"Ini punya lo, kan?"Sheren menoleh pada cowok yang kini dia tumpangi mobilnya.
Sheren yang tadinya bersandar lemas pada kursi jok, seketika terduduk tegak memperhatikan benda yang kini berada ditangan cowok itu.
'Kok bisa ada sama dia sih?!' Sheren membatin dalam hatinya.
Gadis itu terkejut karena benda yang disodorkan oleh Jay adalah botol obat yang dia cari selama ini.
Sheren ingin mengambil benda itu dari tangan Jay, tapi cowok itu langsung menarik kembali tangannya.
"Jay, balikin!" Pinta Sheren.
"Kenapa lo konsumsi obat-obatan kayak gini?" Tanya Jay penasaran.
"Jay, please balikin!" Lirih Sheren, dia memohon agar Jay mau mengembalikannya tanpa bertanya banyak.
"Jawab pertanyaan gue!" Jay terus mendesak Sheren untuk menjawab rasa penasarannya.
"Aku butuh obat itu. Tolong balikin Jay!" Sheren tidak mau menjawab pertanyaan Jay. Dia terus memohon hal yang sama.
Gadis itu berusaha meraih benda berbentuk silinder yang terus digenggam oleh Jay, namun cowok itu semakin mengangkat tinggi tangannya guna menghindari pergerakan Sheren.
Dibalik itu, Sheren berusaha menahan kepalanya yang semakin memberat karena efek mimisan tadi. Wajahnya semakin pucat dan tidak ada tenaga lagi untuk meladeni perdebatan seperti ini, tapi cowok itu malah membuatnya kehabisan tenaga.
'Aku gak boleh pingsan disini! Harus kuat Sheren!' Gadis itu menyemangati dirinya sendiri yang sudah tidak kuat lagi dengan penyakitnya.
Sheren yang frustasi 'pun mendudukkan kembali dirinya ke kursi penumpang. Gadis itu menghela nafas pasrah, tidak ada habisnya kalau berurusan dengan cowok itu.
"Ambil aja kalau kamu mau." ucap Sheren pasrah. Gadis itu memejamkan mata, menahan pening di kepalanya.
"Susah banget jawab pertanyaan gue?!" Jay melihat gadis disampingnya dengan tatapan selidik.
"Hargai privasi orang, Jay!" Sarkas Sheren yang geram dengan Jay.
"Apa susahnya ngaku, kalo lo itu sakit jiwa?!" ujar Jay dengan smirk smile andalannya.
Sheren seketika melotot, mendengar kalimat yang keluar dari mulut Jay.
"Aku gak gila!" Sheren membantah ucapan Jay.
"Terus ngapain lo minum obat depresan?!" Jay mendekatkan dirinya pada Sheren untuk menggoda gadis itu. "Kalo lo gak tau, depresi juga gejala dari gangguan jiwa." Suara Jay merendah tepat di samping wajah Sheren.
"AKU GAK GILA!" Sheren yang emosi jadi membentak Jay. Gadis itu sangat sensitif dengan apapun yang berhubungan dengan psikisnya.
"Oh, really?!" Bukannya berhenti, Jay malah semakin memancing amarah Sheren.
"Cukup! Kamu gak perlu anterin aku pulang," Sheren melepaskan seatbelt yang mengait tubuhnya. Tangannya bergerak untuk membuka handle pintu mobil yang masih terkunci.
"Buka!" Perintah Sheren tanpa menoleh pada sang pemilik mobil.
"Coba aja kalau lo bisa!" Tantang Jay.
Sheren tetap berusaha membuka paksa pintu berukuran mini itu, padahal dia sendiri juga tau kalau itu hanya sia-sia.
Jay yang muak melihat kefrustasian Sheren, kemudian mulai mengendarai mobilnya tanpa memperdulikan Sheren yang memberontak di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend's | Sunghoon
Teen Fiction⚠️Toxic Area ~16+ Tidak di anggap oleh papanya karena merasa bahwa kematian Mama nya terjadi karena Sheren. "Harusnya kamu yang mati bukan istri saya." Dibenci oleh kakak kandungnya. "Sialan! Hidup lo bisanya cuma nyusahin, mending lo mati aja!"...