25th: Happiest Christmas (2)

178 23 3
                                    

"PROFESOR!!!"

"SINI BODOH!!!"

"HEY! Kalian berdua!!! Jangan biarkan dia PERGI!"

Grace beranjak dari jatuhnya ke arah profesor berkemeja hitam ketat selengan dicampur dengan celana putih cream panjang. Grace memeluk erat tubuh Snape. Tangan kiri sang master potion melindungi tubuh Grace yang menghadap ke dadanya. Tangan kanannya masih mengacungkan tongkat miliknya.

Ternyata ketiga pria di hadapannya juga mempunyai tongkat. "This is gonna be fun..."

Mereka mulai beradu mantra. Snape yang kalah jumlah lebih sering mengumandangkan mantra pertahanan dibanding penyerangan. Keringatnya mulai bercucuran. Lama-lama ia mulai kewalahan.

"Inflamare!" Sebeset api menggores pipi Snape. Mereka menyeringai puas.

Grace mengeluarkan tongkatnya "STUPIFY!" Tongkat dari pria yang paling kiri terjatuh.

"SECTUMSEMPRA!" Hajar Snape mengakibatkan dua pria tumbang. Tersisa satu di antara mereka yang berada di tengah. Angin berhembus kuat. Menyisakan desirag yang disambut sunyi di jalan yang sepi itu.

Snape berjalan mendekatinya dan meletakkan ujung tongkatnya ke leher. Manik hitamnya menusuk tajam ke arah mata pria coklat itu. "Keep your mind shut..."

"Kau takkan lolos, Severus..."

"Maybe i am."

"One day. Not today..."

Sekelebat asap hitam mengitari mereka bertiga dan seketika mereka bak ditelan bumi. Hilang entah ke mana. Hanya tersisa Grace yang ketakutan dan Snape yang menengok ke arahnya.

"What an idiot..."

***

"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan di tengah senja seperti itu sendirian!"

"Diam! Aku berusaha menyembuhkan lukamu!" ucap Grace memegang sebuah hansaplast di tangannya.

Segera lengan Grace ditangkap oleh Snape. Menahannya menaruh benda kecil itu di pipinya. "Jelaskan apa yang kau lakukan sore-sore itu!"

"AKU MENCARIMU!"

Hening. Snape sedikit terkejut. Terlihat dari matanya yang sedikit melebar dan alisnya yang naik setengah.

Grace sadar bahwa ia sudah kelewatan. Membentak gurunya sendiri. Ia merasa bersalah. Namun ia juga kesal. Gadis itu membalikkan badan menghadap ke perapian kamar profesor Snape. Menatap merah yang nanar membakar tungku perapian.

"Aku... mencarimu... aku kira... kamu pergi entah ke mana... aku cemas. Aku tidak tahu kenapa aku mencarimu. Yang jelas aku cemas."

Mereka dihampiri oleh ketegangan. Di satu sisi Grace semerah tomat karena harus mengaku kekhawatirannya akan profesor Snape. Di satu sisi pria yang berdarah pipinya itu terkejut... ada orang yang mengkhawatirkannya. Ada orang yang mencari-carinya.

Snape beranjak dari tempat tidurnya. Ia keluar menuju ruangan kerjanya. Gadis itu hanya menunggu.

"Matilah aku... Ia pasti marah besar..." Batin Grace.

Namun, ia kembali membawa sebuah kotak yang cukup besar. Sang potion master mensejajarkan wajahnya dengan wajah Grace. Ia mendudukkan lututnya di lantai seperti hendak melamar. Tangannya menyodorkan kotak berwarna coklat itu kepada Grace.

"Bukalah..."

Grace yang tidak mau memperburuk suasana menurut saja. Pertama-tama ia membuka pita merah yang melingkari box tersebut. Lalu, ia membuka tutupnya.

Jubah hitam Hogwarts baru untuk tahun depan...

"Prof..."

Di bawah jubah itu ada makanan kesukaan Grace. Frog Chocolate...

Snape.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang