Haloiii, kalian tahu cerita ini dari manaa?
Absen sini, yuukk
Makasih banyak udah mau baca kisah Adek-Kakak, yaaa
Piridinggg~
•
"Echaann! Lo ngehindarin gue?"
"Enggak. Ini gue kebelet berak, yakali lo mau ikut?" Haechan menjawab asal, dia ingin lepas dari Jennie dan segala kegilaannya. Ayolah, mereka bahkan sudah putus dan Jennie masih suka mengejar-ngejar Haechan.
"Nggak usah boong lo! Jam segini mana mungkin lo berak!" Euy, bar-bar sangat manusia satu ini. Haechan udah mau buka mulut ketika Jennie kembali berucap. "Udah, nggak usah ngelak! Gue ngerti jadwal berak lo."
Oke, sepertinya itu sudah berlebihan. Kalau tidak ingat jika Jennie seorang perempuan, mungkin Haechan sudah melayangkan tinjunya.
Beruntung sekali lorong masih cukup sepi. Haechan memang suka merecoki kakaknya agar datang ke sekolah lebih awal. Padahal, sampai di sekolah juga dia tidak melakukan apa-apa, hanya banyak mengkhayalkan bagaimana cantiknya Jisoo atau pun Lisa.
"Lo tuh kalau ber–"
Haechan membekap mulut Jennie dengan tangannya, menatap galak pada si gadis. "Jennie, stop it! Nggak etis banget sih bahas-bahas berak!" Dia mendengkus pelan sebelum melepaskan tangannya dari mulut Jennie.
"Yang mulai siapa coba? Lo sendiri, 'kan?"
"Hm." Haechan kembali melanjutkan langkahnya. Dia hanya ingin menjauhi Jennie, sudah itu saja. Sehari saja, Haechan tidak ingin berada di tempat yang sama dengan mantan kekasihnya itu.
"Echannnn!"
"Apa lagi, sih?" Dia masih tidak mau memutar tubuh, memunggungi Jennie.
"Jangan masuk kamar mandi! Lo masuk gue nekat ikutan!" ancam Jennie ketika Haechan berniat memutar langkah menuju toilet. Sialan. Gerakan Haechan terbaca sepertinya.
Haechan memutar cepat tubuhnya, mereka saling menatap sekarang. "Lo mau apa? Nomor abang gue? Gue kasih deh, tapi stop, jangan gangguin gue lagi!"
"Lo nggak ngerti juga? Gue tuh sukanya sama lo, bukan abang lo! Nggak doyan gue sama cowok kayak abang lo itu!"
"Nggak usah boong. Mana ada cewek nggak kegoda sama si Jaehyun."
"Ada! Gue buktinya!" Jennie berseru cepat, membuat Haechan merasakan panas di sekitar pipinya. Rasanya malu sekali dan jantungnya juga berdetak heboh akan pernyataan Jennie.
Oh, apa dia kembali jatuh cinta pada gadis di depannya itu?
Tidak. Tidak. Tidak.
Haechan tidak ingin terdengar seperti lelaki murahan yang mudah jatuh cinta. Tapi ... bukankah Jennie memang cinta pertama Haechan, dan cinta pertama biasanya sulit dilupakan?
"Chan—"
"Heh! Ngapain deket-deket?"
"Mau cium."
"Nggak boleh, anying! Bisa kena semprot Jaehyun nanti!" Sedikit kasar, Haechan mendorong tubuh mantannya itu. Berjalan cepat meninggalkan Jennie yang tertawa di tempat. Cewek sinting. Hampir saja.
Haechan tidak mau jatuh ke dalam hubungan yang sama. Jennie itu menyeramkan, dan Haechan tidak mau menjalin hubungan dengan gadis yang bertingkah seolah-olah Haechan adalah bayinya, bukan kekasihnya.
"Hampir aja," gumam Haechan, masih dalam pelariannya untuk menjauhi Jennie.
...
Haechan segera duduk di samping Jaehyun, mengabaikan wajah bingung kakaknya juga Johnny dan Doyoung. Dia lelah, ingin mengistirahatkan diri, dan kelas Jaehyun adalah tempat pelarian paling bagus untuk Haechan saat ini.
"Kenapa Chan? Kok kusut banget?" Itu Doyoung, kakak Jaemin. Dia baik banget, suka ngejagain Haechan. Kayaknya Jaemin sama Haechan anak yang tertukar deh, buktinya Doyoung bisa sebaik itu sama Haechan.
"Paling masalah cewek lagi. Biasa, anak indihome lagi sok jadi pekboi." Nggak usah tanya siapa yang ngomong gini.
"Gitu amat lo sama adek sendiri." Johnny gayaannya emang kek yang ngebela Haechan, tapi ketawanya udah ngalah-ngalahin toa masjid, keras banget boorrr.
"Haechan kenapa?" Emang cuma Doyoung yang baik ini. Mana tangannya gerak lembut banget buat naikin poni yang nutupin mata Haechan lagi. "Kok nangis?"
"Eh? Kamu nangis, Dek? Siapa yang bikin nangis? Bilang sama Abang!" Nah, kan, kelabakan nih Jaehyun kalau adeknya udah main mewek-mewekan. Dia ngomongnya juga auto jadi aku-kamu, bukan lo-gue lagi.
Gimana ya, prinsip Jaehyun, kan, selain dia nggak ada yang boleh bikin adeknya nangis. Udah mirip sama setan gitu.
"Dek, kamu kenapa?" Berubah jadi manis banget nih si Jaehyun. Udah kayak emak-emak lagi nawarin gulali ke anaknya.
"Si Jennie, nih, pasti." Johnny kayaknya punya kekuatan jadi cenayang, bener banget gitu tebakan dia.
Haechan nangisnya makin kejer, langsung meluk si abang erat banget. Maaf guys, Haechan memang kalo sama abangnya suka nangis sok dramatis gitu. Air mata buaya dasar.
"Adek kenapa? Kok nangis?" Jaehyun nge-puk-puk punggung Haechan. Hampir keselek dia. Haechan kek punya dendam pribadi sama Jaehyun nih, meluknya nggak nyanteee.
"Jennie, hiks. Jennie mau cium bibir Haechan tadi. Nggak mau! Nggak suka!" Oke wankawan, nggak perlu kaget lihat pemandangan kayak gini.
Doyoung udah sok sibuk ama bukunya sendiri. Johnny? Dia garuk-garuk kepala yang nggak gatel sama sekali. Masalah Haechan dan sifat cengengnya, salahkan saja Mama Jeong dan Kakanda Jaehyun tersayang.
Plis lah, ini Haechan cowok kok kelakuannya makin mirip sama perawan. Jaehyun bahkan udah melotot tajam ke arah Johnny yang mati-matian menahan tawa.
Sialan! Adeknya emang pengen dibuang ke rawa-rawa kayaknya.
...
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BrotherHot•√ [Terbit]
FanfictionCOMPLETED! [Sebagian chapter dihapus untuk kepentingan penerbitan] Follow dulu kuy, biar asik. Warning! CERITA SUKA-SUKA! ALUR TIDAK JELAS, TAPI MASIH BISA DIBACA! • Jaehyun itu gilanya alami, sama lah sama adeknya, Haechan. Intinya, mereka berdua t...