2.

3.5K 205 4
                                    

Halohaaa, makasih sudah mau baca abang dan adeekk

Kalau suka, jangan lupa share ke temen-temen kalian biar makin banyak yang baca, yaaa

Piridiinngg~

"Bang! Ayo berangkat!" teriak Haechan dari teras rumah. Sudah sepuluh menit dia menunggu dan kakaknya sama sekali tidak menampakkan batang hidung, membuat Haechan kesal saja.

"Abang! Adek tinggal nih!" ancam Haechan, walau sebenarnya dia yang menumpang pada Jaehyun.

"Sabar kali, Dek. Lo pikir Abang punya kekuatan flash apa?"

"Abang mah gak punya kekuatan flash, punyanya kekuatan snail," cibir Haechan, melipat kedua tangannya di depan dada dengan dagu yang sedikit dinaikkan, memberi kesan sombong. Jaehyun hanya memutar bola matanya malas, tidak ada minat untuk membalas ucapan Haechan. Bisa-bisa mereka berdebat sampai hari berganti jika dilanjutkan.

"Ayo," ucap Jaehyun, berjalan lebih dulu menuju motor yang terparkir di halaman rumah. "Pegangan," peringat Jaehyun. Dia pernah hampir menjatuhkan Haechan dari motor dan kejadian itu cukup meninggalkan trauma—terutama untuk Jaehyun, karena Haechan bahkan biasa saja setelahnya.

"Iya, iya. Ayo cepetan, udah telat ini."

"Telat mbahamu! Ini masih jam setengah tujuh, Haechan!" geram Jaehyun, sampai tidak sadar bahasa daerahnya keluar.

Haechan hanya cengengesan saja, menyandarkan kepala pada bahu kakaknya. Perjalanan ke sekolah tidak terlalu memakan waktu, sepuluh menit jika berkendara dengan santai atau setengahnya jika Jaehyun berani melaju kencang.

"Bang, Kak Jisoo cantik, gak?"

"Menurut lo?"

"Cantik banget." Haechan menahan diri agar menjaga suaranya tetap normal. Bahaya kalau Jaehyun sampai tahu incarannya.

"Nah itu tahu." Jaehyun menjawab malas. "Pegangan yang bener, woy! Ini kalau jatuh, bisa bocor kepala lo!" Jaehyun menarik tangan adiknya agar berpegangan dengan benar.

"Abang parnoan banget, sih," gerutu Haechan.

"Ya, gue cari aman aja, Sat!"

"Halah!"

Perdebatan keduanya masih terus berlanjut selama perjalanan menuju sekolah, sebenarnya lebih pada Haechan yang mencari gara-gara dengan menggoda Jaehyun.

Angin musim hujan bukan menjadi sesuatu yang mereka benci. Jaehyun tidak terlalu menyukai hujan, walau dirinya memiliki toleransi yang cukup baik pada cuaca dingin. Berbanding terbalik dengan Haechan. Adiknya itu sangat senang bermain di bawah guyuran air hujan, padahal lima belas menit saja di suhu yang cukup dingin, Haechan dapat dipastikan terkena flu.

"Jaketnya jangan lupa dipake," pesan Jaehyun, sesaat setelah motor mencapai parkiran sekolah.

"Iya. Adek tuh udah gede, gak usah berlebihan!" Haechan menyuarakan keluhannya. Jaehyun sering lupa jika adiknya juga lelaki, sama sepertinya.

"Ya udah, sana ke kelas."

"Ini juga mau pergi!" Jaehyun terkekeh pelan, senang bisa menggoda adiknya. Hobi kedua selain membuat Haechan menangis.

Hah! Hobi Jaehyun memang tidak akan jauh-jauh dari membuat adiknya menunjukkan raut kesal. Namun, dia akan menjadi orang pertama yang marah saat adiknya diganggu orang lain. Benar-benar definisi kakak yang baik.

...

"Haechan! Kakak manismu ini datang!"

"Setan!" Haechan berjengit kaget, hampir saja dia terjatuh karena suara keras Jaemin. Sialan! Jantungnya mau melompat dari tempat juga. "Ini masih sekolahan ya, belum bertransformasi jadi hutan."

BrotherHot•√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang