23.

1.4K 184 30
                                    

Hadiah buat malam tahun baru kalian,

Piriding~

Haechan jadi semakin tidak bersemangat dari hari ke hari setelah pembicaraan mengenai orang tua mereka hari itu. Dia tidak banyak omong, tidak banyak cocot, intinya tuh mulut dibawa mingkem terus. Jaemin saja sampai bingung mesti ngapain buat bikin sahabatnya kelihatan hidup dikit gitu. Kan seram kalau duduk sama anak yang tadinya banyak polah, eh tiba-tiba jadi membisu gitu.

Minggu depan memang ulang tahun Haechan. Terus, dari curhatan Haechan akhir-akhir ini, Jaemin bisa nangkap kalau teman sebangkunya itu pengen ayah sama ibunya pulang di hari ulang tahunnya nanti.

Semisal keinginan Haechan itu mau pelihara dinosaurus, mungkin Jaemin masih bisa mengakalinya buat mewujudkan kemauan itu. Tapi kalau sudah masalah orang tuanya, Jaemin bisa apa, coba?

"Chan, abang lo di depan, noh!"

Waktu Haechan lagi sibuk-sibuknya menggalaukan diri, Jaemin malah menangkap siluet Jaehyun di depan pintu kelas mereka. Pasti Jaehyun juga khawatir sama adeknya itu. Haechan kan kalau sudah memendam sesuatu bisa sampai demam nanti. Jaemin saja cemas, apalagi Jaehyun, abangnya Haechan.

Haechan menoleh malas, terlihat enggan bertemu Jaehyun saat ini. Dia lagi tidak mau diajak bicara, bahkan sama abangnya sekalipun.

"Min, Haechan tadi udah makan siang belum?"

Jaemin menggeleng lemah. Bahkan bekal buatan Doyoung juga tidak cukup buat menggugah selera Haechan akhir-akhir ini. Haechan tertimbun dalam pikiran kusutnya sendiri, mengabaikan hal lain.

Jaehyun mendesah pelan dengan jawaban Jaemin. Dia sudah menduga, tapi tetap saja rasanya tidak nyaman saat mengetahui kebenarannya. Jaehyun tidak mau Haechan sakit nanti. "Dek, makan dulu, ya? Nanti sakit, loh?"

"Kalau Adek sakit, ayah sama ibu mau pulang nggak, Bang?"

Jaehyun menarik napas panjang. Bukan itu jawaban yang dia mau. Bukan soal orang tua mereka lagi, sesuatu yang Jaehyun sendiri tidak tahu harus bagaimana menanggapinya.

"Dek," ucap Jaehyun dengan suara pasrah. "Jangan gini, ya?" Dia meminta dengan wajah memelas.

"Adek cuma pengen ayah sama ibu, Bang. Adek keterlaluan, ya?"

"Enggak, Adek nggak keterlaluan, kok. Tapi, jangan sakiti diri Adek kayak gini, ya?" bujuk Jaehyun lagi. Dia tidak mungkin menyalahkan Haechan karena merindukan orang tua mereka.

"Adek makan, ya? Abang sedih kalau Adek sakit. Abang peduli sama Adek. Adek sayangi diri Adek sendiri juga, ya?"

Haechan memalingkan wajah. Dia juga tahu kok kalau Jaehyun itu sayang dan peduli banget sama dia. Selama ini juga Jaehyun yang selalu ada di sisi Haechan. Gila banget kalau Haechan tidak mengakui kepedulian abangnya itu.

Tapi, memangnya salah banget, ya, kalau Haechan berharap orang tua mereka hadir di momen ulang tahunnya nanti? Haechan kangen sama ayah. Dan sekarang, ibu malah ikut-ikutan tidak ada kabar. Haechan kan merasa dibuang jadinya.

Di lain sisi, Haechan juga tidak tega kalau melihat Jaehyun kayak sekarang. Padahal, Jaehyun kan posisinya sama saja kayak Haechan. Jaehyun juga tidak tahu kabar ayah dan tidak tahu kapan ibu bisa pulang. Jaehyun tidak salah di sini, Haechan juga sangat menyadari itu. Hanya saja, Haechan mau bersedih dan tidak ingin terlalu peduli sama perasaan orang lain dulu.

Boleh, 'kan?

"Abang balik ke kelas aja sana. Udah mau bel masuk juga," ucap Haechan, secara halus menolak permintaan Jaehyun dengan mengalihkan topik.

Jaehyun menghela napas lelah. Dia mengusap wajahnya sendiri. "Terserahlah!" dengkusnya kasar, berbalik dan meninggalkan kelas Haechan. Jaehyun juga capek kalau harus ngertiin adeknya terus. Haechan bukan anak kecil lagi yang harus selalu diurus segalanya.

Keadaan mereka menjadi dingin setelahnya. Baik Jaehyun maupun Haechan, mereka mendiamkan satu sama lain bahkan saat pulang ke rumah dengan berboncengan. Tidak ada yang mencoba mencairkan suasana di antara mereka. Tidak ada yang mau menurunkan ego masing-masing.

Sampai di rumah, Haechan membuka helmnya dan berjalan lebih dulu untuk masuk. Langkah anak itu terhenti di depan pintu utama. Haechan terdiam di sana.

Jaehyun dengan wajah dinginnya berjalan mendekat, berucap, "Ngapain berdiri di depan pintu? Cepetan masuk!"

"A—abang," ucap Haechan terbata. Dia menoleh ke arah Jaehyun, lalu kembali menatap ke tempatnya memfokuskan atensi tadi. "Abang!" Suara Haechan terdengar semakin bergetar saat ini. "A—ayah!" Dia berteriak dan terduduk di lantai saking tidak percayanya dengan apa yang dia lihat.

Tubuh Jaehyun menegang. Di sana, di sofa panjang mereka, ada ibu yang duduk dengan wajah tersenyum. Namun, bukan itu yang membuat Jaehyun terdiam dan berusaha menenangkan Haechan saat ini. Karena di samping ibu, ada ayah yang telah hilang kabar sejak tiga tahun yang lalu. Ayah yang juga Jaehyun rindukan selama ini. Ayah yang selalu Jaehyun tunggu kepulangannya.

"Adek, Ibu bawa hadiah ulang tahun untuk Adek. Adek suka, nggak?"

Pertanyaan dari Ibu membuat Haechan dan Jaehyun yakin jika mereka tidak sedang bermimpi saat ini. Jaehyun sudah berhasil membantu Haechan untuk berdiri kembali.

"AYAAHHH!" Bukan hanya Haechan, tapi Jaehyun yang selama ini bersikap dewasa pun menangis meraung sembari berlari untuk memeluk tubuh ayah mereka.

Harapan Haechan terkabul. Dan harapan Jaehyun pun ikut menjadi nyata. Keluarga mereka telah kembali utuh saat ini.

...

TBC

Aku gak bikin goals dulu, soalnya gatau kapan bisa update lagi

Makasih buat yang selalu berusaha tembusin goals aku, walaupun belum ada yang tercapai, hahaaa

Lope-lopeee, all

31/12/23
(btw, nih tanggalnya cantik banget ternyata)

BrotherHot•√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang