That Night (1)

177 19 1
                                    

Author's POV

Sesudah mereka berdansa. Grace dan Snape berjalan beriringan menuju dungeon. Mereka asik ngobrol. Walau sebagian besar Snape hanya mendengarkan Grace berceloteh. Ia tidak banyak bicara. Tapi ia suka bila gadis itu bawel.

Belakangan ini hidup Snape terasa lebih berwarna ditemani Grace. Sama seperti malam yang sunyi itu dipecah oleh celoteh dan tawa Grace, begitu pun hidup Snape. Untuk kesekian kali Snape tersenyum tipis.

Ia bahkan memperlambat langkahnya dan kerap berhenti kala Grace berhenti pula. Ia sengaja membuat momen indah ini tidak cepat berlalu. Tidak dapat dipungkiri hati pria ini begitu bahagia. Seperti inikah kebahagiaan yang selama ini ia dambakan dibalik watak dinginnya?

Anak tangga demi anak tangga membawa mereka ke dungeon. Tempat Snape tinggal. Dungeon yang biasanya sepi kini ramai karna suara cempreng Grace. Sebenarnya Snape ingin mengajak Grace masuk untuk menemani nya. Namun ia tahu hal itu kurang etis. Bisa-bisa Grace mikir yang macam-macam. Walau usia mereka berbeda, Grace tetaplah wanita. Dan Snape menghargainya.

"Saya ingin istirahat Mrs Russel. Sebaiknya kau pergi istirahat juga. Sudah malam. Kalau kau sakit tidak ada yang bisa membersihkan ruangan potion." Celetuk Snape yang Grace tahu adalah candaan dinginnya. Disambut oleh renyah tawa Grace, Snape makin tidak ingin berpisah dengan Grace.

"Baiklah. Selamat malam-"

"Tunggu profesor!"

Snape tidak jadi menutup pintu. Ia menatap Grace bingung. Mau apa dia malam-malam ini?

Tanpa disangka, Grace merogoh kantong sweater nya dan mengeluarkan beberapa kuntum coklat. Bukan coklat biasa. Itu semua coklat kesukaan Grace. Grace sendiri yang memberi tahu Snape kala belanja tadi. Alih-alih membeli semua manisan itu untuk dirinya sendiri, Grace menyodorkannya pada profesor Snape. "Buat prof!"

Snape membeku. Pertahanannya kini benar-benar roboh. Di hadapan gadis yang bahkan umurnya belum separuh dirinya, ia diserang hantaman kupu-kupu ganas.

Snape teringat kembali malam setelah hari guru. Grace membawakan sekuntum bunga untuknya. Bunga yang sangat harum. Bunga yang masih ia pajang di sebelah ranjangnya.

Profesor Snape mengambil manisan itu dengan gugup. Tangannya terlihat gemetar hebat kalau saja tidak ditutupi dengan jubah hitamnya.

"Prof itu kan ada yang frog chocolate... Boleh gak kartu profesor nya buat aku?" Tanya Grace polos.

Snape masih tidak dapat mempercayai apa yang barusan terjadi. Namun tangannya reflek memberikan coklat itu pada Grace. Grace membuka kotaknya dan seperti biasa kodok itu harus diberi mantra agar dapat diam.

"Kartu siapa yang kau dapat?" Tanya profesor Snape. Namun Grace tak perlu menjawab pertanyaan nya. Karena gadis itu langsung menunjukkan kartu siapa yang ia dapat.

Kartu profesor potion.

"Aku dapat profesor favoritk-" Grace menutup mulutnya. Keceplosan. SIALAN!!! begitu makinya pada diri sendiri. "Kenapa aku harus selalu keceplosan" batinnya.

Profesor Snape menaikkan salah satu alisnya. Dan dengan senyum licik ia mengejek Grace. "Dasar bocah..."

"Hehe" senyum Grace malu.

"Tidurlah. Kau tidak mau aku menemani kau di asrama mu bukan?"

"G-GAK LAH!" Wajah gadis itu memerah.

Snape melepaskan jubahnya. Ia memakaikannya pada tubuh Grace. Hampir-hampir ia memeluk tubuh gadis itu. Jantungnya sedang tergoncang hebat. Grace susah payah menyembunyikan malunya.

"Malam ini dingin. Pakailah. Besok bisa kau kembalikan. Sekarang tidurlah. Jangan nakal."

"Ok-ke prof..."

Snape meletakkan tangannya atas rambut gadis itu. Ia mengacak-acaknya nakal, sembari tersenyum "Good night Grace. Mimpi yang indah."


🌜🌜🌜

BAB 12B NYA NYUSUL

Snape.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang