8. Dejavu

464 41 10
                                    

Sunghoon menyeret Sheren keluar secara paksa dari mobilnya. Tenaga Sheren yang tak sebanding dengan Sunghoon, tentu saja tidak bisa melawan.

"Hoon, please aku salah apa sih sama kamu?" Sheren ingin menahan Sunghoon namun langkah kaki jenjang cowok itu sangat cepat.

Sunghoon kembali ke mobil dan meninggalkan Sheren sendirian dijalan itu.

"Sunghoon, jangan tinggalin aku sendiri!" Sheren mengetuk jendela mobil Sunghoon namun cowok itu tidak menggubris sama sekali.

Mobil Sunghoon mulai melaju pergi menjauhi tempat tersebut. Sheren berusaha mengejar BMW putih yang jelas saja kecepatannya tidak sebanding.

*BRUK!

"Aw.."

Sheren terjatuh hingga lututnya menubruk aspal keras.

Darah segar mulai menetes keluar dari lutut Sheren. Rasanya perih, ditambah telapak tangannya yang tergores aspal.

Seolah mati rasa, Sheren bangun dan menepis kerikil halus yang menempel pada lukanya.

Sheren tidak tau dimana sekarang dia berada. Sebelumnya dia tidak pernah melewati jalanan ini. Sepertinya Sunghoon memang sengaja meninggalkannya di tempat seperti ini.

Jalanan itu cukup sepi, tidak banyak kendaraan yang lewat. Tas nya tertinggal dalam mobil Sunghoon, sehingga dia tidak bisa menghubungi siapapun karena HP dan dompetnya ada didalam tas tersebut.

Sheren berjalan tak tentu menyusuri jalanan tersebut dengan kaki yang dia paksa bergerak. Entah berentinya dimana, yang penting Sheren bisa menemukan bantuan untuk pulang kerumah.

Area lutut Sheren mulai bengkak membiru dengan darah yang tak kunjung mengering.

Di seberang jalan sana ada halte. Sheren mengistirahatkan tubuhnya yang sudah lemas karena sudah hampir setengah jam berjalan tanpa menemukan kendaraan satupun yang lewat.

"Sunghoon kenapa ya?" Sheren memikirkan apa kesalahannya seharian ini sampai membuat Sunghoon marah padanya.

Sunghoon benar-benar tega. Sheren juga bingung sebenarnya dia salah apa. Tiba-tiba saja Sunghoon marah gak jelas.

* * *

Sunghoon dapat melihat dari spion di depannya, Sheren yang berusaha mengejar mobilnya hingga gadis itu terjatuh. Tapi hati Sunghoon yang sekeras batu mana memperdulikan hal itu.

Kali ini Sunghoon tidak langsung pulang ke apartemen nya. Dia mampir terlebih dahulu ke rumah sakit untuk mengecek keadaan Bunda nya yang berbaring lemah pada brankar bernuansa putih itu.

Sekeliling ruangan itu dipenuhi alat medis dan beberapa selang yang terpasang pada tubuh Bundanya.

Hati Sunghoon selalu tercubit saat melihat wanita yang paling di sayangnya dalam keadaan seperti ini. Mata Sunghoon sudah berkaca-kaca sejak awal kakinya memasuki ruangan tersebut. Namun disisi lain, hati Sunghoon selalu menghangat saat berada di dekat Bunda nya. Mood Sunghoon jadi lebih baik dari pada sebelumya.

Tidak ingin berlama-lama disana, Sunghoon keluar dari gedung itu.

Melewati taman rumah sakit, Sunghoon berpapasan dengan sepasang remaja SMP yang kegirangan. Tidak sengaja gendang telinganya menangkap sepenggal kalimat anak cewek itu. 'Ko Kakek jodohin kita sih? Kan kita masih sekolah.'

Seperti flashback dengan masa lalu.

"Hoonie kata Papa, kita bakal dijodohin tau!"

Boyfriend's | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang