Terlepas dari kenyataan yang tengah dihadapinya saat ini, El berjalan masuk kerumahnya setelah ia menemui Aya dan lebih memilih untuk duduk terlebih dahulu dikursi ruang tamu, sembari bersandar iapun menghela nafas panjang seraya memegangi kepalanya bahkan sampai meremas rambutnya diikuti tangannya yang mengendorkan dasinya, benar benar seakan tengah frustasi ia juga sampai memukul mukul kepalanya sendiri, membodohi dirinya sendiri tidak bisa lebih tegas untuk memilih hingga berakhir menjadi rumit seperti ini, teringat kembali akan pembicaraannya dengan Aya sebelum ia pulang membuatnya melamun.
"Aku harap kau bisa membagi waktu mas, katakan pada Rara dan juga kedua anakmu jika aku tengah mengandung, Rara pasti tidak keberatan untuk berbagi denganku, dia seorang wanita pasti bisa memberikan pengertian." Pinta Aya.
"Maksudmu? aku harus jujur jika aku dan kau selama ini membohonginya, apa kau sudah gila!! kau menyuruhku untuk berbohong dan sekarang kau menyuruhku untuk jujur, apa kau fikir ini mudah untukku, jangan egois Ay, bagaimana dengan posisiku, apa kau tidak sadar, aku bisa ditinggalkan mereka, dan aku tidak mau!!" Tolak El tidak habis fikir dengan Aya.
Begitu mudahnya ia mengancam begitu mudah pula ia menekan, tanpa mau memikirkan posisinya sekarang yang sudah terjepit, jika ia memilih jujur dengan Rara dan kedua anaknya itu sama saja ia harus siap kehilangan ketiganya, tidak dia tidak mau, tapi melihat Aya yang sedang hamil sekarang dia juga tidak mungkin egois, ada bayi yang tidak bersalah diperutnya, dan jawabannya sekarang adalah ia dilema, dilema harus berbuat apa.
"Terus bagaimana denganku mas!! aku juga masih sah menjadi istrimu, harusnya kau bisa adil, aku sudah menerima, kau lebih banyak waktu dengan keluargamu, sekarang gantian kau harus lebih banyak waktu bersamaku mas, ada anakmu didalam perutku ini." Jelas Aya.
"Apa kau bilang!! adil? kau sendiri yang memintaku untuk berlaku seperti ini, apa kau lupa ini keinginanmu? kenapa kau malah mengungkit soal aku harus berlaku adil, aku tidak habis fikir denganmu Ay, kenapa kau begitu egois!!" Jawab El seketika tidak percaya Aya mengungkit solusi yang sudah ia ciptakan sendiri dan malah memojokkan dirinya.
"Itu karena aku tidak mau berpisah darimu mas, jadi aku mengajukan solusi itu, tapi aku tidak berfikir akan hamil seperti ini mas, dan kau harus bertanggung jawab, aku membutuhkanmu mas untuk membesarkan anak ini." Jawab Aya membuat El semakin binggung.
"Menjadi sebuah penyesalan bagiku sudah menuruti kebohongan yang kau ciptakan Ay, dan sekarang kau menekanku karena kehamilanmu itu, jika aku harus memilih antara kau dan Rara, aku jelas akan memilih Rara, aku sadar begitu bodohnya aku sekarang lebih memilih mengikuti sandiwara kebohonganmu ini, maaf Ay aku tidak mau jika Rara sampai meninggalkanku, aku tetap akan merahasiakan ini entah sampai kapan, aku akan datang seperti biasanya hanya untuk anak yang kau kandung itu, bukan untukmu, karena aku sudah muak denganmu." Terang El langsung membuat keputusan.
"Tidak!! mas aku mohon, kau jangan seperti ini, bagaimana denganku, anak ini juga butuh ayahnya mas, tolong fikirkan baik baik, kau harus ada disaat aku membutuhkanmu, ku mohon demi anak ini mas, demi anak kita." Mohon Aya seraya memegangi tangan El diikuti derai air matanya.
"Maaf Ay, aku tidak bisa, anggap saja ini hukuman untukmu yang menekanku, jangan kau berfikir aku bisa melalui ini semua, aku juga terancam dengan posisiku jika mereka semua tau, aku dan kau masih menjalani pernikahan ini, entah apa yang akan terjadi dengan hidupku, aku tidak bisa membayangkan jika semuanya akan pergi meninggalkanku." Jelas El seraya melepas paksa tangan Aya yang memeganginya.
"Apa kau tidak bahagia mendengar kehamilanku ini mas, kenapa hanya mereka yang kau fikirkan!!" Teriak Aya tidak terima.
Kenapa El sekarang benar benar berubah kepadanya, entah apa yang membuatnya lebih memilih Rara dibanding dirinya yang sejak dulu dicintainya, dia muak terus mendengar jika El tidak mau Rara meninggalkannya, tapi dengan Aya dia rela meninggalkannya, menurutnya ini tidaklah setimpal bahkan adil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Ku Hianati (Hiatus)
Romance"Sadari dan bayangkan, jika kau berada diposisiku, antara cinta dan luka, lalu pemenangnya adalah luka, bagaimana perasaanmu?" Kata dari Vitra Mufia. "Memang benar itu adalah cinta palsuku, tapi seiring berjalannya waktu cinta itu tumbuh menjadi cin...