11.

1.7K 159 13
                                    

Sebenernya aku udah janji sama temen yang aku ajak diskusi buat gak sering-sering update (selain karena sibuk skripsian), tapi aku seneng banget eiii nih book udah tembus 2.5k viewers dan masuk rank #2 nctdream

I wanna share my happiness with you, gaesss

Ini jumlah pembacanya terus naik~ naik~ ke puncak gunung banget, plisss

Moga kalian bisa suka sama chapter kali ini, yaaww

Janlup tinggalin vote dan komen buanyaakkk-banyak dan bantuin share cerita ini ke temen-temen kalian, yaaww

Piriding~

"Kalau menurut gue, itu salah lo juga sih."

"Kok salah gue? Gue salah di mananya coba?" Haechan menatap tidak percaya pada Jaemin. Di sini, Jaehyun yang salah, atau ... meskipun Haechan yang salah, jelas dia tidak mau disalahkan. Terlebih, Jaemin itu kan temannya, bukan teman Jaehyun!

"Ya, lo udah tahu nggak hafal jalan, masih sok aja mau berangkat sekolah sendirian," cibir Jaemin. "Lagian nih, ya. Gue lihat-lihat, lo juga selama ini emang bergantung sama Bang Jaehyun mulu."

"Gue enggak gitu!" dengkus Haechan, masih tidak terima. Dia bercerita pada Jaemin untuk mencari dukungan, bukannya disalahkan seperti ini.

Kelas lumayan sepi karena sekarang jam istirahat. Jaemin membawa dua bekal dari Doyoung, satunya jelas untuk Haechan. Mereka makan bersama di kelas. Haechan menceritakan kejadian tadi pagi dan yang semalam pada Jaemin, berharap temannya itu akan membenarkan apa yang Haechan lakukan. Tapi, sepertinya Jaemin sudah berubah menjadi tim hore Jaehyun.

"Gini ya, Chan," Jaemin menatap tepat di mata temannya itu, "lo lihat diri lo sendiri dulu deh, ngaca."

"Ngaca gimana?" Haechan memasang raut bingung.

"Lo lihat, lo sampai sekarang aja masih kekanakan. Lo itu cengeng, dideketin Jennie aja ngadu ke abang lo. Lo pikir, dengan kelakuan lo yang kekanakan kayak gitu, gimana abang lo bisa percaya sama lo? Lo seharusnya bisa ubah diri lebih dulu, baru lo bisa ngubah pandangan orang lain ke lo."

Haechan mencebikkan bibirnya. Dia tidak seburuk itu kok. Nyatanya, Haechan tidak trauma naik motor setelah hampir dijatuhkan oleh Jaehyun. Jika Haechan lemah, dia pasti tidak akan berani mengendarai motor sendiri.

"Lagian ...."

"Apa?" sambar Haechan cepat.

"Semua yang dilakuin abang lo itu ada alasannya. Dia sayang sama lo."

"Dia cuma mau kelihatan keren," bantah Haechan tidak terima.

"Enggak. Lo kejauhan. Pikiran lo terlalu jauh, Chanchan!" Jaemin ingin menggeplak belakang kepala temannya itu saat ini juga. "Gini ya, lo dari kecil emang terlalu dimanjain sama Bang Jaehyun."

"Nah, kan, itu salah dia!" seru Haechan menggebu. "Harusnya dia nggak manjain gue!"

"Karena lo yang manja, Echaann!"

"Gue enggak!"

Jaemin memijat pelipisnya. Haechan itu terlalu keras kepala, tidak bisa dinasehati. Jaemin ingin mengakhiri percakapan mereka, kalau saja Haechan tidak memasang tatapan seperti anjing telantar. Sial!

"Chan, denger gue."

"Apa?"

"Belajar jauhin abang lo sana. Sehari-dua hari. Belajar jadi dewasa!"

BrotherHot•√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang