"Abang ...." Haechan memanggil dengan suara yang terdengar lirih. Kepalanya berusaha untuk tetap terangkat meski berkali-kali cowok itu terlihat tidak kuat jika menatap abangnya.
"Hm?"
Berbanding terbalik dari Haechan yang gugup setengah mati, Jaehyun menjawab dengan nada yang cenderung tidak terlalu tertarik. Sepertinya makanan jauh lebih berarti untuknya saat ini. Haechan hanya bisa menarik napas berat, berusaha agar tidak merengek di depan Jaehyun.
"Abang sudah baca surat dari Adek semalam?" Akhirnya pertanyaan itu lolos juga dari mulut Haechan. Dia sudah tidak tahan lagi untuk membiarkan perang dingin mereka berlanjut.
Jaehyun tidak segera menjawab. Dia menelan makanan yang ada di mulutnya terlebih dulu, lalu menarik napas panjang. "Udah," jawabnya masih tidak terlihat tertarik sama sekali.
"Adek minta maaf."
"Buat?"
"Karena udah bikin Abang malu di kantin. Karena udah teriak-teriak nggak jelas di kantin. Dan karena Adek kekanakan."
"Oh."
"Kok Abang begitu, sih?" Haechan menahan bibirnya agar tidak mengelurkan isakan. Dia tidak tahu kalau reaksi Jaehyun akan sedingin sekarang. Padahal Haechan merasa dia sudah menurunkan egonya sedemikian rupa hanya untuk ... berbaikan sama abangnya.
•
Halohaaa, kalian makin penasaran nggak sih kalau dikasih spoiler gini?
Uang THR kalian masih pada aman, nggak? Haha!
Kalau THR-nya udah nggak aman, ayok semangat menabung biar nanti nggak ketinggalan waktu Abang dan Adek open PO, okree?
Babaaiii!
With Love
Cikinini
KAMU SEDANG MEMBACA
BrotherHot•√ [Terbit]
FanfictionCOMPLETED! [Sebagian chapter dihapus untuk kepentingan penerbitan] Follow dulu kuy, biar asik. Warning! CERITA SUKA-SUKA! ALUR TIDAK JELAS, TAPI MASIH BISA DIBACA! • Jaehyun itu gilanya alami, sama lah sama adeknya, Haechan. Intinya, mereka berdua t...