23. Poor Sheren

321 43 11
                                    

Ruangan itu benar-benar gelap tanpa cahaya sedikitpun, ditambah banyaknya benda yang ditinggalkan dalam tempat tersebut tanpa terurus membuat debu dan sarang laba-laba ada disetiap sudut ruangan sempit itu.

Sheren berteriak panik dari dalam, berusaha menggedor pintu dan berharap ada yang datang untuk menolongnya. Suaranya nyaris hilang namun tidak ada satupun yang mendengarnya.

Sheren mengeluarkan handphone dari sakunya dan menyalakan senter. Setidaknya sekarang ada sedikit cahaya namun hal itu tidak membuat rasa takutnya berkurang.

Tangan Sheren dengan gemetar menekan tuts angka dilayar benda pipih tersebut untuk menelpon seseorang, namun jaringan yang sulit dijangkau dalam ruangan itu membuat Sheren semakin kesulitan.

"AAA!!"

Brak!

Sebuah kecoa terbang kearah Sheren sehingga handphone ditangannya jatuh memantul keras di ubin keramik.

Sheren terduduk dilantai berdebu itu sambil memeluk lututnya. "Mama, Sheren takut." cicit gadis itu dengan suara bergetar.

Sheren berusaha meraih handphone yang terjauh di depan kakinya namun lagi-lagi sebuah hewan terlintas lewat didepannya.

"AAH, JANGAN DEKET!!" teriak Sheren ketakutan. Tangannya dengan reflek meraih sebuah botol kaca bekas di sampingnya guna melempar tikus itu.

Botol yang barusan dilempar oleh Sheren pecah berkeping-keping diikuti dengan perginya hewan menjijikan itu.

Sheren kembali mengambil handphone-nya yang terlempar tadi. Efek terbentur keras dengan lantai, membuat ponsel itu sulit menyala. Susah payah Sheren menghidupkan kembali benda itu tapi tidak bisa.

Frustasi dengan keadaan sekarang, kali ini Sheren benar-benar menangis.

Tidak ada satupun lagi cahaya dalam ruangan itu, benar-benar gelap gulita, namun Sheren masih bisa melihat satu benda berkilau didepannya.

Itu adalah ujung pecahan beling yang sedikit bersinar karena ketajamannya.

Sheren tiba-tiba teringat satu kebiasaan yang sering dia lakukan dirumah saat depresinya kambuh dan hal itu bisa menyembuhkan rasa sakitnya.

Sheren mengambil benda kecil tak berbentuk itu dan mengarahkan ke lengannya.

Srret!

"Sshh," benda berujung lancip yang sebenarnya tumpul itu menusuk kulit Sheren hingga satu goresan terbentuk di kulitnya.

Rasa sakit itu tidak membuat Sheren berhenti disana, seolah kecanduan dengan aksi berbahaya itu. Dia kembali menancapkan ujung beling itu ke lengannya hingga darah mulai menetes ke lantai.

* * *

Kerumunan tadi mulai berpencar. Bertepatan dengan guru yang sedang rapat, semua murid bebas ingin bolos atau melakukan apapun.

"Markas yok?!" ajak Jake merangkul bahu sahabatnya.

"Sunghoon mana?" tanya Jay tidak melihat kehadiran cowok itu.

"Nolongin temannya pingsan tadi," jawab Jake.

"Teman yang mana?" tanya Jay sekedar kepo karena tidak biasanya cowok itu peduli dengan orang lain.

"Celine, katanya dia pingsan tadi." jawab Jake lagi-lagi.

"Drama banget tuh cewek!" sarkas Jay yang sudah tau kebiasaan perempuan itu. Tapi dia tidak tau motif apa dibalik perbuatan Celine.

Tidak peduli dengan hal itu, Jay dan Jake memilih menenteng tas mereka dan keluar dari kelas tersebut.

"Parah banget temen lo! Habis berantem sama ceweknya malah ditinggalin demi cewek lain." ucap seorang cowok yang berpapasan dengan dua cowok itu. Dia juga teman mereka tapi tidak begitu akrab.

Boyfriend's | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang