Dugaan Sheren benar, mengenai kakaknya yang akan mengamuk. Malam tadi, Sheren lagi-lagi mendapat perlakuan kasar dari kakaknya.
*Flashback on
"Lo baru pulang jam segini?" Suara berat itu menintruksi. Sheren hanya bisa menunduk diam. Tangannya meremat rok seragamnya kuat.
"Dianterin siapa lo?" Sheren tidak menjawab. "Mau jadi jalang, HA?" Lagi-lagi Sheren diam. Mulut kakaknya itu memang sangat lancang.
"Ikut gue!" Yeonjun menarik Sheren secara paksa. Membawa gadis itu ke toilet belakang. Sheren berusaha berontak namun nihil. Tenaga Yeonjun tak sebanding dengannya.
Yeonjun mendorong tubuh Sheren ke tembok dengan kasar lalu membuka keran shower hingga membasahi tubuh Sheren.
"Rasain lo" Yeonjun keluar dari toilet tersebut, meninggalkan Sheren sendirian dengan tubuh yang basah kuyup.
"Kak, buka! Jangan dikunci!" Sheren berusaha membuka knop pintu tapi tidak bisa. Yeonjun sudah menguncinya dari luar.
Gadis itu akhirnya menangis. Air mata yang dia tahan sedari tadi mulai keluar bersamaan dengan guyuran air yang terus menitik dari rambutnya yang basah.
Berjam-jam Sheren ditempat itu, hingga tengah malam ketika semua orang sudah tertidur, untung saja bibinya membuka pintu tersebut dengan kunci cadangan.
"Non? Astaghfirullah, bangun non!" Dengan lemas Sheren berusaha sadar. Tubuh gadis itu bergetar menahan dingin.
"Makasih ya bi" Sheren menangis memeluk pembantunya itu. Satu-satunya orang yang peduli dengannya dirumah ini cuma bi Namra.
Tadi, bi Namra menyaksikan Yeonjun yang berlaku tega kepada Sheren, namun dia tidak berani membantu karena takut tuan muda itu mengamuk dan dia berujung dipecat.
Usia wanita paruh baya itu sudah cukup tua. Sudah bertahun-tahun dia mengabdi untuk melayani keluarga Choi dari ibu Sheren masih hidup, bahkan saat Yeonjun baru lahir. Bi Namra bertahan di rumah ini karena dia ingat pesan nyonya Choi yang memintanya untuk merawat Sheren dan Yeonjun dengan baik layaknya anak sendiri. Dan disini tujuan utamanya, yaitu untuk selalu ada saat Sheren membutuhkan walaupun tidak bisa datang tepat waktu.
*flashback off
Dengan tubuh yang lemas, Sheren bersiap ke sekolah. Kalau cuma tiduran dirumah Papanya pasti akan marah, karena pria itu tidak suka orang yang pemalas.
Sheren selalu menerapkan segala aturan yang dibuat oleh orang tuanya sejak kecil meskipun sekarang Papanya tidak pernah peduli lagi dengannya.
Hari ini Sunghoon tidak menjemput Sheren sehingga gadis itu harus menunggu bus. Untung saja hari ini dia tidak terlambat.
Dikelas, Sheren tidak mengikuti pelajaran dengan benar karena demam. Kepala Sheren terus berdenyut hingga tidak sadar kalau sudah jam istirahat.
Disisi lain, Sunghoon yang sedang makan dikantin terus menatap sekeliling mencari keberadaan Sheren. Seharian ini dia belum bertemu pacarnya.
"Kenapa Hoon?", tanya seorang cewek yang sedari tadi terus mengikuti Sunghoon.
Cowok itu tidak menjawab. Jay yang menyadari gelagat Sunghoon, hanya tersenyum sinis. "Cariin siapa Hoon?" Tanya Jay dengan alisnya yang naik turun seolah menggoda Sunghoon.
"Bukan urusan lo!" Tanpa basa-basi Sunghoon langsung pergi dari sana meninggalkan makanannya yang belum habis. Dia tidak selera makan, lagi.
Tujuannya sekarang adalah perpustakaan. Jam segini, Sheren kalau bukan di kantin, ya udah pasti di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend's | Sunghoon
Teen Fiction⚠️Toxic Area ~16+ Tidak di anggap oleh papanya karena merasa bahwa kematian Mama nya terjadi karena Sheren. "Harusnya kamu yang mati bukan istri saya." Dibenci oleh kakak kandungnya. "Sialan! Hidup lo bisanya cuma nyusahin, mending lo mati aja!"...