22. too much darkness for a rainbow

378 42 5
                                    

For you, I was a flame
Love is a losing game
Five story fire as you came
Love is a losing game
One I wished I never played
Oh, what a mess we made
And now, the final frame
Love is a losing game
Love Is A Losing Game

"Kau mau makan sesuatu?" Chanyeol menawarkan pada Rosé. Kini mereka sudah berada di pesawat selama lima jam.

Gadis itu menggeleng kecil, pandangannya tetap fokus ke buku Little Prince yang sedang dibacanya. Meski ia sama sekali tidak tahu apa yang sedang dibaca karena pikirannya melayang jauh, ia hanya tidak ingin Chanyeol mengganggunya.

Rosé sebenarnya hanya membawa buku yang pertama dilihat di kamarnya. Ia sudah pernah membaca buku itu saat masih kecil.

"Aku tidak tahu kau senang membaca buku klasik," ujar Chanyeol mengomentari kegiatan Rosé.

Rosé tetap tidak menggubris. Kemudian pria itu bersuara lagi. "It is only with the heart that one can see rightly. What is essential is invisible to the eye."

Mengerang pelan, Rosé menutup bukunya dan melirik ke arah Chanyeol dengan tatapan tajam.

"Apa?" tanya Chanyeol berpura-pura tidak mengerti. "I read that book too. That's the famous line in the book."

Memutar bola matanya, Rosé menyambungkan ponselnya ke airpods dan memasang benda itu ke kedua telinganya. Ia kemudian memilih-milih lagu yang sudah diunduhnya sebelum terbang.

"Buku itu ada benarnya," gumam Chanyeol saat Rosé sudah memasang kedua airpods di telinga. "Sesuatu kadang hanya bisa dirasakan oleh hati, bahkan saat mata kita tidak bisa melihatnya."

Rosé masih memilih lagu. Ia masih bisa mendengar kalimat Chanyeol yang sedang berbicara sendiri. Keinginan Rosé untuk mendengarkan musik menghilang. Ia ingin mendengarkan suara Chanyeol meski sebagian dirinya melawan.

"Kau mungkin melihat perbuatanku sebagai sesuatu yang jahat. Ya, kau benar, aku tidak akan mencoba membela diri. Aku tahu aku salah," gumam Chanyeol berlanjut, meski ia bicara sendiri. "Tapi andai saja kau mengerti dan merasakan dengan hatimu, aku hanya ingin yang terbaik untukmu."

Oke, Rosé harus menyalakan musik dengan keras sebelum kalimat Chanyeol merasuki kepalanya dan berputar-putar di sana. Ia merasa sudah cukup. Ia tidak mau dirinya kembali bimbang dan akhirnya kalah dengan perasaannya.

Chanyeol itu seorang pengacara, bodoh! Dia sudah terbiasa bersilat lidah dan memutar-balikan kata agar kau percaya padanya! Akal sehat Rosé mengingatkan berulang kali.

Menutur akal sehatnya, Rosé menekan ikon acak di aplikasi pemutar musik karena ia tidak bisa memutuskan lagu apa yang ingin didengarnya. Sebuah lagu mengalun di kedua telinganya. Tombol volume di ponselnya terus ditekan hingga hampir mencapai tanda maksimal. Suara Chanyeol sudah tidak terdengar.

Musik mengalun dengan pelan dan sendu. Rosé tahu lagu yang sedang didengarnya. Batinnya mengumpat. Ia merasa kesal karena ponselnya seakan tahu perasaan hatinya.

Meski sebagian dirinya ingin mengganti lagu menjadi lebih ceria, tapi sebagian dirinya lagi ingin mendengar dan meresapi setiap kesedihan yang disampaikan dalam lagu tersebut. Akhirnya lagu Love Is A Losing Game milik Amy Winehouse tetap mengalun dengan sendu di telinga Rosé hingga selesai.

•••

Perjalanan menuju New York terasa berkali-kali lipat lebih lama dibanding sebelumnya. Setelah puluhan jam perjalanan ditambah transit yang melelahkan, akhirnya mereka sampai di bandara John F. Kennedy.

Ever You | chanrose (YOU SERIES BOOK 2) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang