Dua mobil saling mengadu kecepatannya. Bugatti putih itu melaju mendahului start. Hingga saat mendekati garis finish, mobil hitam dibelakangnya menerobos arena.
Mobil Jay yang pertama menginjak garis finish. Diikuti mobil putih dari belakangnya. Sunghoon memukul keras stir mobilnya. Dia kalah balapan dari teman kecilnya itu.
Jay keluar dari mobil dengan tersenyum smirk kepada Sunghoon. Tidak sia-sia dia menerima tawaran Jake yang menantang kedua temannya itu untuk adu balapan. Sebagai bayarannya, yang kalah harus menuruti permintaan dari yang menang.
Karena disini Jay yang menang berarti Sunghoon harus menuruti keinginan sahabatnya itu. Belum mengungkapkan permintaan saja kepala Sunghoon sudah pusing terlebih dahulu melihat ekspresi Jay yang seperti mengejeknya. Sunghoon yakin Jay akan meminta dirinya melakukan sesuatu yang diluar akal sehatnya.
Dan benar saja. Jay minta Sunghoon untuk berpacaran dengan seorang gadis yang sudah ditandai oleh Jay. Besok disekolah, pria itu akan menunjukkan gadis mana yang harus Sunghoon pacari.
"Ingat Hoon, besok taruhannya mulai berlaku" ucap Jay menepuk bahu Sunghoon.
"Hm." jawab Sunghoon acuh. Mau tidak mau Sunghoon harus menurutinya. Ini juga salahnya karena menerima tawaran Jake.
Jay tersenyum smirk, lalu pergi begitu saja dengan membawa black car kesayangannya.
Tingkat kegabutan persahabatan mereka sudah sampai level elite. Balapan dengan taruhan uang dan barang sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Jay bahkan pernah meniduri seorang gadis yang menjadi taruhan mereka. Bisa terbilang brengsek tapi dia tidak peduli sama sekali.
Dengan rupa yang tampan dan berandal membuat mereka di segani seantero sekolah. Banyak gadis yang menyukai tanpa mengetahui sisi lain mereka yang bejat.
Setelahnya, Sunghoon dan Jake juga meninggalkan area balapan karena hujan mulai turun.
* * *
*Pip
Mobil yang melaju kencang itu berhenti seketika. Sunghoon dengan spontan menginjak pedal rem. Hampir saja pria itu menabrak seseorang.
Sunghoon keluar untuk mengecek keadaan diluar mobil. Seorang gadis kecil meringkuk memeluk tubuhnya dibawah guyuran hujan.
Karena sudah terlanjur basah, Sunghoon ikut berjongkok melihat keadaan orang itu dari dekat. Bahu gadis itu bergetar. Dengan lembut Sunghoon mengusap rambut basah milik gadis itu.
Sheren mendongakkan kepalanya. Mata indah itu bertemu dengan hazel kelam milik Sunghoon. Butiran air terus keluar dari sudut matanya bercampur dengan air hujan yang membasahi tubuhnya. Sunghoon menangkap penampilan gadis itu yang acak-acakan dengan mata yang sembab membuat Sunghoon merasa iba.
Tanpa mengatakan apapun, Sunghoon menarik Sheren untuk berdiri. Membuka jaket kulit miliknya dan memakaikan pada tubuh Sheren yang basah kuyup.
Mata Sheren tidak lepas dari pergerakan Sunghoon yang membawanya masuk kedalam mobil.
Sheren tentu mengenal Sunghoon. Mereka satu sekolah, satu angkatan. Bedanya Sunghoon siswa populer sedangkan Sheren hanya gadis kutu buku yang selalu menghabiskan waktu di perpustakaan.
"Rumah lo dimana? Biar gue antar pulang." Tanya Sunghoon setelah menduduki kursi kemudi.
"Jl. Heartbreak no 23" jawab Sheren, pandangan matanya kini kosong menatap jalanan sepi. Sunghoon mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju alamat yang dibilang Sheren.
Sepanjang perjalanan hanya ada suara rintik hujan yang mengisi suasana dalam mobil. Sungguh canggung karena memang keduanya memilih untuk saling diam. Sheren yang melamun dan Sunghoon yang fokus menyetir.
Hingga sampai depan rumah gadis itu. Sheren menoleh menatap Sunghoon yang juga sedang melihat kearahnya.
"Thanks." ucap Sheren singkat.
"Gausah dibuka, baju lo transparan." ujar Sunghoon cepat sebelum Sheren membuka jaket Sunghoon yang dia pakai sedari tadi. Bagaimana tidak transparan? Bajunya saja berwarna putih.
Gadis itu sontak kaget dengan tuturan Sunghoon. Sheren yang sebelumnya ingin membuka jaket itu langsung memakai kembali dengan cepat.
Tanpa berkata apapun lagi, Sheren langsung keluar dari mobil tersebut dan meninggalkan Sunghoon yang melihatnya dengan tatapan sulit diartikan. Mereka belum sempat berkenalan. Biarpun Sheren mengenal Sunghoon tetapi Sunghoon tidak mengenal Sheren.
Sunghoon tersenyum kecil melihat gadis itu berlari masuk kedalam rumah. Kemudian Sunghoon kembali melajukan mobilnya untuk pulang kerumah.
.
.
."Dari mana aja lo? Jam segini baru masuk rumah. Mau jadi pelacur lo?"
Baru juga pulang, Sheren sudah disuguhkan dengan pertanyaan yang membuatnya sakit hati.
Kalaupun Sheren jadi pelacur, memangnya dia peduli?
"Segala diantar cowo. Cewe sialan kayak lo gak pantas dikasih perhatian." Belum sempat membalas perkataan kakaknya, rambut Sheren sudah lebih dulu dijambak.
"Gausah sok sok-an kabur dari rumah. Gak sekalian mati aja lo dijalan sana?!"
Lagi dan lagi, Sheren harus menerima setiap tutur kata dan perlakuan kasar dari keluarganya.
"U-udah kak! Kepala Sheren sakit, hiks.." Tanpa bisa ditahan, gadis kecil itu menangis lagi.
"Gue gak peduli!" Yeonjun membenturkan kepala Sheren ketembok dengan keras. Pria itu melepaskan tangannya dari rambut Sheren lalu pergi begitu saja meninggalkan adiknya yang menahan sakit pada kepala belakangnya.
"Awh..." Tubuh Sheren merosot ke lantai. Sheren menahan perih dan sakit secara bersamaan pada kepalanya. Dengan gontai, Sheren menaiki tangga menuju kamarnya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend's | Sunghoon
Teen Fiction⚠️Toxic Area ~16+ Tidak di anggap oleh papanya karena merasa bahwa kematian Mama nya terjadi karena Sheren. "Harusnya kamu yang mati bukan istri saya." Dibenci oleh kakak kandungnya. "Sialan! Hidup lo bisanya cuma nyusahin, mending lo mati aja!"...