Begitu sampai di tempat acara, Chanyeol melepas pegangan tangan mereka dan mencium pipi gadis di sampingnya dengan kecupan singkat. "See you after the ceremony."
Kecupan itu terasa panas di pipi Rosé. Seketika seluruh darah mengalir ke wajahnya. Mengenyahkan pikirannya, Rosé berjalan ke tempat para pengiring pengantin sementara Chanyeol duduk di tempat tamu undangan.
Acara dimulai dengan para pengiring pengantin yang masuk satu per satu. Rosé berjalan menuju altar dengan saudara dari Danny.
Saat melewati kursi tempat Chanyeol duduk, Rosé melirik pria itu yang ternyata sedang menatapnya. Senyum keduanya berkembang begitu iris mata mereka bertemu. Chanyeol mengedipkan satu matanya cepat yang kali ini entah mengapa tidak membuat Rosé marah. Sebaliknya, Rosé merasa lebih nyaman dengan kehadiran Chanyeol bersamanya.
Pemberkatan berjalan dengan lancar. Setelah kedua pengantin disahkan sebagai suami-istri, acara menjadi lebih santai.
Tiba saatnya pidato untuk mempelai. Satu per satu orang menyampaikan pidato untuk kedua mempelai. Dimulai dari kedua orang tua Rosé di mana ayahnya menangis yang membuat tamu undangan terharu. Kemudian satu per satu teman dekat Madeline juga memberikan pidato. Hingga tiba waktunya untuk giliran Rosé. Gadis itu menjadi orang terakhir yang berpidato.
"You got this," Chanyeol meremas tangan gadis yang duduk di sampingnya.
Mengangguk satu kali, Rosé berjalan ke arah panggung. Ia merasakan de javu begitu semua mata tertuju padanya. Ingatan tentang pidato tadi malam muncul di kepalanya yang langsung ia singkirkan.
Sebelum bicara, Rosé berdeham singkat di depan mikrofon. "Hai, aku Rosie, mungkin kalian melihatku tadi malam. Not my best behavior, I'm sorry for the inconvenience," ujar Rosé membuka pidatonya.
"Madeline—Maddy, mungkin kita bukan saudara yang membagi segalanya kepada satu sama lain. Sebaliknya, kita selalu bersaing, selalu mencoba menjadi yang terbaik, terutama selalu mencoba menarik perhatian Ayah dan Ibu—"
Rosé mulai merasakan tatapan cemas Ibunya. Ia menambahkan dengan cepat. "Tenang, mom. Aku tidak akan mengacaukan kesempatanku," ujarnya dengan senyum jahil.
"Intinya, aku dan Maddy mungkin bukan saudara ideal seperti kebanyakan saudara lainnya. Tapi satu hal yang aku tahu pasti adalah aku selalu menyayangimu, Maddy. Kenapa aku selalu ingin bersaing denganmu? Kurasa jauh dalam diriku aku ingin menjadi dirimu. Maddy yang selalu bersinar di manapun berada. Maddy yang berani mengambil jalan untuk hidupnya sendiri. Hell, kau berkuliah di benua lain sendirian. Kini aku sadar kalau kau spesial. Hanya ada satu Madeline Park dan aku tahu aku harus menjadi diriku sendiri, bukan terus mencoba bersaing dan menyalahkan keadaanku padamu. Aku tahu kau juga berusaha keras demi berada di posisimu sekarang."
Dada Rosé terasa mulai sesak. Suaranya seakan menghilang dan semakin terdengar parau. Ia melihat ke arah Madeline yang sudah mengusap matanya dengan tisu. Rosé menahan diri untuk tidak ikut terisak. "Dari hatiku yang paling dalam, aku bahagia untukmu. Aku berharap kau selalu dikelilingi oleh kebahagiaan di manapun berada," ujarnya.
Rosé melirik ke arah Chanyeol. Pria itu menatapnya dengan raut wajah seakan-akan bangga dengan apa yang sedang Rosé lakukan.
"I hope I can find my own happiness like you," sambung Rosé. Pandangannya masih bertaut dengan tatapan Chanyeol. Senyum pria itu mengembang bersamaan dengan binar di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever You | chanrose (YOU SERIES BOOK 2) ✔️
FanfictionYOU SERIES: [1] LOATHE YOU | jenkai [2] EVER YOU | chanrose [3] TREASURE YOU | hunlis [4] SECRET YOU | jisuho Rosé membenci Chanyeol bahkan sejak mereka kecil. Pria itu tukang bully, berantakan, sombong, tidak tegas, dan segala hal yang salah dalam...