21.

1.5K 188 25
                                    

Haii, aku baliikk~

Semoga terhibur sama cerita ini, yaaaa

Bantu share ke temen-temen, ke sosmed kalian biar makin banyak yang kenal sama Abang dan Adek, okeee?

Janlup vote dan komen, yaa

Piriding~

"Bang, bakarnya jangan sampe gosong, ya! Entar ikannya nggak enak dimakan kalau gosong."

Haechan melirik pada ikan yang sedang Jaehyun bakar, entah untuk yang keberapa kalinya dia memberi peringatan untuk si abang. Haechan sangat khawatir pada nasib ikan-ikan yang sedang dieksekusi oleh Jaehyun sekarang.

Jaehyun berdecak sebal. Telinganya sudah penging sama suara Haechan yang bolak-balik memperingatkan soal ikan-ikan di depannya itu. Membantu saja tidak mau, tapi cocotannya lancar jaya buat bersuara. Adek kematian memang, untuk Jaehyun sayang. Kalau enggak, sudah kena jurus tapak budha kali si Haechan.

"Berisik banget sih, Dek!" dengkus Jaehyun. "Lo udah ngomong kayak gitu berapa kali coba?"

Haechan cengengesan dengar abangnya kesal. "Kan Adek ngasih tahu doang, Bang. Galak amat, sih!"

"Ngasih tahu itu sekali, dua kali, udah. Lo mah tiap ganti detik juga nyerocos mulu," balas Jaehyun galak.

Lagi-lagi Haechan cengengesan. Lucu juga sih lihat abangnya ngedumel, tapi Haechan tidak akan bilang kayak gitu dengan terang-terangan. Bisa-bisa Jaehyun berubah jadi Hulk nanti.

"Iya, Bang, iyaaa. Adek cuma khawatir aja kalau Abang oleng dikit, terus ikannya pada gosong. Kan nggak enak dimakan kalau ikannya gosong," cerocos Haechan, masih berani buka mulut dia.

"Kalau lo sekhawatir itu, kenapa bukan lo aja yang kipasin ikannya? Nih, kipasin ikannya, nih!" seru Jaehyun, mulai emosi dia gengs.

Haechan mengambil langkah mundur. Dia memasang ekspresi berlebihan di wajah. Kedua tangan Haechan berada di kepala. Jaehyun mendengkus, sudah paham sama apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aduh, aduh, aduh, Adek pusing banget. Aduh, Abang, pusing banget iniii. Adek ke dalem bentar, ya? Abang kipasin ikannya yang bener, jangan sampai gosong, okay? Aduuhh, pusing!"

Haechan akting.

"Aduh, Abang! Pusing banget beneran ini. Adek masuk, ya! Semangat kipasin ikannya, Abang!"

Nah kan, begitu saja langsung minggir tuh bocah. Enggak ada akhlak, dasar. Bisanya nyinyir doang, tapi tenaga tidak dikeluarkan. Sekali lagi, untung Jaehyun sayang, kalau tidak, sudah bisa dipastikan kalau bukan ikan yang Jaehyun bakar, melainkan Haechan.

Di dapur, Doyoung lagi sibuk memasak sotong yang Haechan beli. Sotong balado dan sotong dimasak biasa, yang masih ada tintanya gitu, hitam-hitam. Namanya apa, ya? Oseng-oseng sotong? Sotong goreng tanpa minyak? Kayaknya enggak, deh. Tahu lah, Haechan juga tidak mau repot-repot mikirin nama makanan. Haechan cuma tahu makan. Apalagi dia sudah sangat lapar menunggu masakan matang.

"Minmin! Jemin!" panggil Haechan. Jaemin enak-enakan nonton tivi, mana ada banyak camilan gitu. Haechan menatap tajam ke arah temannya yang punya kelakuan jahanam itu.

"Apa?"

"Kak Doyoung nggak dibantuin? Kan kasihan masak sendirian?!"

"Enggak usah," balas Jaemin santai.

"Kok enggak usah?" Ngegas nih Haechan. Dasar.

"Enggak usah," balas Jaemin lagi. "Dia nggak suka diganggu pas lagi masak. Takut resep rahasianya kecuri kali, ya?" Jaemin membuat dugaan sesat.

Haechan ngangguk-angguk saja, milih buat ikut duduk di samping Jaemin. Dia juga sudah mulai mengambil camilan milik Jaemin. Camilan Jaemin itu camilannya Haechan juga, soalnya mereka sudah sepaket.

