Grace's POV
"Mrs. Russel happy christmas! Oh-no! AA!"
GEDUBRAK!
"T-thank you profesor Lupin!"
Pria berjubah coklat itu jatuh tertimpa kotak warna-warni yang ia bawa. Tumpukkan tinggi barusan hancur lebur dan hanya menyisakan muka profesor Lupin yang kecewa.
"Sial... Maafkan aku Mrs. Russel. Kau tidak perlu repot-repot membantu." Jawab beliau melihat diriku yang segera membantu profesor Lupin karena tidak enak hati. "Gapapa prof, biar Grace bantu-"
"Tidak usah Grace. Lagian nilai DADA mu sudah bagus. Tidak perlu menjilatku seperti itu" kekehnya kecil. Aku yang memerah menggelengkan kepala dan tanganku tidak setuju.
Profesor Lupin yang tahu bahwa aku merasa tertuduh tersenyum "aku hanya bercanda, Grace. Santailah. Tapi memang benar. Kau tidak perlu membantuku. Di the great hall nanti akan ada profesor yang membantuku kelak. Aku hanya perlu menaruh kado-kado ini di bawah pohon natal. Sisanya tentu kamu tahu mantranya."
"Wingardium leviosa."
"Well done!"
"Kalau begitu aku permisi dulu Mrs. Russel. Once again, happy christmas!" Beliau kembali berjalan meninggalkanku mematung di tengah koridor. Hanya memandangi pria paruh baya yang berjalan menjauh.
"Happy christmas too profesor Lupin." Teriaknya. Dibalas dengan tengokkan Lupin dan secarik senyum.
Hari ini tanggal 25 Desember. Happy christmas.
Hogwarts sedikit berbeda. Nuansanya begitu meriah karena dihiasi benda-benda natal yang berwarna apik. Merah, hijau, dan kuning-emas bintang. The great hall marak dengan pohon natal terbesar yang pernah aku lihat dan aksesoris antiknya. Begitu pula koridor dan tangga-tangga yang pada pucuknya diberi setitik ornamen indah. Tak kalah lukisan-lukisan yang pandai bernyanyi menyenandungkan lagu-lagu natal indah. Tentu The Fat Lady termasuk di antara mereka yang tak kalah "merdu"
Pagi ini aku bangun dengan kebingungan. Tadi malam aku bermimpi... Mimpi tergila yang pernah aku dapatkan.
Snape bilang, ia menyukaiku...
Tentu itu mimpi bukan? Tidak mungkin itu kejadian asli. Jelas-jelas tadi malam sehabis dari dungeon aku langsung ke common room dan ia tinggal di dungeon. Mana mungkin Snape masuk ke common roomku. Masa ia sudi?
Tapi... rasanya begitu nyata. Sialan...
Di mimpi itu aku bisa merasakan tangan Snape membelai rambutku lembut. Lalu aku dapat mencium wangi tubuhnya. Persis saat berdansa kemarin... Tubuhnya begitu dekat sampai-sampai aku dapat mendengar deru nafasnya.
Mungkinkah mimpi senyata itu?
"Oit! Grace!" Ucap seseorang dari house lain mendahuluiku. Kampret. Sudah berapa lama aku berdiri mematung di sini?
Aku harus ke great hall untuk sarapan. Sehabis itu... Aku akan kembalikan jubah snape.
Dan menanyakan kejadian tadi malam.
***
Author's POV
Tok-tok-tok!
Tak ada jawaban. Grace berdiri tepat di depan pintu dungeon yang remang-remang. Tak ada suara apa-apa dari dalam.
"Profesor! Ini Mrs Russel."
Hanya gema yang menjawab. Disusul oleh kesunyian. Hawa dingin yang mengisi depan dungeon membuat Grace tidak nyaman. Ia nekat. Tangannya nakal membuka gagang pintu emas kantor sang master potion.