•MATURE CONTENT•
"Rosé, kau sudah siap?" seorang wanita pengatur acara bertanya pada Rosé.
Rosé yang baru saja selesai dirias dan mengenakan pakaian panggungnya mengangguk. "Ya, hanya perlu bersiap sebentar lagi."
Si wanita menyahut. "You're up in twenty," ujarnya lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Menatap cermin, Rosé masih tidak percaya dengan hidupnya. Kini ia berada di ruang ganti pribadi, menjadi salah satu frontliner sebuah festival musik yang selalu diadakan setiap menyambut momen natal bernama Jingle Fest.
Beberapa bulan yang lalu, Rosé bahkan tidak percaya saat Paul memintanya mengirim demo lagu. Ia tidak yakin Paul menyukainya. Lalu saat Paul memintanya membuat mini album, Rosé merasa sangat cemas karena ia tidak mau menghancurkan harapan Paul.
Tapi semua itu tidak pernah menjadi kenyataan. Hal yang terjadi sebaliknya adalah semua keinginan Rosé tercapai, bahkan melebihi ekspektasinya. Mini albumnya berhasil masuk top 100 Billboard. Lagunya viral digunakan di media sosial. Rosé mulai sering didatangi oleh para penggemar setiap beraktivitas. Ia bertemu dengan banyak orang hebat di industri musik selama promo albumnya. Tawaran tampil pun mulai berdatangan. Ia merasa hidupnya seperti mimpi.
"Zebra? Kau di dalam?" suara Chanyeol dari balik pintu.
"Ya," Rosé berbalik dan tersenyum saat Chanyeol berjalan menghampirinya.
"God, you are beautiful!" decak Chanyeol kagum. "Kau tidak kedinginan?"
"Sedikit," jawab Rosé. "Tapi mantel bulu ini sangat membantu. Lagipula aku terlalu gugup untuk memikirkan temperatur udara."
Chanyeol tersenyum simpul. Ia merengkuh tubuh sang gadis dan melingkarkan kedua tangan di pinggangnya. "Kau melakukan ini hampir setiap hari."
Mengerutkan bibir, Rosé menggerutu. "Ya, tapi ini berbeda. Penontonnya bukan hanya penggemarku dan panggungnya sangat luas."
Mengaitkan anak rambut ke balik telinga Rosé, Chanyeol membalas dengan lembut. "Semua orang di luar sana ingin melihat penampilanmu. You are a bigstar, Zebra."
Meski jantung Rosé masih berdegup sangat kencang, setidaknya ia merasa sedikit lebih tenang. Chanyeol mengecup kening Rosé sebelum melepaskan tubuhnya. Rosé berbalik kembali melihat pantulan dirinya di cermin.
Bahunya naik-turun dengan cepat. Rosé semakin sulit mengatur nafas. Pikirannya mulai liar. Ia mencoba mengendalikan dirinya dari serangan panik yang mulai menguasai.
Tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang. Batin Rosé menenangkan diri.
Melihat keadaan Rosé, Chanyeol dengan sigap memeluk sang gadis dari belakang. Mata keduanya beradu dalam pantulan cermin.
"Take a deep breath, baby," suara Chanyeol tepat di telinga Rosé. Gadis itu mengikuti tarikan nafas Chanyeol yang sedang menuntunnya.
Ini bukan pertama kalinya Rosé mengalami serangan panik saat hendak tampil. Selama itu juga Chanyeol selalu membantunya menenangkan diri. Seakan sudah menjadi ritual mereka untuk Chanyeol membuat Rosé lebih tenang menghadapi demam panggung.
"That's it, you did great." Chanyeol memuji Rosé begitu sang gadis sudah terlihat lebih tenang. "Kau akan baik-baik saja," sambungnya mengecup bahu Rosé berkali-kali.
Kecupan Chanyeol terasa panas di bahunya yang mulai menjalar ke seluruh tubuh. Perut Rosé tergelitik. Sesuatu terbangun dalam dirinya.
"Chanyeol," gumam Rosé.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever You | chanrose (YOU SERIES BOOK 2) ✔️
FanficYOU SERIES: [1] LOATHE YOU | jenkai [2] EVER YOU | chanrose [3] TREASURE YOU | hunlis [4] SECRET YOU | jisuho Rosé membenci Chanyeol bahkan sejak mereka kecil. Pria itu tukang bully, berantakan, sombong, tidak tegas, dan segala hal yang salah dalam...