20.

1.6K 146 20
                                    

"Bang, Adek mau keluar sama Jaemin. Abang mau titip sesuatu, nggak?"

Bilang enggak, bilang enggak, bilang enggak, plis bilang enggak, rapal Haechan dalam hati. Dia hanya berbasa-basi saja saat menawarkan bantuan pada Jaehyun tadi.

"Mau ke mana?" Jaehyun yang tadinya lagi tertawa dengan mata yang fokus ke layar televisi, mendongak, memerhatikan wajah Haechan sebentar, lalu kembali asik untuk menonton acara kesayangannya.

"Jalan, biasa anak muda."

"Lo pikir gue anak tua, apa?" sembur Jaehyun tidak terima.

"Kalau ngerasa, sih, salah lo sendiri." Haechan menjawab santai. "Udahlah. Abang mau titip sesuatu apa nggak, nih? Keburu siang, entar panas bikin gosong." Haechan menggerutu pelan.

"Beliin es krim, ya? Jangan sampai meleleh," jawab Jaehyun akhirnya.

"Di rumah ada es krim, Abanggg, ngapain beli lagi? Tadi Adek lihat di kulkas masih ada stok kok."

"Beliin rasa vanila, bosen yang coklat mulu." Jaehyun kembali menjawab.

"Di kulkas ada rasa vanila, Abang! Abang nih nggak lihat kulkas apa gimana, deh?"

"Ya udah, gue nggak titip apa-apa," pungkas Jaehyun. Haechan tersenyum lebar mendengar kalimat abangnya.

Yes!!!

"Ya udah, Adek pergi dulu! Nggak usah dicariin!" pesan Haechan.

"Dih, pede amat, Neng."

"Neng pala lo peyang!" umpat Haechan kesal. Abangnya tuh memang sialan banget.

"Language pliisss...."

"Tolong perhatikan bahasa Anda lebih dulu, sebelum mengingatkan orang lain!" Haechan mendengkus kasar, setengah membanting pintu. Jaehyun sendiri tertawa puas melihat adiknya yang marah. Mengganggu Haechan adalah motivasi hidupnya.

Di luar, Jaemin sudah menunggu Haechan di depan gerbang rumah. Mereka akan pergi dengan mengendarai sepeda kayuh. Haechan mengambil sepedanya dari garasi, lalu mendorong menuju depan gerbang.

"Nunggu lama, ya?"

"Enggak, baru sampai juga," balas Jaemin. Dia membawa sepeda lipat dengan warna ungu, sedangkan Haechan memakai sepeda gunung berwarna putih milik Jaehyun. Tidak apa-apa karena milik Jaehyun adalah miliknya juga. Padahal, Haechan sendiri sudah memiliki sepeda yang sama persis dengan milik abangnya.

"Ya udah, ayo. Keburu panas."

"Masih jam setengah tujuh, woi!" Jaemin mendesis pelan, menaiki sepedanya.

"Ke mana dulu kita?"

"Ehm ... pasar aja, kali? Kan tugasnya menawar barang, ya kali kita mau nawar barang di swalayan?"

"Ya, udah ke pasar ya ini?"

"Iya, Echaannn!"

Mereka mendapat tugas Bahasa Indonesia, melakukan penawaran. Sebagai bukti, mereka harus membuat video saat menawar barang. Jaemin dan Haechan bekerja sama, bergantian untuk memvideokan satu sama lain niatnya.

Sepuluh menit bersepeda, kedua anak sesat itu akhirnya sampai di pasar. Haechan dan Jaemin memilih untuk memarkirkan sepeda di dekat warung tukang bakso. Mereka berjalan bersama menyusuri pasar.

"Mau beli apa, Jem?"

"Ikan aja, yuk? Gue pengen makan ikan bakar, sekalian masak-masak nanti."

Haechan mendesis pelan, tapi tidak membantah juga. Mereka pergi ke bagian para penjual ikan berkumpul. Memilih-milih ikan yang enak dibakar menurut Jaemin. Jaemin menyenggol lengan Haechan. Haechan yang paham pun mengangguk dan langsung mengeluarkan ponselnya.

BrotherHot•√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang