Kalian pada jujur, deh, kok bisa pada nemuin cerita ini?
Belum ada seminggu sejak cerita ini tembus 1000 views, ini udah nyentuh 5000 views aja. Padahal kemarin juga baru 3000an,
Kalian dapet cerita ini dari mana?
Aku penasaraannn!
Janlup vote sama komen, yaa
Makasih udah sayang sama abang dan adeekkk,
Piriding~
•
"Abang kamu kenapa, Dek?"
Haechan menoleh sekilas pada ibunya sebelum menggeleng pelan untuk menjawab. Dia turun ke ruang makan lebih awal, ingin berbicara dengan Jaehyun, tapi kakaknya itu malah memilih untuk keluar rumah dibanding makan bersama. Haechan mendesah pelan, mengaduk-aduk isi mangkuknya.
"Dek," panggil ibunya. Haechan masih setia untuk tetap bunkam dan menunduk dalam. "Kalian berantem lagi?" Tanpa dijawab pun sebenarnya Ibu tahu. Haechan dan Jaehyun memang sering bertengkar untuk hal-hal yang bisa dikatakan sepele, tapi, melihat Jaehyun menjadi sangat dingin membuat Ibu berpikir jika masalah mereka saat ini lebih besar dari biasanya. "Kenapa lagi, hm?"
Haechan menggeleng pelan, tidak mau menjawab. Tidak tahu harus menjawab apa.
"Dek, Ibu nggak suka kalau anak-anak Ibu jadi nggak akur kayak gini. Bertengkar dengan saudara itu memang biasa, tapi kalau sampai berhari-hari mendiamkan itu nggak baik. Adek ngerti, 'kan?"
Haechan mengangguk pelan. Dia selalu diajari untuk berbaikan dengan Jaehyun secepat mungkin saat sedang bertengkar. Paling lama hanya boleh saling mendiamkan selama tiga hari, setelahnya harus berbaikan.
"Dek," panggil Ibu.
Haechan mengembuskan napas perlahan. Dia menatap wajah Ibu yang masih menunggu jawaban. Tapi Haechan tidak memiliki apa pun untuk diberikan pada ibunya sekarang. "Adek ke kamar dulu ya, Bu?" pamit Haechan. Dia segera berlalu meski tahu kalau itu tidak sopan.
Saat ini Haechan hanya ingin mengurung diri dan memikirkan semuanya. Sudah lima hari lebih Jaehyun mendiamkan Haechan, sebuah rekor. Biasanya, satu hari saja Jaehyun sudah tidak tahan.
Haechan bertanya-tanya dalam hati, bagaimana bisa mereka menjadi sangat dingin satu sama lain seperti sekarang?
Haechan melangkah berat menaiki tangga. Dia merasa ada yang aneh. Dia juga merasa kehilangan. Karena bahkan kebebasan yang diidamkannya ternyata tidak semenyenangkan itu. Haechan merasa ada yang kurang sekarang, tapi dia tidak tahu itu apa.
"Aw! Kenapa ada undakan di sini? Sakit!" rengek Haechan saat dia terjatuh pada undakan terakhir. Matanya berkaca-kaca.
Sial! Kenapa dia menjadi cengeng?
Apa biasanya dia memang secengeng itu, ya?
"Adek kenapa?" Suara Ibu terdengar, bertanya.
"Enggak, hiks." Haechan segera berdiri, berlari menuju kamarnya. Kadar emosinya semakin naik. Dia sangat kesal dan ingin meluapkan semuanya di dalam kamar.
"Pasti gara-gara Jaehyun, hiks. Nyebelin! Jaehyun nyebelin!" Tangannya memukul-mukul sisi ranjang dengan wajah yang terbenam pada bantal. Haechan sangat kesal dan ingin meluapkan emosinya.
...
Jaehyun pergi ke rumah Doyoung setelah mendapat telpon. Dia segera pergi karena memang memiliki tugas kelompok. Selain itu, tentu saja karena Doyoung sendiri sudah menjamin akan kemakmuran perut Jaehyun nantinya. Jadi Jaehyun tidak ragu untuk pergi meski belum makan malam.
Mereka mengerjakan tugas dengan banyak obrolan sebagai selingan. Jaehyun dan Doyoung itu dapat diibaratkan sebagai gabungan maut. Keduanya memiliki otak encer yang tidak bisa diremehkan, tapi sering mendapat kelompok yang sama juga.
Mengerjakan tugas biologi membutuhkan waktu sekitar dua jam, dan satu jam sisanya dihabiskan keduanya dengan mengobrol santai.
"Kak! Bantuin ngerjain PR matematika, dong!" Saat Doyoung dan Jaehyun lagi asik ngobrol, Jaemin keluar dari kamar, menghampiri keduanya dengan kaos putih polos kedodoran dan bokser bergambar pororo.
Jaehyun nyaris tersedak melihat penampilan Jaemin saat ini. Konyol, pikirnya.
"Lo ngerjain PR?" tanya Doyoung, menatap tidak percaya pada adiknya.
"Anjir, ngehina banget. Bantuin makanya!" pinta Jaemin, menggeser tubuh Jaehyun agar dia berada di tengah-tengah keduanya.
"Biasanya juga tinggal bawa dua bekal terus minta contekan sama Haechan, kok mendadak berubah?" cibir Doyoung, dia memberi jitakan pelan di kepala adiknya.
Jaemin menyengir lebar mendengar ucapan Doyoung, tidak membantah. "Mau berubah, mumpung masih awal kelas sepuluh, belum ganti semester juga."
"Dih! Kenapa nggak dari dulu, coba?"
"Ya kan pengennya baru sekarang!" keukeuh Jaemin. "Udah, ih! Bantuin sini!" rengeknya.
Jaehyun tersenyum simpul melihat interaksi Jaemin dan Doyoung. Matanya melirik arloji yang melingkari tangan, mendesis pelan. "Doy. Kayaknya gue pulang dulu deh," pamitnya.
"Enggak nginep?"
"Lain kali aja. Gue tadi juga lupa pamit ke nyokap, langsung cabut ke sini. Duluan, ya?"
"Ah! Oke. Salam buat nyokap lo sama Haechan."
"Oke," balas Jaehyun sambil lalu. Jaehyun mengeluarkan kunci motornya dari saku. Dia tidak membawa buku atau peralatan apa pun tadi, karena memang Doyoung yang menyiapkan. Pantatnya sudah duduk di atas motor, Jaehyun mengenakan helmnya. "Kayaknya harus beli ayam buat nyogok Haechan deh," gumamnya.
Sebenarnya Jaehyun juga kepikiran sama hubungan mereka berdua yang jadi super dingin dan udah mau ngalahin kutub utara.
Belum sempat Jaehyun menghidupkan mesin motor, suara ponsel sudah menginterupsinya terlebih dahulu. Panggilan dari Ibu, Jaehyun segera mengangkatnya. "Halo, Bu?"
"Abang di mana sekarang?" Tanpa berbasa-basi, Ibu langsung menodong Jaehyun. Jaehyun jadi merasa kalau ada yang terjadi di rumahnya saat ini. Ibunya hampir tidak pernah menelepon Jaehyun saat pergi keluar, kecuali jika ada yang mendesak.
"Di rumah Doyoung. Ada kerja kelompok, Abang lupa pamitan tadi." Jaehyun mendesah pelan, menatap rumah besar yang berdiri kokoh di depannya. "Ibu mau titip sesuatu?"
"Abang cepet pulang! Adek jatuh di kamar mandi, kepalanya juga berdarah!"
"Hah? Iya-iya, Jaehyun pulang sekarang!"
"Hati-hati, jangan ngebut."
"Iya, Bu," balas Jaehyun tergesa. Jaehyun memutus sambungan, memasukkan ponselnya cepat ke saku. Mesin motor segera ia hidupkan.
Baru lima hari dia tidak memperhatikan Haechan, sudah ada kejadian luar biasa pada adiknya itu. Jaehyun mendengkus, dia ingin bersikap tak acuh, tapi nyatanya rasa khawatir memang lebih mendominasi saat ini.
...
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BrotherHot•√ [Terbit]
FanfictionCOMPLETED! [Sebagian chapter dihapus untuk kepentingan penerbitan] Follow dulu kuy, biar asik. Warning! CERITA SUKA-SUKA! ALUR TIDAK JELAS, TAPI MASIH BISA DIBACA! • Jaehyun itu gilanya alami, sama lah sama adeknya, Haechan. Intinya, mereka berdua t...