Author's POV
"Mrs Russel bisakah kau meninggalkan ku selama 2 jam. Aku sedang membaca buku favoritku dan AKU HARAP KAU TIDAK MENGGANGGU JAM BACAKU!" begitulah kata Profesor Snape selama liburan akhir tahun.
"Ayolah Prof! Aku sudah mencuci semua botol potion dan kuali-kualinya hingga kinclong! Kemarin kan kita sudah bersih-bersih ruangannya doank. Botolnya masih ada yang kotor. Sudah Grace bersihkan lho!" Ucapnya tidak terima "Masa aku tidak bisa dapat imbalan apa-apa dari profesor?"
"Imbalan? Siapa yang pernah bilang kalau aku akan memberikanmu imbalan untuk membersihkan botol potion!" Itu benar. Snape memang tidak pernah berkata bahwa ia akan memberikan imbalan APAPUN bila Grace membersihkan botol ruangan potion
"Botol ruangan potion masih kotor. Sial. Januari sudah harus bersih. Bagaimana aku bisa membersihkan semua ini?" begitulah kata Profesor yang ternyata kalimatnya itu dikuping oleh Grace yg kebetulan melewati ruang potion.
Tanpa pikir lama setelah Snape keluar dari ruangan tersebut, Grace membersihkan tiap botol dan kuali yang sudah borok penampakannya. Bahkan botol² yg retak diperbaikinya dengan mantra Occulus Reparo yang diajarkan Hermione pada tahun pertama. Setelah kurang lebih 2 jam, atribut ruang potion bersih kembali. Bahkan nampak seperti baru beli. Dumbledore pasti bangga kalau lihat ini. Kepala sekolahnya ga perlu keluar biaya untuk beli alat baru. Cukup andalkan Grace.
Dan beri dia imbalan
"Jadi imbalan apa yang kau mau Grac- maksudku Mrs. Russel? Dan jangan kau menertawai ku dengan humor konyol mu itu!"
"PFT AHAHA! Kenapa profesor selalu memanggil nama depanku?"
"10 poin dari Gryfindor"
"LAH!? KAN KITA LAGI LIBURAN PROF!"
"20 poin dari Gryfindor dan akan kukatakan kepada headmaster bahwa itu terhitung."
Shit.
"Baiklah... Imbalan ku adalah selama liburan ini izinkan aku menghabiskan hari² ku bersama profesor!"
Ada sedikit jeda sebelum profesor dingin itu membuka bicara lagi. "First of all, aku tidak suka diganggu. Second, aku tidak suka membuang waktu. Dan ketiga," ia menutup buku yang ia baca dan beranjak dari tempat duduknya menatapku dingin, "bermain bersama mu adalah gangguan sekaligus pembuangan waktu yang tidak berharga. Jadi, bermainlah dengan profesor lain kalau itu adalah kegemaran mu atau ajaklah elf untuk menjadi badutmu. Karena aku tidak bisa dan mau menemanimu selama-"
Grace yang mematung dan berdiri di hadapan Snape hanya dapat memberikan tatapan sedih. Seperti puppy yang direbut bolanya begitulah penampakkan Grace sekarang. Di hadapannya berdiri monster yang kokoh benteng pendiriannya. Akankah ia luluh dengan jiwa setulus Grace?
"CK! Sial kenapa dia menatapku seperti itu!?" Batin Snape. Ia meringis pahit. Bagaimanapun juga selama ini Grace lah yang ada di sisinya di saat murid maupun profesor lain tidak ada. Walau seringkali Snape terganggu olehnya.
Sekokoh-kokohnya tembok Yerikho, akhirnya roboh juga. Begitu pun dengan pendirian Snape.
"Baiklah... Aku akan menemani mu-"
"YEYY!!! THANK YOU PROFESOR!!!" tanpa sadar Grace berlari ke belakang meja Snape dan memeluk lelaki itu dengan erat. Snape yang kehilangan keseimbangannya jatuh ke kursi besar meja kerjanya. Dan seketika keadaan menjadi canggung.
Kini tubuh mereka berjatuhan satu sama lain. Lebih tepatnya Grace menduduki tubuh Snape. Dada Snape yang bidang ditindih oleh kepala gadis lugu yang mengendus-endus seperti kucing sedang menyayangi majikannya.