"Bolehkah aku menemani profesor disini?"
Jujur. Aku merasa kasihan dengan profesor Snape. Ia terlihat kesepian. Mungkin itulah alasan ia merasa kurang enak badan bahkan sampai sakit. Karena aku pernah mengalami hal yang serupa dengan profesor.
"Untuk apa kau membuang waktumu disini Mrs. Russel? Tidakkah kau harus mengerjakan PR? Bagaimana dengan PR yang kusuruh kau kerjakan tentang ramuan itu?"
"Itu sudah kukerjakan profesor Snape. Dan lagipula, bagiku menemani profesor bukan membuang waktu. Aku senang bisa membantu profesor. Mungkin kalau profesor kesepian atau bagaimanapun itu, aku bisa disini menemanimu setidaknya"
"Jangan pernah mengasihani ku. Kasihanilah dirimu sendiri!" Walau ucapannya sama dingin nya dengan biasanya, namun kali ini aku rasa ia serius. Sangat serius.
Profesor itu memijat pangkal hidungnya dan mendesah. "Baiklah, kau boleh disini. Asal jangan berisik atau berulah!"
"Oke profesor." Jawabku singkat, walau aku tak tahu apakah aku akan bisa diam disini atau tidak.
Akhirnya aku duduk di depan meja profesor Snape. Ia menutup bukunya dan mulai mengaduk teh nya. Diseruput teh itu dan ia mulai menatapku.
"So, Mrs. Russel. Apa yang mau kau lakukan untuk menemaniku?"
"Umm, mengobrol?"
Ia mengangkat kedua alisnya. "Mengobrol apa?"
"Tadi kulihat di rak bukumu ada sebuah buku berjudul Lily Evans."
Profesor itu membelalakkan matanya. Kenapa dia? Tidak biasanya ia bersikap seperti itu. Aku semakin penasaran dengan isi buku tersebut.
"Emm, profesor? Profesor kenapa?"
"Aa-a tak apa. Apa kau membuka bukunya?"
"Tidak. Kupikir itu tidak sopan profesor."
"Syukurlah, anda tau tata krama! Ambilkan buku itu untukku!"
Aku segera mengambilkan buku tersebut dari rak profesor Snape dan memberikannya kepadanya.
Tangan pucat nya meraih buku yang aku berikan dan ia menaruhnya di mejanya. Di bawah jangkauannya.
"Profesor mau baca bukunya lagi?"
"Tidak. Ini bukan urusanmu!"
"Ternyata profesor suka membaca juga, hehe. Aku juga suka membaca. Namun bacaan ku ringan-ringan. Seperti novel persahabatan, humor atau roman. Kuperhatikan tadi, buku-buku mu sangat berbobot profesor. Apakah engkau tidak bosan membaca buku seperti itu?"
"Tidak."
Gw ngomong panjang lebar, dia jawab 'tidak' doank. Gapapah -_
"Profesor ada rekomendasi buku untuk ku baca? Aku lagi ga ada buku bacaan lhoo!"
"Bacalah buku ilmu DADA"
Hiks 🙂💔
"Maksudku, seperti novel sir?" Tanyaku.
"Aku tidak begitu suka novel"
Ga bakal cocok gw ama ni profesor :")
Aduh gw bingung mau ngomong apa lagi sama nih profesor.
"Jadi, Mrs. Russel. Katakan, dimana kau berasal?"
"Aku berasal dari Indonesia sir."
"Dimana Indonesia itu?"
"Indonesia adalah negara di Asia tenggara. Terletak di garis katulistiwa. Makanya Indonesia termasuk negara tropis. Indonesia juga dikenal sebagai negara zamrud, karena memiliki pepohonan yang banyak dan rimbun. Aku dulu tinggal di Jakarta. Jakarta adalah ibukota Indonesia. Di Indonesia banyak tempat wisata! Seperti Monumen Nasional atau disingkat Monas, Raja Ampat, Candi Borobudur, Candi Ratu Boko, Candi Ceto, Keraton Surakarta, aah! Pokoknya banyak sekali! Hihi"
Profesor itu memperhatikan penjelasan ku dengan minat. Nampaknya ia tertarik akan penjelasanku.
"Saya jadi ingat dulu pernah berpergian ke Solo, kota di Indonesia, bersama keluargaku" ucapku. "Kenangan yang indah profesor! Sangat indah!" Aku menundukkan kepalaku. Serasa bernostalgia kembali.
"Di satu sisi, aku ingin kembali ke masa laluku. Kenangan indah itu menyeret ku kembali. Namun di satu sisi, aku juga tidak ingin kembali."
Profesor Snape menatapku minat. Padahal aku masih merenung dan menundukkan kepalaku.
"Lagian, profesor Dumbledore pernah berkata bahwa, tidak baik untuk beradu dalam mimpi dan lupa untuk hidup."
/POV SNAPE/
Gadis itu menunduk dan tersenyum. Ia terlihat haru.
Gadis ini memang terlihat ceria, namun pasti di dalam dia ada sesuatu yang menusuk. Sesuatu yang kelam dan gelap. Kasihan juga dia.
Aku pun termenung.
Aku mengingat dulu bahwa.. dulu gelap. Gelap sekali. Bahkan mungkin itulah mengapa sekarang hidupku terasa gelap dan kesepian.
"Profesor?"
Aku terkaget dalam kesadaran ku. Aku segera memasang wajah dingin ku itu. Aku bahkan tak tahu bahwa ternyata aku selama ini memakai topeng, atau memang masa laluku membuat topeng itu menempel di mukaku.
"Pardon me, Mrs. Russel. Sebaiknya kau pergi saja. Kau sudah cukup menemaniku."
"Profesor yakin?"
"Yakin!"
Ia tetap menatapku. Ia tersenyum ringan dan berkata "baiklah profesor. Aku bisa menemanimu bila kau kesepian lagi nanti! Selamat sore profesor Snape. Senang mengobrol dengan anda!"
Aku hanya diam saja. Sambil menatapnya, ia berdiri. Beranjak. Dan meninggalkan ruangan ini.
Pintu tertutup dan kini ruangan sunyi kembali.
Lily.
Kau menghantuiku.
/POV GRACE/
"Grace bagaimana keadaan profesor Snape?" Tanya profesor Mcgonagal di ruangan nya.
"Kurasa, ia masih butuh banyak istirahat lagi Ma'am. Jangan khawatir Ma'am, aku yakin ia akan sembuh. Aku akan tetap menemaninya. Always."
"Baiklah Grace. Terima kasih, kau baik sekali!" Ucapnya.
Aku segera mengundurkan dari ruangannya. Aku ingin segera pergi ke Great Hall untuk siap-siap makan. Aku sudah lapar.
***
"Grace! Apa rencanamu untuk liburan Natal kali ini?" Tanya gadis pintar kesukaan semua guru Hogwarts, Hermoine Granger.
"Tentu aku ingin pulang ke Indonesia, negara asal ku. Apa kau mau ikut Moine?"
"Aa, tidak. Aku hanya bertanya padamu. Lagian aku juga sudah punya rencana dengan keluargaku."
Kami pun bercakap-cakap tentang apa yang akan kami lakukan selama liburan nanti. Hermoine bercerita bahwa ia dan keluarganya akan liburan ke Jepang untuk seminggu. Menyenangkan bukan untuk berlibur bersama keluarga? Seperti dulu aku merasakannya.
Aku pun tidak sabar untuk kembali ke Indonesia liburan kali ini.
***
"Kau harus menemani ku liburan ini!" Ucap Snape kepadaku.