Masih di gedung yang sama, perempuan itu turun dari mobil mewahnya.
Dia tentu melihat aksi tadi melalui kamera pengintai yang terpasang dalam ruangan tersebut.
Dia sengaja kembali ke tempat itu untuk bertemu dan berbicara langsung dengan rekannya.
"Ini di luar perjanjian. Kenapa lo bikin Sunghoon babak belur, tolol?!" bentak perempuan itu.
"Impas dong! Anak buah lo nyakitin Sheren, jadi Sunghoon pantas dapetin itu." Cowok itu membalas ucapan lantang sang gadis. "Lagian itu gak seberapa,"
"Gue gak suruh lo buat libatkan Sunghoon, bangsat!" geram perempuan itu.
"Tapi bokap lo ikut turun tangan, maksudnya apa?!" sarkas cowok itu.
"Dari awal dia emang penghalang rencana keluarga gue, jadi wajar bokap gue marah!"
"Cewek gila! Asal lo tau, Sheren hampir aja diperkosa sama mereka kalau gak gue halangin."
"Kenapa gak dibiarin aja? Itu juga bagian dari rencana gue." ucap perempuan itu balik menantang. "Kalo lo mau gabung juga bisa, bila perlu gue siapin ruangan khusus."
"Sinting lo! Gue gak nyangka lo sejahat ini." Cowok itu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.
"It's me! Bakal gue singkirin siapapun yang halangi jalan gue!" ujar cewek itu.
Cowok itu tersenyum remeh. "Gue pikir lo bakal berubah, ternyata jadi lebih parah!" ucapnya tidak habis pikir.
"Salah lo sendiri, masih percaya sama gue." Perempuan itu balik menertawai cowok naif didepannya.
"Kerja sama kita cukup sampai sini, jangan libatin gue lagi dan stop ngusik Sheren!"
Cowok itu langsung pergi dari sana dengan mengendarai Black Porsche kesayangannya.
* * *
Baru saja Sunghoon mendapat telepon dari ayah-nya untuk segera datang ke rumah sakit karena bunda-nya mengalami kritis.
Sunghoon jelas tidak sempat membawa pulang Sheren sehingga gadis itu harus ikut bersamanya.
Sebenarnya Sheren sedikit takut karena ini sudah sangat larut malam tapi dia belum berada di rumah. Kalau papa-nya tau, dia pasti akan dihukum. Di lain sisi, dia tidak enak dengan Sunghoon yang sudah repot-repot menolongnya tadi.
Mereka tiba di rumah sakit dan langsung masuk ke ruangan dimana bunda Sunghoon dirawat.
Di sana sudah ada ayah Sunghoon yang berdiri didepan ruang ICU, tempat bunda-nya dirawat. Wajah orang tua itu terlihat panik.
"Yah, keadaan bunda gimana?" tanya Sunghoon yang baru tiba di sana.
"Bundamu tiba-tiba kritis, ayah gak tau pemicunya apa!" jawab Chanyeol.
Suasana seketika hening, hanya diliputi rasa khawatir. Saking canggungnya, Sheren bahkan tidak sempat mengucapkan salam pada ayah Sunghoon.
Chanyeol sendiri tidak sadar kalau Sunghoon tidak datang sendiri. Bahkan wajah anaknya yang babar belur saja, tidak di notice olehnya.
Beliau baru menyadari itu saat Sunghoon terdengar mengajak Sheren berbicara. Dalam pikiran Chanyeol, wajah Sheren seperti tidak asing. Dia seperti pernah melihatnya entah dimana.
Dokter keluar dari ruangan dan syukurnya membawa berita baik, tapi sayangnya bunda Sunghoon belum pulih kesadarannya dari pasca koma.
Keluarga pasien diperbolehkan masuk untuk menengok kondisi pasien sehingga ayah Sunghoon yang duluan dipersilahkan karena hanya diperbolehkan satu persatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend's | Sunghoon
Teen Fiction⚠️Toxic Area ~16+ Tidak di anggap oleh papanya karena merasa bahwa kematian Mama nya terjadi karena Sheren. "Harusnya kamu yang mati bukan istri saya." Dibenci oleh kakak kandungnya. "Sialan! Hidup lo bisanya cuma nyusahin, mending lo mati aja!"...