Jaemin melirik ke arah Haechan yang ikutan asik makan sambil nonton. Dia bertanya, "Lo sendiri, nggak bantuin Bang Jaehyun?"

Haechan menggeleng santai.

"Kasihan abang lo, dong, masak sendiri?" dengkus Jaemin, memutar kalimat Haechan tadi.

"Jaehyun mau belajar masak, jadi nggak boleh diganggu." Haechan menjawab asal, sambil masukin camilan ke mulutnya lagi.

"Bukannya elo yang nggak bisa masak?" sindir Jaemin.

"Lo juga nggak bisa masak!" Haechan tidak mau kalah.

"Tapi kan gue nggak menolak fakta dengan bilang Doyoung lagi belajar masak."

"Ya ... tahu lah, ampas!" Haechan mendengkus kesal, mengambil gelas es sirup di atas meja, menyeruputnya tanpa meminta izin. Pokoknya punya Jaemin, punya dia juga.

Bisa dipastikan, kedua manusia yang sekarang asik menyantap camilan dan menonton tivi itu telah berdusta. Mereka hanya terlalu malas membantu kakak masing-masing, bukannya Jaehyun dan Doyoung yang menolak dibantu. Satu otak, satu pikiran, satu hati, manusia laknat!

Pantes bisa temenan.

Hadeehhh, teman menuju sesat memang!

Butuh sekitar enam puluh tujuh menit untuk Jaehyun dan Doyoung menyelesaikan masakan mereka. Sekarang, semuanya sudah terhidang di atas meja, lengkap dengan nasi, es limun dan es-es lainnya yang memang sengaja Doyoung buat sebagai pendamping makanan mereka nanti.

"Eh, kok banyak banget?" Haechan menatap deretan makanan di meja. Berasa lagi prasmanan saking banyaknya yang terhidang di sana. "Bisa habis nggak ini? Sayang banget kalau dibuang."

"Tenang, gue telpon Johnny dulu." Jaehyun tersenyum, sedikit menjauh untuk menelpon Johnny.

"Kek cumi banget," gumam Haechan. "Kak, aku coba satu, ya?"

"Ambil aja, kan lo yang beli," jawab Doyoung santai.

"Hehe, makasih, Kak." Haechan senyum lebar dapet izin dari Doyoung. Tangannya mengambil sotong yang dimasak dengan bumbu balado, memasukkan sotong tadi ke mulut. Haechan memejamkan matanya saat mengunyah, merasakan sensasi panas, pedas, gurih, nikmat yang bercampur menjadi satu. Masakan Doyoung memang yang terbaik, pikirnya. Enak sekali sampai Haechan bingung mesti bilang apa.

"Satu lagi, ah." Haechan kembali mengambil sotong balado tadi, memakannya dengan perasaan ringan. Makanan enak memang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

"Udah, Chan. Sebelum Bang Johnny dateng, habis duluan ntar sotong baladonya di perut lo," cibir Jaemin.

Haechan senyum lebar. "Ini yang terakhir, deh," janjinya, kembali mengambil sepotong sotong. Dipikir berapa kali pun, sikap Haechan memang kurang sopan, mendahului tuan rumah untuk makan. Apalagi Doyoung yang memasak juga belum mengambil apa-apa. Tapi, ini kan Haechan, siapa yang mau melarangnya?

Jaehyun masuk ke rumah, duduk tepat di samping Haechan. Sekarang tinggal menunggu kedatangan Johnny saja yang sudah Jaehyun telpon. Sekitar lima menit, Johnny akhirnya datang.

"Langsung makan aja, yuk? Gue laper banget ini."

Nah, ini nih tipe manusia yang lebih nggak punya akhlak dibanding Haechan. Udah mah baru dateng, tidak pakai modal, eh langsung nyerobot saja dengan tampang tidak punya dosa.

Iya, Johnny langsung mengambil piring dan mengisinya dengan makanan, tidak menunggu orang-orang yang udah berusaha sejak tadi pagi.

"Enggak usah malu-malu, gaes!"

Memang minus akhlak manusia satu ini, tuh.

TBC

Next chap?

100 vote + 50 komen

Atau tunggu mingdep saja, hehe.

Tengkiess udah mau baca cerita iniii. Love yaaa.

BrotherHot•√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang