17.

1.7K 192 36
                                    

Hari ini, Haechan dan Jaehyun tidak berangkat ke sekolah. Haechan sedang demam, sedangkan ibu mereka harus melakukan perjalanan dinas. Tentu saja Jaehyun tidak akan setega itu membiarkan Haechan tinggal sendirian, padahal hari ini dia ada ulangan matematika.

Berkali-kali Haechan meyakinkan Jaehyun, dia tidak apa-apa ditinggal. Tapi, tetap saja itu tidak bisa membuat Jaehyun tenang.

Ada banyak alasan yang membuat Jaehyun enggan meninggalkan adiknya sendirian. Haechan itu kelewatan cerobohnya. Jaehyun takut, Haechan akan tergeletak mengenaskan di kamar mandi, atau yang lebih parah malah membukakan pintu untuk pencuri. Salahkan otak overprotektif Jaehyun yang terlampau ajaib.

Intinya, Jaehyun tidak bisa pergi ke sekolah sementara adiknya terbaring sakit sendirian di rumah. Dia tidak akan bisa tenang.

Jaehyun mengganti air yang ada di wadah, dia sedang mengompres dahi Haechan. Suhu tubuh Haechan tidak juga menurun, padahal sudah minum obat. Jaehyun mendesah pelan, semakin khawatir dengan wajah Haechan yang semakin memerah.

"Obatnya beneran lo minum, 'kan?" Jaehyun bertanya, mencoba memastikan. Jaehyun tahu jika Haechan tidak suka obat, takut. Dulu sekali saat Haechan minum obat, obatnya pernah tersangkut di tenggorokan. Bisa dikatakan, Haechan trauma minum obat.

"Hm," balas Haechan pendek. Badannya sangat lemas, napasnya lumayan sesak, selain itu kepala Haechan juga terasa pusing. Haechan bahkan merasa tubuhnya tidak bisa digerakkan sedikit pun saking lemasnya.

"Kita ke rumah sakit, ya?" bujuk Jaehyun. Dia tidak tega melihat adiknya terkapar tak bertenaga seperti itu. "Dek?" Karena Haechan tidak kunjung menjawab, Jaehyun bertanya lagi.

"Enggak mau." Susah payah Haechan mengeluarkan dua kata yang membuat Jaehyun bernapas putus asa. Haechan terlalu bebal. Jaehyun tidak terkejut, tapi untuk saat-saat seperti ini dia juga tidak bisa mengikuti permintaan adiknya itu.

"Panas lo nggak turun-turun, udah kayak setrikaan ini. Ke rumah sakit, ya?" Wajah Jaehyun terlihat semakin panik.

"Enggak mau, Abang." Jawaban Haechan bikin Jaehyun semakin putus asa.

Mata Haechan masih terpejam, sedangkan napasnya mulai tidak beraturan. Haechan tidak mau pergi ke rumah sakit. Dia benci rumah sakit. Haechan bahkan diam-diam berusaha keras menahan rasa sesak di dadanya saking tidak maunya dia dibawa ke rumah sakit.

"Adek mau tidur, nanti juga turun panasnya." Padahal wajah Haechan sudah sangat pucat, tapi dia masih keras kepala.

Jaehyun hanya menghela napas putus asa. "Kalau dalam satu jam panas lo nggak turun juga, gue bawa paksa lo ke rumah sakit, paham?!"

"Eung," lenguh Haechan. Tenggorokannya terasa sakit saat dia berusaha berbicara.

Jaehyun mengambil kain di dahi adiknya, mencelupkannya ke wadah berisi air hangat, lalu ia peras. Jaehyun mengembalikan kain tadi ke dahi Haechan, setelah itu dia menyentuh pipi Haechan dengan tangan kanannya. Jaehyun hanya bisa menghela napas untuk yang kesekian kali saat panas tubuh adiknya tidak juga terasa akan menurun. Dan sekali lagi, wajah Haechan sudah sangat pucat.

Jaehyun merasa sangat bersalah karena sedikit banyaknya alasan Haechan sakit adalah dia. Andai saja Jaehyun tidak membawa Haechan keluar semalam. Atau, kalau saja Jaehyun tidak lupa memasukkan jas hujan di jok motornya. Haechan pasti tidak akan terbaring lemah di atas ranjang seperti sekarang.

