22.

1.3K 183 40
                                    

Hai, ayem beekk
Jan lupa follow dulu sebelum baca, yaaww

Btw, meskipun belum seminggu, aku update karena ini akhir tahun 2023

Oke, gitu aja

Piriding~

"Ibu pulangnya kapan sih, Bang? Udah mau sebulan juga!"

Haechan berdecak sebal. Biasanya sih dia tidak peduli kapan ibunya pulang, apalagi sejak kecil Haechan memang sudah terbiasa ditinggal orang tua mereka, kosple jadi anak yatim-piatu bareng abangnya.

Eh, astagfirullah, cocot siapa itu?

Sebenernya sebentar lagi ulang tahun Haechan, makanya dia jadi sok melo-melo ala anak telantar gitu. Haechan tuh pengennya ngerayain bareng semua orang rumah gitu biar jadi kayak anak cemara. Kan asooyy kalau dirayain bareng-bareng. Iya, nggak? Iyain ajalah.

"Belum tahu." Jaehyun membalas pendek saja karena dia memang tidak tahu harus jawab apa.

Ibu mereka kalau dinas bisa sampai tiga bulan paling lama. Pas pulang juga palingan stay sampai sebulanan doang. Gitu aja terus, apalagi waktu Jaehyun sudah masuk SMA, dikasih tanggung jawab deh buat jagain si bayi gede. Berasa jadi bapak tunggal Jaehyun tuh. Enggak ngeluh, gaesss, cuma sharing dikit. Kalau kebanyakan bisa jadi cerita baru dari sudut pandang Jaehyun nanti.

Ah elah!

"Udah mah punya bapak nggak pernah pulang, sekarang Ibu juga hobinya pergi kayak Bu Toyib. Kesel Adek tuh!" Haechan berucap dengan tubuh yang bersandar pada punggung sofa. Mengingat tiga tahun belakangan, keluarga mereka memang jadi semakin jarang berkumpul.

"Sabar, Dek. Ayah sama Ibu kan kerja buat kita."

Jaehyun nyoba nenangin Haechan. Biasanya sebulan sebelum ulang tahun anak-anaknya, ibu mereka sudah diem di rumah. Makanya Haechan jadi agak gusar karena tanda-tanda kepulangan salah satu penguasa asli rumah mereka belum muncul juga. Jaehyun dikit-dikitnya paham kok.

Kalau soal ayah mereka, Jaehyun pilih no comment saja, deh.

"Tapi, ya, nggak perlu sampe segitunya, Bang! Dipikirnya yang butuh makan itu perut doang, apa? Batin kita kan butuh asupan juga!" Haechan berdecak kesal, matanya semakin berkaca-kaca sekarang.

Jaehyun pikir, melodrama milik Haechan akan semakin menggila. Adiknya memang tidak pernah memberitahu orang lain tentang perasaannya. Tapi, dia memiliki hati yang lemah. Jaehyun sering kali mendapati Haechan menangis sendirian. Kalau sudah begitu, Jaehyun jadi ikutan sedih jadinya.

"Mereka mau cerai, ya? Ibu saja udah jarang bahas Ayah," gumam Haechan. Dia menatap sedih ke arah Jaehyun.

Jaehyun jelas kaget sama omongan ngawur adiknya itu. Seumur-umur Jaehyun belum pernah berpikiran sejauh Haechan.

"Heh! Ngomongnya hati-hati, jangan asal ceplas-ceplos gitu!" peringat Jaehyun kesal.

"Jujur aja, Bang. Adek udah gede, udah ngerti kalau sebenernya—"

"Dek!" Jaehyun menggeleng heboh, memeluk tubuh Haechan yang mulai bergetar.

"Atau jangan-jangan mereka emang udah cerai? Iya kan, Bang?" tanya Haechan, suaranya teredam karena memeluk tubuh Jaehyun. Dia tidak bisa menahannya lagi. Pikiran buruk seolah menari-nari sambil tertawa di kepalanya.

"Enggak apa-apa, kok. Kalau mereka emang mau cerai, Adek nggak apa-apa. Daripada kita digantung kayak gini mulu. Mending dikasih kepastian langsung," isak Haechan. Jaehyun yakin kalau wajah adiknya pasti memerah sekarang.

"Udah, lo nggak usah ngomong aneh-aneh. Ayah sama Ibu nggak akan cerai. Sampai kapan pun mereka nggak akan cerai. Adek nggak usah mikir yang aneh-aneh, ya?" bisik Jaehyun lembut, berusaha menenangkan pikiran adiknya. Dia menepuk-nepuk pelan punggung Haechan.

Beberapa saat menangis, Haechan tertidur karena kelelahan. Jaehyun membopong tubuhnya menuju kamar, meletakkan tubuh adiknya di ranjang dengan hati-hati. Jaehyun menarik selimut untuk menutupi tubuh Haechan sebatas dada. Mengusap sudut mata adiknya yang masih menyisakan air mata.

Menghela napas pelan, Jaehyun berjalan keluar kamar. Berjalan menuruni tangga, menuju kamar kosong di bawah sana. Ada sebuah foto dengan ukuran besar di dinding kamar itu. Foto ayah mereka dengan dengan seragam tentara kebanggaannya.

"Ayah ... Ayah kapan pulang?" Jaehyun berucap sembari menatap lurus foto di hadapannya. Ada rasa sedih yang menjalari diri. "Jaehyun sudah jagain Haechan dan Ibu di sini, sesuai perintah Ayah dulu. Tapi Jaehyun juga masih anak-anak, kan, Ayah?" bisiknya, mencoba mencari jawaban. Walau pada akhirnya cuma ada kebisuan di sana.

"Jaehyun juga ingin dijaga, Ayah. Jaehyun nggak pernah bilang ke Ayah selama ini, tapi Jaehyun masih butuh Ayah. Jaehyun masih anak-anak yang butuh bimbingan juga." Jaehyun menatap sendu wajah yang juga sangat dia rindukan itu. Dia rindu pada ayahnya.

Ayah mereka yang seorang tentara melakukan perjalanan dinas tiga tahun yang lalu. Daerah di mana Ayah bekerja sempat mengalami konflik yang menegangkan. Ada banyak korban jiwa, tapi Jaehyun yakin jika ayahnya selamat.

Selama tidak ada kabar kematian mengenai ayah mereka, Jaehyun akan mempercayai pikirannya.

Ayah mereka selamat. Ayah mereka sedang berjuang sekarang.

Walau tidak ada sedikit pun kabar yang datang untuk memberi rasa tenang. Tapi Jaehyun percaya pada ayahnya.

"Ayah ..., Ibu bekerja keras karena tidak ada Ayah di sini. Aku juga berusaha meringankan beban Ibu sebisa mungkin. Haechan masih nggak tahu soal tugas Ayah. Tapi, sepertinya dia juga sudah tidak bisa menahan rasa rindu pada Ayah." Jaehyun menahan sesak yang menggerogoti dadanya. Dia merasakan ngilu yang luar biasa saat ini.

"Asalkan Ayah bisa kembali lagi pada kami, Jaehyun nggak akan meminta hal lain lagi." Tatapan Jaehyun semakin berembun, tapi Jaehyun tidak mau berhenti sekarang. Jaehyun masih ingin berbicara pada gambar yang menampilkan wajah ayahnya.

"Jadi, Ayah ... jangan lupa untuk pulang pada kami, ya?" bisik Jaehyun, melantunkan harapan terakhir miliknya. "Jangan lupa kalau Ayah masih punya rumah di sini. Ayah masih punya kami."

Di mana pun, dan kapan pun itu, Jaehyun selalu berharap kebaikan untuk ayahnya.

Dia bangga menjadi putra dari seorang tentara. Jaehyun selalu bangga.

Tapi jujur saja, ada saat-saat di mana Jaehyun berharap ayahnya lebih banyak di rumah daripada mempertaruhkan nyawa untuk negara.

Karena bukan hanya negara yang membutuhkan ayahnya. Masih ada mereka, keluarga kecil yang mengharapkan seorang ayah dan suami untuk pulang dalam keadaan terbaiknya.
...

TBC

Gimme 100 vote + 50 comment, juseyooo

I know you guys can do it!!!

BrotherHot•√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang