"Kau mau kuantar ke bandara?" Jisoo menawarkan diri begitu melihat Rosé sedang bersiap dengan barang-barangnya.
Menggeleng, Rosé menjawab. "Tidak perlu. Lagipula kau harus bekerja, 'kan? Aku naik taksi saja," ujarnya. Meski sebenarnya Rosé tidak mau Lisa dan Jisoo mengetahui kalau ia pergi ke Australia dengan Chanyeol.
"Kau masih yakin pergi sendirian? Dua bulan lalu kau gigih sekali ingin mencari kencan palsu?" ujar Lisa.
Lidah Rosé seakan kelu. Ia tidak biasa berbohong kepada teman-temannya. Tapi selama dua bulan ini ia sudah mati-matian menutupi rencana pergi ke pernikahan Madeline bersama Chanyeol. Untung saja pria itu tidak banyak berulah dan bermain dengan rapi juga.
Tiba-tiba ponsel Rosé berdenting singkat.
Chanyeol
Need a ride?Dengan cepat gadis itu menjawab pesannya.
Rosé
No! Meet me at the airport
If u come to my house, you're dead!Tiga titik bergerak di layar.
Chanyeol
Fine
If I'm dead then you lost your date"Okay, guys. Aku harus pergi sekarang." Rosé buru-buru membawa barangnya yang hanya berupa koper kecil dan tas gendong.
Ia tidak mau beradu argumen dengan Chanyeol dan akhirnya membuat rencana yang sudah mereka buat berantakan. Selama dua bulan entah berapa kali Rosé hampir kehilangan kesabaran. Ia mungkin akan sungguh-sungguh menendang Chanyeol ke jurang di Australia.
"Hati-hati!" seru Jisoo. "Have fun!"
"I hope you're getting a date somewhere random. Maybe meet cute at the airport or unexpected guest to keep your company," timpal Lisa memeluk singkat sahabatnya.
Rosé tersenyum miris, "Well, yeah. Don't count on it."
Perjalanan ke bandara memakan waktu kurang lebih empat puluh menit. Begitu Rosé sampai, Chanyeol sudah menunggunya dengan setelan kasual dan koper hitam di sampingnya. Rosé jarang sekali melihat Chanyeol dengan pakaian santai—kaus polo dan celana kargo pendek selutut. Pria itu selalu saja mengenakan jas lengkap dan formal.
Pernah satu waktu mereka bertemu dan Chanyeol hanya mengenakan kemeja putihnya yang dilipat sampai siku. Hal itu sempat membuat Rosé tidak fokus karena terus memperhatikan urat yang menonjol sepanjang lengannya. Untung saja mulut pria itu tetap menyebalkan yang membuat Rosé dengan mudah melupakan pikiran kotornya.
"Terkesan denganku?" tanya Chanyeol saat Rosé menghampirinya. "Aku sedang dalam mode liburan. No suit all weekend."
Rosé mencibir. "Kau tahu dress code pernikahan tetap mewajibkanmu menggunakan pakaian formal, 'kan?"
"Kau lebih suka aku mengenakan setelan jas, huh?" tanya Chanyeol jahil.
Rosé memilih tidak menjawab. Dua bulan mempersiapkan diri bersama Chanyeol membuat Rosé tahu bagaimana cara menghindari debat konyol dengan pria menyebalkan itu. Meski pada awalnya ia ingin membungkam mulut pria itu, tapi kini Rosé sudah mulai terbiasa menghadapi Chanyeol.
Chanyeol membuka ponselnya dan mengirimkan sesuatu pada Rosé. "Cek email-mu," ujarnya.
"First class?" mata Rosé terbelalak saat Chanyeol mengirimkan tiket virtual perjalan mereka dari New York ke Melbourne. Rosé melihat namanya di tiket tersebut.
Chanyeol mengangguk. "Ya. Aku tidak mau menghabiskan dua puluh jam duduk di kursi sempit." ujarnya. "Oh, by the way, you are welcome."
"Tapi aku punya tiketku sendiri!" protes Rosé. "Jika sedari awal kau berniat membelikanku tiket, aku 'kan bisa menghemat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever You | chanrose (YOU SERIES BOOK 2) ✔️
FanfictionYOU SERIES: [1] LOATHE YOU | jenkai [2] EVER YOU | chanrose [3] TREASURE YOU | hunlis [4] SECRET YOU | jisuho Rosé membenci Chanyeol bahkan sejak mereka kecil. Pria itu tukang bully, berantakan, sombong, tidak tegas, dan segala hal yang salah dalam...