Semalam mereka kehujanan. Jaehyun pikir, karena jarak rumah sudah tidak terlalu jauh, tidak akan menjadi masalah jika mereka menerobos hujan. Nyatanya, Haechan memang sangat lemah. Dan sekarang adiknya itu terbaring lemah di atas ranjang sekarang. Haechan terkena demam tinggi. Semua salah Jaehyun. Dia tidak bisa menjadi kakak yang baik buat Haechan.

Jaehyun mengecek suhu tubuh Haechan lagi. Nihil, tidak ada perubahaan. Malahan, Jaehyun merasa kalau suhu tubuh adiknya semakin tinggi.

"Dek ... bangun, Dek." Jaehyun menepuk-nepuk pipi Haechan pelan. Haechan tetap bergeming, dia asik terlelap. "Dek ... Haechan. Bangun, yuk?"

"Enghh!" Haechan menjawab lemah. Dia sudah tidak bisa berusaha memenangkan tubuhnya sendiri sekarang.

"Bawa ke rumah sakit aja lah!" putus Jaehyun pada akhirnya saat melihat Haechan yang kesulitan.

Jaehyun bergegas keluar rumah, niatnya mau meminta tolong pada tetangga untuk mengantarkan Haechan ke rumah sakit. Di rumah mereka ada mobil, Jaehyun juga bisa mengendarai benda itu. Namun, di saat panik seperti sekarang, Jaehyun tidak yakin bisa mengendarai mobil dengan aman. Dia tidak mau mengalami kecelakaan dan membuat kondisi Haechan semakin buruk nantinya.

Setelah adegan lari-lari penuh drama, Jaehyun akhirnya menemukan seseorang yang bisa dimintai pertolongan. Mamang Asep, kang nasi goreng. Mereka menggotong tubuh Haechan bersama untuk dimasukan ke mobil. Jaehyun duduk di samping Haechan, memegangi tubuh adiknya agar tidak terjatuh, dan Mang Asep yang mengendarai mobil.

"Mang, bisa cepet, nggak? Adek saya sudah panas banget ini," pinta Jaehyun. Wajahnya terlihat kalut. Jantungnya saja berdetak heboh saat ini.

"Sabar atuh, Den. Kalau cepet-cepet terus ketangkep polisi, yang ada malah makin lama sampai ke rumah sakitnya nanti. Ini jalanan juga lumayan macet, bisa kecelakaan kita kalau maksa nyalip-nyalip. Bahaya atuhh."

Mang Asep masih cukup waras untuk mengikuti kemauan Jaehyun. Dia mengendarai dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata saat jalanan cukup sepi. Sekitar tiga puluh lima menit, mereka baru sampai di rumah sakit.

Jaehyun langsung saja mencari bantuan. Beberapa perawat datang dengan emergency bed. Jaehyun berlari mengikuti mereka. Mang Asep ikut lari juga, nyusul Jaehyun.

"Tenang, Den. Adeknya kan sudah diurusi sama dokter, pasti baik-baik aja nanti."

"Iya, Mang. Makasih, ya, sudah mau saya repotin."

"Ah! Enggak usah sungkan." Mang Asep menepuk punggung Jaehyun dua kali, tersenyum ramah. "Saya, mah, kalau bisa saya bantu, ya, saya bantu. Apalagi cuma nganter aja ini. Ngerepotin apanya, sih?"

"Saya beneran makasih, loh, Mang. Makasih banyak, ya."

"Iya, Den, iya. Aduh, berasa habis menyelamatkan dunia Mamang, nih, kalau Aden makasih-makasih terus." Mang Asep mengeluarkan tawa untuk memecah canggung di antara mereka.

Jaehyun jadi merasa bersalah sama Mang Asep sekarang. Soalnya dia sudah membuat Mang Asep berdebat tidak jelas dengan Haechan beberapa hari yang lalu hanya karena keisengannya. Mang Asep sangat baik. Setelah ini, Jaehyun berjanji dia akan jadi pelanggan setia Mang Asep untuk membalas bantuannya hari ini.

TBC

Mang Asep

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mang Asep

BrotherHot•√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang