat dua suap kau belum sama sekali nak." Sela Rara menegur antara ayah dan putranya tersebut sembari menyuapi Vina.
"Iya bu, ayo suapi aku." Jawab Vano seraya membuka mulutnya.
Sudah menjadi kebiasaan kedua anaknya jika sarapan Rara direpotkan untuk menyuapi keduanya, El bahkan baru mengetahuinya pada saat kebersamaan ini terjalin, kedua anaknya begitu manja dengan Rara sang ibu, makanya tak heran jika kedua anaknya membela ibunya yang begitu sabar meladeni kedua anaknya.
"Aku tidak bisa berlama lama menjalin hubungan dengan Aya seperti ini terus menerus, mendengar sindiran dari putraku saja membuatku cemas dan takut bahkan sampai tersedak, aku harus menemuinya saat pulang nanti, ini benar benar mengancam posisiku, aku tidak mau mereka makin kecewa dengan tindakanku, apapun caranya aku harus bisa membujuk Aya untuk lepas dariku, sebelum mereka mengetahui kebohonganku, biarlah aku terus menahan hasratku sampai Rara benar benar mau menerimaku kembali, kalaupun selamanya aku tidak bisa menyentuhnya tak mengapalah, asal Rara masih mau bersamaku seumur hidupku, tidak ada yang kuharapkan lagi selain hidup bersama mereka." Gumam El dalam hati menatap istri dan kedua anaknya, ketiga orang yang berarti dalam hidupnya.
Disisi lain Aya yang memang baru bangun dari tidurnya, setelah menemui Ernan semalam terlihat tengah melihat hasil tes kehamilan, karena dirasanya ia memang telat datang bulan, dan kini ia dikejutkan dengan tanda dua garis merah yang muncul dari hasil tes tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...