"Haechan belum mandi, tak tun tang, tak tun tang!"
"Haechan malas mandi, tak tun tang, tak tun tang!"
Sebenarnya, sekarang masih cukup pagi untuk Haechan kehilangan kewarasannya seperti itu.
Pukul lima pagi, duduk di jendela kamar dengan gayung di tangan. Haechan dalam fase gilanya yang super alami. Benar-benar ... hm, hm, hm!
"Aauuuu! Saya Echan maung!" Haechan membuang asal gayung di tangannya tadi, mengaum seperti serigala di tivi-tivi (kalau generasi old pasti paham). Level kewarasan Haechan sudah benar-benar harus dipertanyakan sekarang, bukan hanya cukup, tapi sangaatttt mengkhawatirkan.
Cowok itu merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel dari sana.
"Wah! Sialan, si Jennie makin bening aja. Gila! Gila! Cakep banget, eiii!" Eh, malah bahas mantan. Tangan Haechan sibuk menscroll layar ponsel, stalking akun insyafgram milik Jennie. "Eh, sama siapa nih?" gumam Haechan, memperbesar foto Jennie dengan seorang lelaki. "Oh, abang sepupunya." Dia mengangguk lega.
Haechan menaikkan satu kakinya ke jendela. Sepertinya dia mulai waras kembali. Sudah lebih tenang juga. Sudah tidak dirasuki hantu gila. Intinya, sudah mendingan.
Mata Haechan terus saja menatap satu per satu foto di layar ponsel dengan lebih berminat. Kali ini, layar ponselnya menunjukkan akun milik Jisoo. Haechan menjilat bibir bawahnya cepat. "Gila, Mbak! Kok cantik banget, sih?" seru Haechan heboh. Jantungnya langsung dugun-dugun tidak jelas saat melihat wajah Jisoo, pujaan hatinya.
Haechan kembali asik menscroll beranda insyafgramnya sampai nggak ingat waktu. Dari yang tadinya masih pukul lima, sekarang juga Haechan tidak tahu sudah pukul berapa. Terlalu asyik sama beranda insyafgramnya.
Memang ya, Setan Gepeng tuh godaan semua manusia.
"Dek! Udah bangun belum, lo?" panggil Jaehyun dari balik pintu kamar. Haechan noleh cepet.
"Udah, Bang!"
"Turun, sarapan!"
"Belum mandi woy!"
"Halah! Hari Minggu, mana pernah mandi lo-nya." Haechan nyengir aja, meskipun Jaehyun tidak lihat.
Anak itu turun dari jendela, mengambil gayung yang tergeletak mengenaskan di atas lantai, lalu berjalan ke pintu.
"Nongkrong di depan jendela lagi?" tebak Jaehyun saat pintu kamar adeknya terbuka. Soalnya, dia pernah mergokin Haechan ketawa-ketiwi sendiri di jendela. Haechan bilang dia lagi ngobrol sama Mbak baju putih rambut panjang, padahal di mata Jaehyun dia sedang sendirian. Serem sih. Tapi Haechan malah ketagihan.
"Enggak, kok."
"Gayung buat apa?" selidik Jaehyun.
"Adek mau mandi tadi."
"Mandi ya di kamar mandi, ngapain gayungnya dibawa-bawa."
Haechan mendengkus pelan. "Abang cerewet deh. Udah lah, Adek mau sarapan ini!" Dia langsung nyelonong gitu aja, jalan ninggalin Jaehyun dengan gayung di tangan.
"Woy! Gayungnya balikin dulu ke kamar mandi bisa, nggak? Lo makan pake sendok, bukan gayung!" Jaehyun benar-benar emosi lama-lama.
"Bodo!" Dan Haechan terlihat tidak peduli, tetap turun ke ruang makan dengan gayung di tangan.
Apa Setan Gepeng membawa otak Haechan pergi, ya? Kenapa Haechan semakin aneh saja dari hari ke hari?
Jaehyun lelah. Jaehyun ingin istirahat, tolong.
.
Tamat
Halo, sayang-sayangkuuuu. Long timeee.
Masih pada simpan book ini di library, nggak?
Seperti yang pernah aku bilang, cerita ini akan segera terbit, sayangkuuu.
Buat kalian yang mau tahu perkembangan proses penerbitan cerita Abang dan Adek, bisaaa banget mampir ke akun instagram Parawansa Production, yaaa.
Dan kalau kalian berkenan, tolong bantu interaksi di postingan yang berhubungan sama Abang dan Adek di akun penerbit, okeee?
Terima kasih superrr banyak sebelumnya.
Oh yaaa, apakah ada yang mau kalian tanyakan mengenai versi cetak Abang dan Adek nanti?
Kalau ada yang mau ditanyakan, boleh reply di sini, yaawww.
Aku pamit duluuu!!
With Love,
Cikinini
KAMU SEDANG MEMBACA
BrotherHot•√ [Terbit]
Fiksi PenggemarCOMPLETED! [Sebagian chapter dihapus untuk kepentingan penerbitan] Follow dulu kuy, biar asik. Warning! CERITA SUKA-SUKA! ALUR TIDAK JELAS, TAPI MASIH BISA DIBACA! • Jaehyun itu gilanya alami, sama lah sama adeknya, Haechan. Intinya, mereka berdua t...