LDR rasa horor (dikit)

854 103 33
                                    

Tinggalin komen banyak-banyak, ya, seyengkuuuu, biar sama-sama senang.

Kalau gak ninggalin jejak, nanti gocu-nya nyusulin kelean loh!👻

Piriding!!

Pukul 23.07 WIB.

Haechan menarik napas panjang, merasa bulu kuduknya berdiri dengan angin dingin yang mulai berembus menerpa kulitnya. Padahal jendela dan pintu kamar Haechan sudah terkunci rapat, tapi sepertinya angin masih memaksa masuk entah bagaimana caranya.

Biasanya, Haechan sudah terlelap sejak pukul sepuluh malam. Bukan karena dia anak baik yang selalu tidur tepat waktu karena takut besoknya akan terlambat datang ke sekolah, tapi karena tubuhnya yang secara ajaib memang selalu mengantuk di waktu yang sama. Seperti ada tombol otomatis di otaknya yang menggerakkan semua sel agar dia berhenti melakukan segala kegiatan di jam tersebut.

Anehnya, hari ini Haechan tidak bisa tidur. Bukan tidak mau, karena dia sudah berusaha memejamkan mata sejak satu setengah jam yang lalu. Menjauhi ponsel, mematikan lampu, dia bahkan berusaha menghitung domba dalam pikirannya. Tapi tetap saja, Haechan tidak bisa tertidur meski dia ingin.

Tik! Tok! Tik! Tok! Tik! Tok!

Detak jam di dindingnya menjadi sangat jelas, seolah-olah benda itu bekerja di dalam kepala Haechan saat ini. Karena tidak bisa tidur, Haechan kembali menghidupkan lampunya sejak tiga puluh menit yang lalu, dan cahaya dari benda itu kembali menyusupi retinanya ketika dia membuka mata.

"Hah!"

Haechan membuang napas berat. Dia mendudukkan diri, lalu mengambil bantalnya untuk dipukul-pukul dengan kepalan tangannya. Mungkin bantalnya terlalu keras, makanya dia tidak nyaman; walau Haechan sendiri tahu, itu hanyalah satu dari sekian banyak alasan yang dia buat sejak berpuluh menit yang lalu.

Entah kenapa, saat Haechan kembali merebahkan tubuhnya, suasana menjadi semakin hening. Angin yang sempat membuatnya merinding itu tidak lagi terasa, malahan Haechan berpikir jika angin tadi mendadak hilang semua. Seperti ada aura mencekam yang membuat dia merasa diawasi dari segala arah.

Kalau saja ada Jaehyun di rumah, Haechan tiba-tiba jadi rindu sama abangnya itu. Di masa lalu, jika Haechan kesulitan tidur, dia akan mengetuk pintu kamar Jaehyun dan menerobos masuk begitu saja. Haechan akan meminta tidur bersama abangnya karena dia terlalu takut untuk berada di kamarnya sendiri. Dan Jaehyun tentu saja tidak memiliki pilihan lain selain menerima kedatangan adiknya itu walau dia juga akan mengeluarkan ribuan omelan yang mengatakan jika Haechan itu sudah besar dan harus berani tidur sendiri.

Sayangnya, momen seperti itu tidak dapat diulang kembali. Tidak bisa, karena kamar Jaehyun sendiri sudah lebih dingin dibanding milik Haechan. Karena abangnya saat ini sedang berada di negara orang, meninggalkan Haechan bersama kepingan kenangan mereka yang tersisa.

Srek! Srek!

Haechan sedang melamun ketika suara cangkul bertemu tanah menyapa pendengarannya. Tubuh cowok itu membeku untuk sesaat, mencoba menajamkan pendengarannya.

Srek! Srek!

"Kok?"

Wajah Haechan berubah pucat. Dia berusaha mengambil ponsel yang dia letakkan di atas nakas samping tempat tidurnya. Nomor Jaehyun menjadi tujuan paling pertama untuk Haechan pilih.

BrotherHot•√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang