Prolog

1.4K 68 11
                                    


Seorang gadis cantik menuruni tangga dengan senyum manisnya. Dia melangkah menuju pintu utama rumah tersebut untuk menyambut papanya yang baru saja pulang dari kantor.

"Papa, liat deh Sheren dapat apa?" Sheren dengan antusias menunjukkan selembar kertas pada Papanya.

"Minggir! Saya cape." Siwon dengan kasar menghempas tangan Sheren.

Sheren tersenyum getir. Tapi dia tidak patah semangat. Dia harus menunjukkan pencapaiannya selama ini pada sang Papa.

"Pa, Sheren dapat sertifikat juara 1 lomba piano loh" ucap Sheren bangga.

Dulu waktu dirinya masih berusia 7 tahun Papa Siwon selalu mengajarkan Sheren bermain piano. Sekarang gadis itu sudah bisa memainkan alat itu sendiri dengan mahir dengan usahanya sendiri.

*srett

Siwon menarik kertas yang dipegang Sheren. Senyum Sheren yang mengembang berubah dalam satu waktu.

Papanya merobek asal kertas itu. Sheren terkejut bukan main. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Tidak usah cari perhatian. Saya tidak peduli dengan anak sial seperti kamu." Siwon membentak Sheren yang masih berdiri didekatnya.

"Kenapa Pa? Kenapa Papa gak pernah peduli lagi sama Sheren?" Suara Sheren meninggi. Dia kecewa dengan papanya yang tidak menghargai usahanya.

*Plakk

Siwon menampar Sheren dengan keras hingga kepala gadis itu terhuyung ke samping. "Karena kamu, istri saya meninggal." Berhadapan dengan Sheren membuat emosinya memuncak. "Harusnya kamu yang mati bukan istri saya."

"Kenapa Sheren yang selalu disalahin? Papa gak liat kejadian sebenarnya. Sheren ju--"

*Plakk

"Diam kamu! Pergi dari sini sebelum Saya lanjut memukul kamu lebih parah, Sheren."

Sheren bungkam. Sudut bibirnya terasa perih. Cairan asin bercampur dalam liurnya. Air mata bercampur darah akibat tamparan kuat dari papanya.

Dengan berlinang air mata Sheren berlari keluar dari rumah. Gadis itu berjalan tanpa arah. Pikirannya kacau, tidak peduli dengan jalanan yang gelap dan sudah sepi.

Sheren terduduk di halte bus. Dia hanya bisa menangis menahan perih pada sudut bibirnya. Dibandingkan itu, rasa sakit di hatinya lebih besar.

Kalau saja Mamanya masih ada, pasti hidup Sheren sangat bahagia. Papa dan Kakaknya tidak mungkin membenci Sheren.

Kejadian 9 tahun lalu membuat kehidupan Sheren berubah 180°. Gadis cantik yang selalu ceria itu berubah menjadi pendiam dan murung. Selama 9 tahun itu juga Sheren tidak pernah lagi mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Mamanya yang meninggal dunia dan Papanya yang tidak pernah peduli lagi dengan Sheren.

Sheren mulai berdiri dan menghapus air matanya. Sudah cukup dia menangis hari ini. Siang tadi dia dibully oleh kakak kelas. Pulang rumah dipukul lagi oleh kakaknya. Malamnya dibentak sekaligus ditampar oleh papanya.

Sheren akan kembali ke rumah untuk beristirahat. Biarpun orang rumah tidak mengharapkan kepulangannya, dia akan tetap pulang ke rumah neraka itu karena tidak ada rumah lain yang bisa menampung kesedihannya.

Baru beberapa langkah kepalanya terasa pusing. Sheren tetap saja melanjutkan jalannya. Hingga sebuah cahaya mobil dari arah depan menyenter tubuhnya.

*Brukk

To be Continued...

Boyfriend's | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang