spesial ramadan (3)

618 83 37
                                    

Pukul sepuluh. Haechan sudah semakin lemas. Rengekan anak itu semakin menjadi-jadi. Karena tidak ada Ibu di rumah, maka Jaehyun yang harus menjadi pendengar akan keributan super drama milik adiknya itu.

"Abanggg! Helppp! Sepertinya Haechan akan pingsan. Haechan butuh minum, Abang! Minum sajaaa, tidak perlu makaann dulu tidak apa-apaaa! Haechan mau minum duluuu!"

Bola mata Jaehyun tanpa sadar terotasi. Dia sengaja memunggungi Haechan, karena kalau diberi atensi sedikit saja nanti drama Haechan malah semakin menjadi. Padahal rasanya baru beberapa detik yang lalu Jaehyun memberi petuah pada sang adik kalau puasa memang begitu, menahan lapar, haus, dan tentunya juga menahan diri dari hawa nafsu.

"Abangggg!" rengek Haechan karena Jaehyun benar-benar tidak menanggapi ucapannya.

"Abang tidak sayang Adek lagi, ya? Abang mau lihat Adek pingsan? Adek hauusss sekali, Abang! Seperti ada yang mau menarik nyawa Adek! Abanggg!"

"Lebay!" dengkus Jaehyun kesal.

"Ini serius, Abanggg! Aaaa! Adek tidak kuat! Adek haus sekali!"

"Abang lagi ngerjain PR, nih. Kamu diem dulu, deh. Nonton tivi, kek, apa kek. Emangnya kamu nggak ada PR?"

"Di TK mana ada PR, Abanggg?" Haechan mengerucutkan bibir. Abangnya itu memang kadang suka aneh kayak gitu.

Jaehyun sendiri sudah tertawa karena dia lupa kalau adiknya masih belum masuk SD. "Iya, ya. Abang lupa tadi. Ya udah, kamu belajar baca, kek. Ngapain, kek. Kan bisa?"

"Malas!"

"Malas terus. Kamu tuh manusia, bukan beruang hibernasi."

"Ish! Malas, Abanggg!" balas Haechan kesal. Jaehyun mendengkus saja, lalu kembali memberikan punggungnya pada Haechan. Jaehyun mau mengerjakan PR saja daripada menanggapi rengekan sang adik.

Haechan menjatuhkan tubuhnya ke karpet tebal. Tadi dia sudah sibuk mengamati gerakan jarum jam. Sekarang anak itu fokus ke langit-langit ruang santai di rumah mereka.

Hmmm, kalau di kamar Abang ada cat fosfor yang bisa bikin ruangan itu mengeluarkan cahaya kalau lampunya di matikan, di langit-langit ruang santai mereka ada stiker bintang-bintang glow in the dark yang Haechan suka. Tapi bahkan stiker-stiker itu tidak mampu bikin Haechan lebih semangat lagi saat ini.

Haechan hauussss sekali!

Dzuhur masih berapa lama lagi, ya? Haechan sudah tidak kuat.

Tidak bisa seperti ini! Haechan mengangkat tubuh dengan cepat. Dia menatap punggung Jaehyun, lalu mulai mengeluarkan rengekan lain. "Abangggg! Tolonggg! Adek mau matii! Hausss! Laparrr! Tidak kuaatt!"

"Lebay!" balas Jaehyun, masih tidak tertarik.

"Ini seriusss, Abanggg!"

Jaehyun berdecak kesal. Karena soal matematika yang butuh banyak konsentrasi, dia jadi sedikitnya terusik oleh suara sang adik. "Hadehhh, bentar lagi dzuhur. Sabar, dong! Abang yang puasa magrib aja tahan, kok!"

"Abanggg! Dzuhur berapa lama lagii? Adek tidak kuattt!"

"Astagfirullah, Adekkk!" Jaehyun berbalik cepat. "Sabar!"

"Tapi hausss," rengek Haechan.

"Kalau kamu merengek terus, kan jadinya makin haus. Makanya, sabar. Jangan dipikirin lapar dan hausnya. Tadi kan Abang udah kasih saran, nonton tivi saja, atau ngapain gitu, biar nggak kepikiran hausnya terus."

Haechan mengembungkan pipi. Dia sudah mau menangis karena Jaehyun terlihat seperti sedang marah padanya.

Melihat cairan bening di pelupuk mata sang adik membuat Jaehyun dengan segera menarik tubuh yang lebih kecil ke dalam pelukan. Tepukan-tepukan lembut dia berikan di punggung sempit itu. "Adek yang sabar, ya?" ucap Jaehyun lembut. "Kan balasannya surga. Makanya agak susah ini. Katanya tadi Adek mau dapat surga, 'kan?"

Haechan mengangguk.

"Sabar dulu, ya? Mau nonton bareng Abang?"

"Mau," balas Haechan lemah.

Jaehyun mengalah untuk adiknya. Dia meninggalkan PR matematika dan memilih untuk menemani Haechan yang sedang belajar untuk berpuasa.

Hari pertama memang sangat sulit. Jaehyun juga tahu, kok. Ibu juga berpesan pada Jaehyun untuk terus memberikan pengertian pada adiknya agar bisa bersabar.

Meski begitu, Haechan akhirnya bisa melewati puasa pertamanya setelah banyak drama. Dia berbuka saat dzuhur dan memakan banyak daging agar tidak lapar. Lalu Haechan juga menghabiskan bergelas-gelas air mineral untuk menghilangkan dahaga yang menyerang sejak pagi.

"Aahhh!" Haechan tersenyum lebar setelah menikmati makanan dan minumannya.

"Kenyang?"

Haechan mengangguk pada abangnya. Dia kenyang sekali. Puas sekali bisa makan dan minum.

"Di hari biasa Adek kan suka buang-buang makanan, ya? Adek inget tuh rasa lapar dan haus tadi. Itu semua yang orang-orang di luar sana rasakan saat mereka tidak punya uang, tidak punya makanan dan minuman untuk dinikmati."

"Kenapa? Kan bisa minta sama ayah dan ibunya?"

"Nah, itu," ucap Jaehyun. "Tidak semua orang punya ayah dan ibu, Chan. Dan tidak semua orang punya uang untuk bisa makan dan minum. Makanya, Adek jangan suka buang-buang makanan lagi, oke?"

Haechan mengangguk pada abangnya.

"Berarti puasa Adek sudah selesai, ya? Tinggal tunggu buka magrib. Iya, kan, Abang?" Gigi-gigi Haechan nampak. Dia terlihat senang sekali memikirkan jika lelah karena puasanya kini sudah berakhir.

Jaehyun menggeleng mendengar pertanyaan dari adiknya itu. Dia dulu juga sempat berpikir kalau puasa cukup satu hari saja, sih. Melihat Haechan saat ini seperti melihat Jaehyun dua tahun yang lalu, tapi versi less-drama. "Masih ada 29 hari lagi, Echill. Kan baru sehari puasanya."

Mendengar jawaban Jaehyun membuat Haechan membolakan mata dengan sempurna. "Kok lama sekali?"

"Namanya juga mau dapat surga. Kalau cuma satu hari mah, balasannya itu cilok."

"Ish, Abanggg!"

"Udah, cepat baca doa puasa lagi. Terus kita solat dzuhur nanti."

"Tapi, Abanggg ...."

Jaehyun yang sempat berniat untuk melangkah itu menoleh kembali pada adiknya. "Apa?"

"Kalau Adek maunya surga yang agak kecil, puasanya sehari saja boleh nggak, ya?"

Tolong, yaaa. Tolonggg!

Ini Jaehyun juga masih delapan tahun. Kalau mau nanggepin adeknya, gimana, ya?

Ustadz, tolong, Tadz! Ini Haechan diberi pencerahan bisa tidak, ya?


End

Finally ... chapter spesial ramadan ini tamat juga, aaa.

Semangat, ya, puasanyaaa.

Semangat nabungnya juga untuk meluk Abang dan Adek setelah lebaran nanti, aaaaa.

Bubaaaii!

With Love,
Cikinini

BrotherHot•√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang