Cahaya dari lampu sorot menyilaukan pandangan Rosé. Tapi ia bisa dengan jelas melihat ribuan penonton di hadapannya. Kelap kelip flash dari para penonton membuat dirinya seakan sedang berada di hamparan bintang.
Darah Rosé mengalir lebih deras. Jantungnya berdetak lebih cepat yang membuat bahunya naik turun. Ia baru saja menyelesaikan satu lagu yang sukses membuat riuh para penonton.
"Are you guys having a good time?" tanya Rosé pada para penonton yang lagi-lagi direspon dengan riuh tepuk tangan dan teriakan.
"Well, me too!" balas Rosé. Ia tidak berbohong hanya demi memuaskan para penggemar. Berada di atas panggung dan bernyanyi selalu menjadi hal yang paling menyenangkan bagi Rosé. Melihat para penggemar bernyanyi bersamanya selalu sukses membuat hatinya menghangat.
Konser sampai pada set akustik. Pertunjukkan konser Rosé memang terbagi menjadi beberapa bagian. Awalnya ia akan bernyanyi dan menari dengan lagu yang lebih upbeat. Lalu bagian kedua biasanya dengan setlist lagu yang lebih santai hingga akhirnya masuk ke dalam set akustik.
Seorang kru memberikan gitar pada Rosé. Gadis itu mengalungkannya. Ia memainkan beberapa kunci untuk memastikan gitarnya berfungsi.
"Kita akan bernyanyi lebih pelan untuk sejenak," ucap Rosé pada penonton. "Jika kalian tahu lagu ini, ayo kita bernyanyi bersama."
Suara operator dalam in-ear Rosé berkata bahwa semuanya sudah siap. Rosé hendak memainkan gitarnya namun tiba-tiba saja pengeras suara untuk gitarnya tidak berfungsi.
Ia mencoba untuk tidak panik. Kesalahan teknis sering terjadi. Rosé mencoba lagi memainkan gitarnya namun tetap tidak terdengar di pengeras suara. Saat ia hendak berbicara di mikrofon pun, benda itu sepertinya mati.
Rosé mencari kru untuk melaporkan kondisinya. Namun ia tidak bisa melihat siapapun. Ditambah sekelilingnya gelap. Hanya lampu sorot yang menyinari ke arahnya.
Tiba-tiba lampu yang menyorot ke arah Rosé pun mati. Seluruh arena gelap. Para penonton mulai berbisik dan kebingungan.
Apa yang terjadi? Rosé kebingungan.
Ia berjalan ke pinggir panggung, mencari kru yang bisa ditemukannya. Untuk seorang yang perfeksionis dan selalu tampil penuh di tiap pertunjukkan, kesalahan teknis separah ini tentu saja membuat Rosé geram. Ia tidak ingin membuat penggemarnya kecewa.
"Berikan aku mikrofon!" seru Rosé pada salah satu kru.
Kru itu memberikan apa yang Rosé pinta. Setelah kembali memegang mikrofon yang menyala, ia berjalan kembali ke tengah panggung.
"Oke, kurasa ada kesalahan teknis," gumam Rosé di tengah kegelapan. Lampu sorot belum juga menyala. "Maafkan aku."
Sedetik kemudian, lampu sorot menyala. Hanya saja tidak langsung menyorot ke arah Rosé. Gadis itu melihat ke mana arah lampu itu. Arahnya menyorot ke pinggir panggung.
Alis Rosé berkerut. Ia berusaha melihat apa yang terjadi di sana. Tiba-tiba saja penonton yang berada dekat di titik itu bertepuk tangan riuh dan berteriak histeris.
Rosé semakin dilanda kebingungan. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Seharusnya kesalahan demi kesalahan ini tidak terjadi. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Suara riuh penonton dua kali lipat lebih keras saat seseorang naik ke atas panggung. Bersamaan dengan itu, suara gitar mengalun.
"Another day without your smile. Another day just passes by. And now I know how much it means for you to stay right here with me..." Sebuah lagu dari Westlife dinyanyikan oleh seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever You | chanrose (YOU SERIES BOOK 2) ✔️
FanficYOU SERIES: [1] LOATHE YOU | jenkai [2] EVER YOU | chanrose [3] TREASURE YOU | hunlis [4] SECRET YOU | jisuho Rosé membenci Chanyeol bahkan sejak mereka kecil. Pria itu tukang bully, berantakan, sombong, tidak tegas, dan segala hal yang salah dalam...