11. [N.A]

5.6K 200 3
                                    

Waktu terus berlalu, hari-hari yang Nessa lalui pun tidak pernah berubah.

Semuanya tetap sama, bahkan parahnya Elgara dan Alexa semakin gencar melakukan tindakan bullying terhadap dirinya.

Dan untuk Kevanno, cowok itu hanya bisa diam seperti sebelumya tanpa bisa berbuat apa-apa ketika melihat semuanya.

Nessa membasuh mukanya dengan air yang mengalir keluar dari keran, ia meletakkan tangannya di atas wastafel dengan netra yang menyorot ke arah cermin yang memantulkan bayangan dirinya.

Tadi, lagi dan lagi Nessa diperlakukan seperti boneka oleh mereka. Dirinya kembali dipermalukan di depan umum, seperti yang sudah-sudah berlalu.

Alexa dan kedua temannya, Salsa dan Kayla. Mereka bertiga mencoret-coret wajah Nessa menggunakan spidol, mereka melakukan hal tersebut sesuka hati mereka tanpa ada yang berniat menghentikan.

Sebenarnya Nessa terus memberontak berusaha untuk dilepaskan, tetapi Justin dan Drynan terlalu kuat mengunci pergelangan tangan Nessa hingga membuat pergelangan tangannya memerah dan tidak dapat dilepaskan begitu saja.

Dan untuk Elgara dan Kevin, kedua cowok itu hanya menonton pembullyan yang dilakukan seperti menonton sebuah pertunjukan yang menarik dan sangat menghibur.

Bahkan di wajah kedua cowok itu terukir sebuah senyum mengejek dan tatapan jijik yang dilayangkan kepada Nessa.

Sedangkan untuk Kevanno, cowok itu tidak terlihat berada di sekitar tempat yang menjadi saksi pembullyan yang dilakukan oleh mereka. Entah berada dimana cowok itu, Nessa tidak tahu dan berusaha untuk tidak peduli.

Lagian meskipun ada Kevanno, cowok itu tidak akan bisa berkutik dan hanya diam ketika melihat dia ataupun murid yang lainnya dibully.

Nessa berusaha menyadarkan dirinya sendiri untuk tidak berharap kepada Kevanno, karena dia sadar jika dia bukan siapa-siapa.

Nessa menghela nafas kasar, dari pantulan cermin toilet ia bisa melihat bayangan wajahnya.

Di wajahnya masih terdapat sisa-sisa spidol yang belum sepenuhnya menghilang, bahkan Nessa sudah berulang kali membasuh wajahnya, tetapi bekas spidol itu tidak kunjung menghilang juga.

Nessa merasa frustasi karena bekas itu tidak bisa menghilang, meski dia sudah membasuh dan menggosoknya dengan keras hingga membuat kulit wajahnya memerah.

Tunggu, apa-apa jangan mereka menggunakan spidol yang permanen?!

Memikirkan hal itu. Membuat Nessa memejamkan matanya untuk menghalau rasa sedih, sakit dan kesal yang bercampur menjadi satu.

Sunguh, mereka semua tidak berperikemanusiaan.

Mereka memperlakukan manusia yang kastanya di bawah mereka seperti binatang, mereka semua tidak mempunyai hati nurani. 

Perlahan tapi pasti, air mata yang sedari tadi Nessa tahan mengalir keluar.

Nessa menyandarkan tubuhnya ke tembok toilet dan secara perlahan tubuh kecil nan lemah dengan jiwa penuh keputusasaan itu merosot ke bawah.

Isak tangis yang terdengar menyakitkan dan menyayat hati keluar dari bibir bergetar Nessa.

Nessa terduduk di atas lantai toilet, sedangkan kedua belah tangannya menutup mulutnya demi meredam suara isak tangis itu.

Nessa merasa lelah selalu diperlakuan seperti boneka. Nessa juga ingin bebas dan bisa melakukan apapun yang ia inginkan, seperti remaja pada umumnya.

Nessa ingin menikmati masa remajanya dengan tenang tanpa adanya gangguan, apalagi hal tersebut mengandung sebuah kekerasan.

NESSA APRILLIA [New Version-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang